"Ha..."

"Dasar lelet," ucapan Ditta terpotong oleh suara menyebalkan Raka. Ditta mencengkeram ponselnya dengan kuat mendengar ucapan laknat Raka barusan.

"Cih. Menyebalkan," desis Ditta kesal. Dengan sengaja Ditta menyebutkannya agar Raka mendengar.

"Apa kau bilang? Sopan lah sedikit. Aku ini calon suamimu." Suara Raka terdengar meninggi membuat Ditta kesal.

"Calon suami yang tak diharapkan," balas Ditta dengan penekanan disetiap katanya. Wajahnya terlihat sebal sekali karena ucapan Raka.

"Bodo amat," balas Raka seolah tak peduli. Ditta mencebikkan bibirnya kesal.

"Mau apa Bapak meneleponku?" tanya Ditta. Ditta pun masih setia memanggil Raka dengan sebutan Bapak. Raka awalnya tak mempermasalahkannya. Tapi, lama kelamaan dia jadi risih jika Ditta memanggilnya seperti itu. Aneh saja jika dia dipanggil Bapak oleh calon istrinya sendiri.

"Jangan sebut aku dengan panggilan Bapak lagi. Pakai panggilan yang lain saja," ucap Raka yang tidak nyambung dengan pertanyaan Ditta.

"Om?" tanya Ditta. Terdengar decakan kesal dari seberang telepon membuat Ditta cemberut.

"Tidak. Yang lain saja," jawab Raka. Ditta pun berpikir sebutan apa lagi yang harus dia pakai pada Raka.

"Ehm, Paman? Atau, Kakak?" Ttnya Ditta lagi.

"Aku bukan pamanmu dan aku bukan kakakmu. Yang lain saja," jawab Raka lagi. Ditta pun menghembuskan nafas kasar mendengarnya.

"Lalu aku harus panggil apa?" tanya Ditta gemas. Raka benar-benar membuatnya kesal.

"Menurutmu apa?" tanya Raka balik. Ditta semakin gemas mendengarnya. Kalau saja Raka ada di depannya, Ditta ingin rasanya menonjok wajah Raka.

"Mas Raka?" tanya Ditta lagi. Dia merasa geli sendiri memanggil Raka dengan sebutan Mas.

"Itu lebih bagus," jawab Raka.

"Tidurlah. Siap-siap untuk besok," lanjut Raka. Ditta bingung mendengarnya.

"Siap-siap untuk ap.."

Tut tut tut

Ditta menatap layar ponselnya dengan geram. Belum juga dia selesai bertanya, Raka dengan seenak jidatnya memutuskan sambungan. Ditta bahkan bingung kenapa Raka menyuruhnya bersiap-siap besok. Siap-siap untuk apa memangnya?

Tak mau berpikir lebih lama lagi, Ditta pun mematikan layar ponselnya dan menyimpan ponsel itu di atas nakas. Setelah itu Ditta meraih guling miliknya dan memeluknya dengan erat. Matanya terpejam berusaha untuk segera pergi ke alam mimpi.

***

Seperti perkataan Raka semalam, dia menyuruh Ditta untuk bersiap-siap karena pukul 7 pagi Raka sudah berada di rumah Ditta dan mau menjemput Ditta. Raka bilang, dia mau membawa Ditta ke rumah yang akan mereka tempati nanti setelah menikah. Dodi dan Yeni pun mengizinkan Raka membawa Ditta keluar rumah.

Dengan terpaksa Ditta pun mau ikut dengan Raka. Padahal, pagi ini Ditta berniat untuk pergi ke sekolah walaupun di sekolah tidak ada kegiatan.

"Ditta cepat. Raka sudah menunggu dibawah," ucap Alisha seraya masuk ke dalam kamar adik bungsunya itu.

"Iya bentar," balas Ditta. Dia menyisiri rambut panjang coklatnya lalu mengurainya.

"Ciee ... Yang mau jalan sama calon suami," ucap Alisha menggoda Ditta. Ditta menatap Alisha dengan sebal lalu berjalan mendekati lemarinya dan mengambil sebuah tas selempang berwarna biru tua.

"Sudah cantik kok. Raka pasti suka," ucap Alisha dengan nada geli. Ditta tak menanggapinya dan malah memalingkan wajahnya. Dia masih kesal pada Alisha yang tak merasa bersalah sedikit pun dengan apa yang terjadi. Padahal, Ditta sudah menuntut pertanggungjawaban Alisha.

"Ayo cepat. Pangeranmu sudah menunggu tuh," ucap Alisha lagi sambil terkikik geli.

"Iya. Berisik banget sih," balas Ditta dengan kesal. Dia mendekati rak sepatunya dan mengambil sebuah flat shoes berwarna putih. Setelah selesai dengan penampilannya, Ditta pun keluar dari kamarnya dan meninggalkan Alisha sendirian. Dengan santai, Ditta berjalan menuruni tangga. Setelah sampai di lantai pertama rumahnya, Ditta langsung berjalan menuju ruang tamu. Sesampainya di sana, Ditta bisa melihat Raka yang sedang duduk santai disofa ruang tamu sendirian. Mata coklat gelap milik Raka ditutupi sebuah kacamata. Tubuhnya yang kekar dibalut oleh sebuah kemeja berwarna biru yang dua kancing teratasnya sengaja dibuka. Lengan panjang kemeja itu pun Raka lipat sampai sikunya. Melihat penampilan Raka yang berbeda dari kemarin membuat Ditta jadi gugup. Kemarin penampilan Raka sangat rapi. Kalau sekarang, terkesan santai.

"Maaf menunggu lama," ucap Ditta berusaha menghilangkan kegugupannya. Raka mendongakkan kepalanya dan melepaskan kacamata yang dia pakai.

"Hm. Sekarang kita pergi," ucap Raka. Ditta mengangguk dan berjalan keluar dari rumahnya mengikuti langkah Raka.

______________________________________

Hai hai... Triple nih hehehe...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya....



Love MisdirectedWhere stories live. Discover now