Episode 15

737 101 0
                                    

Minggu ulangan berjalan lancar. Kami akhirnya sudah bisa liburan selama dua minggu dari kehidupan sekolah dan belajar. Tetapi, tidak ada 'liburan' untuk kami.

    Ini hari Sabtu. Kami harus memberi tahu orangtua kami sebelum kami pergi ke Restoran Goulaires Dos malam ini.

    Ini jam dua belas siang. Aku, Mama dan Papa sedang berkumpul di ruang televisi. Papa menonton saluran televisi yang menyiarkan secara langsung pertandingan sepak bola nasional, Mama sedang membaca majalah, sedangkan aku membaca novel. Aku akan menyelesaikan novel ini hari ini juga.

    "Afya..."

    Aku mendongak, kemudian menoleh. "Kenapa, Pa?"

   "Ehm.... Kamu sudah menyelesaikan novel itu?" Papa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menyeringai.

    "Hanya empat halaman lagi, kemudian aku selesai." Aku tersenyum (yang jahat), "Siap-siap saja untuk makan cabai selama seminggu ke depan, Papa."

    Papa menelan ludah—suaranya terdengar. Mungkin Papa sudah ketakutan mendengar kata cabai. Jika aku selesai membaca novel ini sebentar, maka orangtuaku harus bersiap-siap untuk memakan cabai selama seminggu pada setiap masakan Mama, baik sarapan, makan siang, dan makan malam. Kecuali aku tentunya.

    Lima belas menit, aku menutup novel paling tebal di kota itu dengan bangga. "Papa! Mama! Siap-siap cabai hijau menunggu kalian lusa!"

    Mama dan Papa refleks menoleh, dengan bola mata membesar. Papa terlihat merinding di sofa, nyaris menjatuhkan tv remote dari tangannya saat akan mengganti saluran televisi.

    "APA!" Mama dan Papa berseru panik.

    "Aku sudah selesai membaca novel ini, Mama, Papa. Dalam waktu tiga belas hari." Aku tertawa (yang jahat) melihat ekspresi orangtuaku. Setidaknya, aku tidak perlu membongkar rahasiaku ataupun mengerjakan pekerjaan di rumah selama seminggu.

    Mama dan Papa meelan ludah keras sekali, seperti ada mikrofon di sekeliling mereka yang membuat suara lebih keras.

    Papa dan Mama menghela napas pelan, berusaha tenang.

    "Sepertinya kita harus segera membeli satu lusin susu untuk seminggu ini, Ma."

   Aku dan Mama tertawa. "Benar, jika kita tidak mau kepedasan selama seminggu ini.

***

Sepuluh menit berlalu.

    Aku mulai gugup. Apa yang akan kukatakan kepada orangtuaku? Apa aku akan bilang "Ma, Pa, aku akan pergi berlibur bersama Elios di Dunia Cahaya dan teman-temanku selama dua minggu ini." atau "Aku ingin pergi ke dunia lain yang ada di Bumi ini." ? Tidak mungkin aku akan mengatakan itu! Mama bisa pingsan jika sampai aku mengatakan itu. Bagaimana jika mereka bertanya siapa itu Elios? Aku mulai memegang kepalaku, berusaha tenang.

    "Ada yang ingin kamu katakan, Afya?" Mama bertanya lembut, "Wajahmu terlihat gelisah."

    Aku menunduk ke bawah, meremas jemari-jemari kedua tanganku.

    Aku mengangguk pelan, ragu-ragu.

    "Ma, Pa, apa aku bisa pergi berlibur dengan teman-temanku selama dua minggu dengan Elios?" tanyaku. Suaraku ragu-ragu.

   "Siapa itu Elios?" Mama dan Papa bertanya nyaris bersamaan. Aku mulai mematung. Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan tentang Elios?

    Lima belas detik lengang.

    "Elios adalah salah satu warga dunia lain..."

    Aduh! Apa yang barusan kukatakan? Bagaimana jika sampai Mama pingsan karena kalimatku itu?

    Mama dan Papa saling tatap sebentar, kemudian mengangguk.

    "Tidak apa-apa. Asalkan kamu tidak merepotkan." Mama tersenyum hangat.

    Aku balas tersenyum. Kemudian, berjalan menuju Mama dan Papa. Kami bertiga berpelukan.

    "Terima kasih, Ma, Pa."

    "Sama-sama, Afya."

    Entah apa atau alasan mengapa orangtuaku tidak kaget akan kalimatku yang mengatakan kalau Elios berasal dari dunia lain. Tetapi, semua itu akan terungkap di masa depan.

    "Oh iya, aku hampir lupa. Apa Papa bisa mengantarku ke Restoran Goulaires Dos jam setengah tujuh malam ini?" Aku melepas pelukan.

    "RESTORAN GOULAIRES DOS?!" Mama dan Papa berseru bersamaan. Aku sampai harus menutup telinga dengan jemariku saking kerasnya suara mereka.

    "Restoran berbintang tujuh itu? Bagaimana kamu akan pergi ke sana? Dan kenapa kamu mau pergi ke sana?"

    "Elios mengundang kami ke sana. Dia sudah mereservasi meja untuk kami."

    Mama menghela napas pelan, "Itu pasti mahal sekali. Mama dengar, makanan termurah di situ harganya seratus ribu.

    "Tapi jika kamu ingin pergi ke Restoran Goulaires Dos, maka kamu tidak akan makan malam, bukan?"

    Aku mengangguk.

    "Baiklah, sebentar Mama akan menyiapkan gaun terbaikmu." Mama mengedipkan mata. Aku tertawa kecil, kemudian mengangguk.

***

"Kita sudah sampai, Tuan Putri."

    Aku tertawa mendengar gurauan Papa. Mungkin Papa tidak sadar kalau gurauannya benar. Aku memang seorang Putri—di dunia lain.

    Lihatlah, melalui kaca jendela saja, bangunan megah dengan warna dasar putih dan emas berpadu satu sama lain dengan lampu terang sudah membuat mata kita berbinar-binar. Serasa berada di istana sebelum masuk.

    "Jika kau bisa membawa pulang cutlery set mereka untukku, Papa akan membuat mamamu cemburu berat sampai dia mau mengabulkan keinginan terbesarmu, deh!" Papa tertawa kecil.

    Aku tertawa, hendak membuka pintu mobil. "Akan kuusahakan, Papa."

    Papa berkedip, menyeringai lebar.

    "Hubungi Papa jika kamu akan pulang!" Papa berseru pelan, "Dan jangan lupa makanannya, ya! Belikan Papa dan mamamu makanan terenak di sana."

    Aku tertawa sekali lagi, lalu mengangguk. Aku mengambil tas kecilku di kursi, kemudian membuka pintu, dan beranjak keluar dari mobil.

    "Dadah, Papa!" Aku menutup pintu mobil. Papa membuka jendelanya.

    "Dadah, Afya!" Papa berseru, melambaikan tangan. Mobil perlahan-lahan bebrgerak menuju jalan raya. Aku tersenyum, balas melambaikan tangan sampai mobil itu hilang dari pandangan mataku. Bergabung di dalam keramaian jalan raya di malam hari.

    Aku membalikkan badan ke kanan, dan menatap sejenak "istana" itu. Aku tidak habis pikir, orang kelima itu akan datang, dan akan menemani perjalanan kami, sampai di hari "Perang Dunia ke-3" di Bumi sekaligus paling besar—baik di Bumi, dan galaksi Bima Sakti.

***
Please support me by vote and follow! {^~^}

TMA Series 1: TANAH ✔️ [SELESAI, TAHAP REVISI]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ