10# Pesan

14K 1.1K 81
                                    

AN# up repub untuk hari ini dears. Kalian suka nggak sih ceritanya. Kok pada senyap senyap saja bacanya. Pada lapar ya sampai jarinya nggak mau ngetik komen. Eh... senyum dong.😆

So plis Tekan Bintangnya Dulu Sebelum Membaca... lalu kalian bisa Komentar Di Paragraf Paragraf Sepanjang Cerita. Dan tolong ADD Cerita Ini Ke Reading List kalian selain di library. Suer... nggak makan space kok, tapi followers kalian bakal tahu yang kalian baca ini, dan mereka mungkin akan kepo juga. Plus lagi ceritanya nggak vulgar bin berimej miring khaaan? So it wont hurt your image to vote and comment and add ...hehehe.... I love you guys...#

****

"Pencuri...! Kamu mau mencuri, kan?! Hah?!"

"Bukaaaaann.... !! Toloooong....!!!"

Edo menghantam-hantamkan tubuh gadis itu di permukaan kasur. Wajahnya yang penuh air mata berusaha mencari udara agar bisa berteriak. Tetapi pilot itu tidak pernah melepaskan tangannya yang mengunci lengan-lengan gadis itu di punggung.

"APA-APAAN INI??!"

Sebuah hantaman godam jatuh di sisi wajah Edo entah dari mana. Tubuhnya terhempas ke samping menghantam kepala tempat tidur. Belum sempat matanya memicing untuk menyadari apa yang terjadi, sepasang lengan raksasa meraup leher bajunya dan menariknya duduk

"EDUARD SIMBARA....! BRENGSEK TENGIK!!!"

Mata Edo akhirnya terbuka. Sisi kanan wajahnya berdenyut nyeri dan nyaris membuat mata kanannya buta. Tetapi ia masih bisa melihat wanita itu. Perempuan besar berambut cepak yang wajahnya menyeringai ganas. Matanya berkobar-kobar penuh kemarahan menatapnya.

Edo ingat namanya, tetapi belum sempat ia menyebutkannya, gadis itu sudah menghempaskannya kembali ke tempat tidur, menyusulkan sebuah hantaman tinju di sisi wajahnya yang berdenyut.

"Mana Nico? Hah?!.... MANA NICO!!!"

"Tunggu dulu,... aku bisa jel..."

PLAKK...!!

Ucapannya terhenti ketika pukulan cewek itu menghantam sudut bibirnya seperti mata pisau besar. Ia merasakan sesuatu yang basah mengalir. Darahnya terasa asin di ujung bibir.

Edo berusaha untuk duduk saat gadis di hadapannya menegakkan tubuh untuk mengambil sesuatu. Ia melihat cewek pencuri tadi menangis sambil mengemasi koper di lantai yang berisi barang-barang Kaylita.

Pencuri itu!

"Hei!!! Jangan lari kau pencuri!!" suaranya masih lantang walau bibirnya bonyor. Tetapi sebuah tempelakan kecil mengenai sisi kepalanya.

"Pencuri kepalamu! Kau itu yang pencuri!!!.... Dasar maling teriak maling!!"

Si cewek raksasa merentangkan ikat pinggangnya, sambil menatap pencuri yang sudah menegakkan koper Kaylita.

"Kau keluarlah duluan. Aku harus selesaikan yang ini dulu."

Bersamaan dengan menghilangnya gadis itu di kelokan pintu, Edo merasakan lengannya terjerat nyaris patah di bagian kolom kepala tempat tidur. Ternyata perempuan itu mengikat lengannya dengan sabuk di tiang pendek tempat tidurnya sendiri. Edo berusaha berontak, tetapi hal itu hanya membuat si gadis besar makin berang dan makin mengencangkan ikatannya.

"Aku belum selesai denganmu.... Kau mau coba-coba lari?!... Atau mau berteriak minta tolong supaya tetangga-tetangga di sini datang menolongmu?! Coba saja!! Katakan sekalian kepada mereka kau dihajar dan diikat oleh seorang perempuan!"

Belum sempat Edo menerjemahkan arti dari ucapannya, cewek itu sudah keluar dari kamar dan membanting pintu. Lalu terdengar suara kunci diputar dari luar.

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang