Duapuluh satu

870 84 21
                                    

Jam makan malam di Glade pun tiba. Para glader yang sudah kelaparan berbondong-bondong mencari kursi ternyaman untuk mencicipi masakan Frypan.

Percy masih belum siuman selama 3 hari akibat suntikan serum anti receh. Tetapi ia terus bergumam seperti; aku mau kukis biru atau semalam bobo dimana? atau hidup seperti Larry! Ya, jika seseorang diberikan serum anti receh memang begitu efek sampingnya.

Di ruang makan, semua sedang sibuk berebut mengambil makanan—kecuali Nico, ia tidak mau makan selain makan makanan McD. Nico lebih memilih duduk di atas pohon mangga yang berada di sebelah kiri pojok ruang makan.

Thomas yang paling awal kembali ke meja makan dengan dua piring berisi semua makanan yang ada. Disusul oleh Newt dan Minho. Mereka segera melahap semua yang ada di atas piring mereka masing-masing.

"Thom, bocah itu gak lu ajak makan?" Minho menunjuk ke arah Nico yang tengah bersandar di batang pohon.

"Tadi udah gue suruh makan dianya gak mau" Thomas memasukkan kentang ke mulutnya

"Kasian loh, badannya udah ceking banget gitu kek kurang gizi tetep gak mau makan" Minho memotong daging asapnya.

"Lagi diet mungkin" celetuk Newt sambil menggigit timun.

"Iya gue juga mikir gitu. Coba dah lu yang ajak makan, kali aja mau"

Minho nampak menimbang-nimbang saran Thomas. Sebenernya ia ngeri-ngeri takut berhadapan dengan Nico karena penampilan Nico yang agak menyeramkan. Tetapi ia kasihan melihat Nico tidak makan sedangkan tubuhnya sudah kurus sekali.

"Gue ambilin lauk dulu deh" akhirnya Minho bangkit dari kursinya.

"Grov, masih ada lauk?" Minho menghampiri Grover yang sedang mengelap piring dan gelas yang baru dicuci. Ia sekarang menjadi asisten resmi Frypan.

"Masih. Mau nambah lagi?" kata Grover setelah menengok ke wadah makanan di sebelahnya.

"Ngga. Buat anak itu tuh kasian belum makan, nanti tambah kurus lagi" Minho menunjuk Nico yang kini tengah tiduran di batang pohon.

"Ohh, Nico. Dia mah dikasih buah delima sebiji doang juga kenyang" kata Grover sambil menyusun gelas.

"Yah kan kita gak punya delima" Minho menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nih nih kasih ke Nico, kasian gue liat dia dari kemaren gak makan" Frypan memberi satu nampan berisi daging asap saus jamur, kentang, sup ayam, selada, dan segelas air hangat.

"Oke, tq Frypan" Minho membawakannya kepada Nico.

Saat sudah sampai di bawah pohon, ia memanggil Nico untuk turun. Nico hanya menolehkan kepalanya ke bawah tanpa menggubris Minho sama sekali.

"Heh bocah turun lu, gue bawain makanan nih" ujar Minho.

Nico melemparkan biji rambutan—yang entah darimana didapatkannya—dan mendarat persis mengenai kepala Minho. Minho mengumpat dan mengaduh kesakitan.

"Lu bilang gue bocah? Gue sama lu aja masih duluan gue yang lahir" tukas Nico dari atas.

Minho mengerutkan keningnya. Ini anak ngomong apaan sih, njir.

"Udah deh buruan turun, gue udah berbaik hati nih bawain lu makanan"

"Gak mau. Gue maunya makan di McD" Nico kali ini melemparkan biji durian.

Minho tambah mengerutkan kening. Mekdi? Kata macam apa itu? Ia sama sekali tidak pernah mendengarnya.

Yaiya lu tiap hari ada di Glade, macamana pula bisa tau mekdi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KesasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang