"Biar aku saja yang membuat api unggunnya, Elios," sahutku, saat Elios akan menyalakan lighter di atas sekumpulan ranting kayu yang kami kumpulkan sebelum gelap.

"Bagaimana caranya? Kamu tidak punya lighter, kan?"

"Kau akan melihatnya," jawabku girang. Aku mengangkat kepalan tangan kananku, membukanya, berniat membuat api. Lima detik, semacam serbuk cahaya berwarna merah berkumpul di atas telapak tanganku dan membentuk api.

Elios menatap takjub, sampai-sampai dia menganga, tapi langsung menggeleng.

"Sejak kapan kamu bisa membuat api?" tanya Elios penasaran.

"Beberapa hari lalu, saat tabung gas di rumahku habis, kalungku mengatakan kalau aku bisa membuat api."

Elios ber-oh sebentar, kemudian ia menyeringai. "Itu menakjubkan, Afya. Kamu keturunan kerajaan Zoltria kedua yang mampu membuat api setelah Lucius. Kekuatan itu sangatlah sulit untuk dikontrol jika tidak dilatih dengan benar."

Setelah berbincang sebentar, aku dan Elios memutuskan untuk memberi makan naga-naga kami yang berada di sekitar api unggun, menghangatkan tubuh.

"Ini makananmu, kawan," aku berkata pelan, menyodorkan makanan untuk naga yang dikatakan Elios padaku. Nagaku itu menggerung pelan, mendongakkan kepalanya, kemudian memakan makanannya yang berada di atas kedua telapak tanganku. Aku tersenyum.

Nagaku langsung menggerung pelan saat aku mengelus lembut kepalanya yang berbulu itu. Tanpa kusadari, aku mengirimkan rasa hangat kepadanya, seperti Lani.

Setelah aku menyadarinya, aku tersenyum lebar.
"Selama seratus tahun terakhir, keluarga kerajaan sedang mencari informasi mengenai keberadaan Lucius. Tidak ada petunjuk yang ditinggalkan oleh Lucius, kecuali satu hal—"

"Apa itu?" tanyaku, memotong kalimat Elios.

"Ini,"

Elios mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan menjulurkannya kepadaku. Aku menerimanya.

Itu adalah sebuah kotak kayu tua. Di setiap sisinya, terukir simbol-simbol aneh yang tidak kukenali, kecuali satu simbol—yaitu simbol Dunia Cahaya, matahari.

"Kotak kayu? Mengapa ada benda seperti ini di dunia yang maju?"

Elios menggeleng, "Aku juga tidak tahu, Afya. Tapi kau benar, seharusnya tidak ada benda seperti ini di Dunia Cahaya, kecuali di beberapa museum sejarah di kota. Tidak ada yang bisa membuka kotak kayu itu sampai saat ini,"

Wajah Elios yang ramah seketika berubah menjadi wajah tegang.

"Kenapa kamu tegang, Elios?" tanyaku, menyelidik.

"Aku hanya berpikir," Elios menghela napas pelan, "apa mungkin kotak kayu tua ini merupakan petunjuk baru untuk kita? Karena sejak seratus tahun terakhir, kotak ini tidak bisa dibuka dengan apapun, bahkan mesin penghancur terkuat di kota tidak dapat membukanya. Kotak ini sangat kuat."

Aku menghembuskan napas pelan. Elios mungkin saja benar. Jika memang kotak kayu ini adalah petunjuk pertama kami, maka itu berarti misi kita sudah gagal. Kotak ini tidak berat, tapi tidak bisa dihancurkan, apalagi dibuka. Apa yang harus kami lakukan? Apakah misi kami akan berakhir secepat ini?

Aku menatap dan meraba-raba kotak itu, berharap mendapatkan sesuatu yang dapat membantu. Tanganku lantas terhenti saat penglihatanku seolah terganti dengan pemandangan lain. Di pemandangan itu, aku melihat seorang pria yang sedang membawa kotak kayu, mengukir simbol-simbol aneh yang kulihat tadi pada kotak kayu itu.

TMA Series 1: TANAH ✔️ [SELESAI, TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now