5# Yang Dinantikan & Yang Tak Diharapkan

13.7K 926 45
                                    

#Hello dears.... Ada yang cemberut nggak nih? Yang masih mau baca ridan lita samnpembaca baru tolong votebdari part ini ya. Vote ulang buat yang bintangnya masih putih. Mau saya hitung soalnya😄😄😄. Trimakasih sebelumnya.

Besok hari ahad jatahnya jess dan fenina. Ridan libur ndak nih. #

***

Pagi ini terasa lebih murung sejak ia kembali dari jogging. Istrinya hanya diam membaca di mejanya tanpa menyapa ketika ia datang. Ridan menghabiskan waktu di kamar mandi sambil mengira-ira apa yang membuat hari ini menjadi begitu berbeda dari pada biasanya. Apakah ia telah berbuat kesalahan? Melupakan ulang tahun atau acara tertentu?

Ia duduk di atas tempat tidur merapikan lengan kemejanya saat Erina keluar dengan gontai dan wajah kusut dari kamar mandi. Ia menahan diri untuk bertanya, tetapi kemudian tidak tahan juga.

"Ada apa? Kenapa kau kelihatan sedih seperti itu?"

Erina mengangkat sesuatu di tangannya, dan Ridan mengenalinya sebagai sebuah test pack kehamilan.

"Apa sudah waktunya? Ini baru beberapa hari sejak masa suburmu, kan?" Ridar berujar, menelisik ekspresi wajah istrinya dan mencoba mengartikan; Apakah Erina sedang berusaha memberinya kejutan atau hasilnya memang tidak sesuai yang diharapkan?

"Sudah lebih dari seminggu...."

Mereka terdiam beberapa lama, dan akhirnya ia sendiri yang tidak tahan untuk bertanya, "So...?"

"It's a 'no'."

Ada kelegan yang menelisip begitu kentara di balik kemejanya itu, tetapi Ridan tidak bisa tersenyum juga melihat tatapan Erina yang menelusur lantai, seperti mencari celah untuk mengalirkan air matanya di tempat lain selain wajahnya. Istrinya menyeret langkah dan duduk di kursi meja rias.  Saat tangannya membekap wajah melepas topeng ketegaran itu, hati Ridan ikut runtuh bersama air mata Erina.

"Hei... jangan seperti ini..., kita baru mencobanya satu kali setelah sekian tahun.... Bagaimana kau bisa mengharapkan bahwa usaha yang baru sekali akan langsung berhasil?" Ridan mengambil tempat berlutut di depan istrinya, menempatkan wajahnya sejajar dengan wanita itu, dan melepaskan jari-jari Erina dari wajahnya.

"What if it never comes?!... Banyak sekali pasangan di luar sana yang menunda untuk punya anak, dan akhirnya anak itu tidak pernah hadir dalam kehidupan mereka, karena Tuhan marah atas penolakan mereka terhadap karunia-Nya...."

"Aku rasa tidak seperti itu pola kerja kemarahan Tuhan, Sayang..." Ridan tersenyum kecil berusaha mengurangi ketegangan.

"Aku tidak tahu, Dan. Aku tidak bisa berhenti merasakan bahwa kau masih enggan untuk mempunyai anak."

"Tidak..., kau salah berasumsi."

"Apa yang sebenarnya mengganjal di pikiranmu, Dan?.... Aku sangat mencintaimu sehingga aku merasa sangat butuh untuk mengetahui alasan ketakutanmu.... Padahal sebenarnya dari dulu kau sangat menginginkan anak, kan? Kau sangat menyukai anak-anak... " Erina meremas sisi kepala suaminya, menempelkan dahinya di dahi pria itu masih sambil berurai air mata.

"Sayang..."

"Kita sudah mendapatkan semua yang kau cita-citakan; Kau menyelesaikan pendidikan spesialismu dan menjadi dokter bedah seperti yang kau impikan, kita sudah memiliki rumah dengan dua belas kamar, yang dulu sangat ingin kaupenuhi dengan anak-anak kita. Juga mobil keluarga sampai kepada warna sarung tempat duduknya, kita sudah memilikinya seperti keinginanmu.... So what are you still fearing of?"

"Sekarang aku hanya menginginkanmu saja, Erina.... Tidak cukupkah kau hanya memilikiku saja?"

Erina menggeleng, seolah tak mendengar ucapan suaminya itu, "Aku sangat mencintaimu... aku ingin mewujudkan setiap impianmu..."

NURSING CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang