Act 1: Dark

15 0 0
                                    


Untuk apa aku peduli dengan orang lain, toh mereka juga tak peduli padaku. Kepedulian yang mereka berikan hanya untuk keuntungan mereka sendiri, yang perlu mereka tahu adalah hidup mereka nyaman. Satu hal yang aku pahami, kepedulian pada orang lain adalah sebuah kesalahan di dunia ini.

Setiap hari itu sama, tak ada bedanya bagiku. Bangun, makan, pergi sekolah, pulang, lalu tidur kembali. Ada atau tidaknya hari hanya berpengaruh pada umurku. Semakin aku tua semakin cepat aku mati, itu lebih baik untukku. Orang bilang nikmati masa muda, habiskan masa muda dengan berpesta, bermain, bersenang-senang bersama teman. Teman? Sampah, aku tak butuh mereka. Mereka hanya akan merepotkanku. Hidup sendiri lebih baik untukku.

Mungkin untuk beberapa orang keluarga adalah teman terbaik, tapi itu tak berarti untukku. Aku tidak mengenal siapa ayah dan ibuku, yang aku tau hanya “ayah” yang mengurusku sejak aku kecil. Dia satu-satunya orang yang aku hargai, mungkin. Aku tak butuh alasan untuk percaya pada orang lain lagi.

***

“ayah! Ibu! Aku senang kalian ada disini, aku harap....”

Aku terbangun di tengah jam pelajaran. Mimpi itu selalu saja muncul. Mereka ada di sana, tapi aku tak pernah bisa melihat wajah mereka. Atau mungkin mereka hanya imajinasi yang aku buat? Tapi itu selalu terasa nyata.

“hei! Kenapa kau tidur ditengah-tengah jam pelajaran? Kalau mau tidur, lebih baik di rumah saja sana!” katanya

Aku mengambil tasku, membereskan buku-bukuku dan menuju pintu kelas

“lah, mau kemana kamu?” tanyanya

“pulang”

“kamu memang tidak pernah menghargai guru ya! Cepat duduk atau akan kusuruh kesiswaan untuk memanggil orang tuamu ke sini!”

Orang tua? konyol

“silahkan saja, Aku tak peduli”

Aku meninggalkan kelas disertai dengan teriakan dari guruku. Aku menghiraukannya sambil berlalu. Seenaknya berbicara tentang orang tua. Itu hal konyol buatku.

***

“aduhh” teriak seorang anak terjatuh.

Semua teman-teman mengerumuni dia, termasuk para orang tua yang mengantarkan anaknya. Tapi tidak denganku.

“lihat anak itu. Masih SD sudah tidak peduli dengan temannya yang jatuh” ucap ibu salah satu anak sekolah dasar itu

“geno, kalau kamu melihat temanmu yang sedang kesusahan hampiri dia, lalu bantu, yah” ucap wali kelasku

Untuk apa? Toh ketika aku menghampirinya lukanya tidak akan langsung sembuh. Ikut berduka? Tak berpengaruh. Aku kan tidak merasakan apa yang anak itu rasakan. Mana tahu soal turut berduka. Lebih baik aku pergi tanpa berurusan dengan siapa pun. Hujatan? Aku tak peduli.

Menjadi manusia harus bisa hidup sendiri. Mandiri lebih baik, tak merepotkan siapapun tak mempermalukan diri sendiri pula. Itu prinsip hidupku. Aku tidak membutuhkan orang lain. Kalian pikir setelah kita mati kita bisa meminta tolong kepada orang lain? Tidak. Bahkan mungkin orang tua kalian juga tidak peduli dengan kalian. Mereka sibuk mengurusi dosa mereka masing-masing. Benar kan? Percayalah.

***

“geno ya? Nih aku ngadain pesta dua hari lagi. Itu pesta ulang tahun loh. Pestanya pasti meriah ko, secara aku kan anak orang kaya” ucapnya.

Undangan? Cih dia bukan ingin mengundangku, dia hanya ingin menyombongkan kekayaannya saja kepada teman-teman sekolah. “Dayr’s birthday: come on” tulisan itu yang pertama kali aku baca dari surat undangannya. Siapa juga Dayr, aku tak kenal dia. Tapi apa salahnya aku datang ke pestanya. Mungkin ada makanan enak disana.

***

Ramai sekali di sini. Lebih baik aku tak datang padahal. Orang lain mengenakan baju bagus-bagus dengan riasan make up dan hiasan di sekujur tubuhnya. Pfft mereka pikir ini toko emas.

“teman-teman, makasih ya sudah datang. Maaf kalau pestanya ngga megah, cuman bisa ngasih ini ke kalian. Ini ulang tahunku yang ke-17. Silahkan dinikmati pestanya” ucapnya

Oh, itu yang namanya Dayr. Dari dandanannya dia akan menjadi pusat perhatian dipesta ini. kaya karena orang tua. Tak masalah dia ingin sombong seperti apa. Toh yang kaya masih orang tuanya. Dasar.

ah!” teriak seorang wanita

Dayr terpelesat dari tangga dan terjatuh ke kolam renang pribadi miliknya. Semua orang buru-buru menghapiri pinggiran kolam renang.

hey! Cepat tolong Dayny, dia tidak bisa berenang” teriak seseorang

Byuur

Seorang pria langsung meloncat ke kolam renang dan menolong Dayr. Seorang pria dengan wajaha cukup manarik. Yang ku dengar dari bisik bisik orang pria itu adalah kekasih Dayr. Keturunan orang kaya biasanya dijodohkan dengan orang kaya juga. Tak heran kenapa pria itu bisa menjadi kekasih Dayr.

Dari arah lain aku mendengar seorang pria berbicara agak kencang. Seakan ia tak peduli dengan apa yang dialami day. Sayup sayup aku mendengar perbincangannya

“Aurora ya!” teriak seorang pria

“...” ia terdiam

pria itu melontarkan banyak pertanyaan tidak jelas kepada seseorang. Sedikit aku menoleh dia berteriak kepada seorang wanita. Makin lama mereka makin berisik, mereka kira ini rumah mereka apa.

“hey! berisik” ucapku sambil mendorong pria itu

“wah! Ada pahlawan rupanya” balas pria itu

“bukan, kau menggangu, berisik”

“ini nih! Anak yang dari kecilnya di urus sama hewan”

Hewan? Tau apa kau soal urus mengurus anak. Aku tak kenal orang tuaku. Aku tak tahu siapa mereka dan dengan seenaknya kau mengatai mereka hewan. Amarahku sudah tak dapat ku bendung lagi.

buaggh!

Aku memukulnya tepat di ulu hati, namun dia pria yang tangguh dia masih kuat berdiri dan membalas pukulanku.

“di luar” kataku

“kau takut hah!? Pengecut dasar!”

Dia berlari ke arahku sambil melontarkan beberapa pukulan lagi. Aku diam, bukannya aku takut atau mengalah, toh sama saja, kalau aku menang malah dia yang akan mendatangiku lagi. Akan merepotkan.

“sok jadi pahlawan sih!” katanya sambil berlalu

Aku melihat sekeliling, semua orang masih fokus ke kecelakaan Dary. Baguslah sebaiknya aku pulang. Tapi masih ada wanita itu di belakangku. Aku kira dia ketakutan namun dia hanya tersenyum. Senyum? Ini aneh, kenapa dia tersenyum di saat dia di hujat oleh orang lain. Atau jangan-jangan. Ya dia seperti dokter, ya Moebius Syndrome.

wanita itu menghampiriku,

 "kau baik baik saja?" tanyanya

 Aku tak membalas perkatanyaan, aku masih merasa kesakitan setelah dipukul oleh pria berisik itu. Dia membopongku ke luar pesta.

"sudah di sini saja" kataku
 
"kau kembalilah" lanjutku
 
"tapi kau masih terluka" katanya
         
"terima kasih" balasku sambil berlalu

(Baca juga series Expression yang lain, Expression: Pure dan Expression: Ashen)
         

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 07, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EXPRESSION: SWART [TRILOGY]Where stories live. Discover now