PART 27

7.5K 735 45
                                    

Eji mengetuk pintu, membukanya perlaham saat mendekati Aaron dan membungkuk sesal seketika saat ia berdiri di depan meja Aaron. "Maafkan aku. Pelakunya melarikan diri."

Aaron menarik sebelah alis saat mendengar kalimat terakhir. "Melarikan diri? Bagaimana bisa?"

Eji menjawabnya dengan mengeluarkan granat gas airmata dan sisa permen kerat beserta alat peledak yang tersisa. Ketiga alat itu teronggok di atas meja Aaron dan pria itu mengambilnya.

"Pelaku memakai gas airmata dan membuat lubang di mall kita."

"Lubang? Seberapa dalam?"

"Bukan dalam, tapi panjang. Sisi lain dari lubang itu ada di bagian luar, dekat parkiran yang ada di sisi luar," jelas Eji sementara Aaron tersenyum dingin.

"Seperti yang kuduga, ada orang dalam kita yang bekerja sama. Minta Yaro menyelidiki ini, saat jam operasional mall berakhir."

"Aku paham."

"Dimana Toma?" tanya Aaron karna menyadari tak adanya Toma yang mengikuti Eji.

"Sedang di rumah sakit. Dia terluka cukup parah."

Jari Aaron mengetuk-ngetuk meja beberapa kali sambil memikirkan berbagai kemungkinan. "Apa kau sudah mengecek CCTVnya? Bagaimana mereka bisa masuk dan kapan mereka melakukannya."

Eji kembali mengangguk. "Saya sudah mengeceknya dan mereka datang ke mall ini beberapa kali. Mereka masuk dari satu toko ke toko lain. Tapi tak membeli apapun. Mereka hanya melihat-lihat dan juga seperti mengecek keadaan dalam toko seperti berjongkok memegang lantai dan mengetuk-ngetuk etalase."

"Dan mereka akhirmya memilih DEXCO. Butik itu memang merupakan rute keluar yang aman."

Aaron langsung menatap Eji cepat. "Cari tahu siapa pemiliknya dan selidiki pegawai mereka. Kalau ternyata mereka bekerja sama, singkirkan dia dari mallku dan serahkan pada Yaro."

Eji kembali menunduk malu. "Kami menemukam pegawainya sudah tak bernyawa. Darahnya masih segar, artinya mereka baru saja dibunuh."

Ketukan jari Aaron berhenti dan ketenangan lelaki itu mulai menguap. "Maksudmu, seseorang mencoba bermain-main denganku? Apa tak ada yang bisa kita tanyai sekarang?"

"Saya akan menyelidiknya lebih lanjut."

"Tak usah. Ken sudah kusuruh untuk mengikuti sisa komplotannya. Fokus saja pada pemilik DEXCO. Rencana sebesar ini, tak mungkin berhasil tanpa bantuan orang dalam."

"Anda mencurigai seseorang?"

"Aku mencurigai semua orang," ralat Aaron puas. "Nama Tokugawa bukan hanya sukses dalam bidang bisnis, tapi juga di dunia bawah. Wajar saja kalau aku memiliki sangat banyak musuh."

"Saya juga memiliki laporan yang belum disampaikan."

"Katakan saja."

"Akibat dari kerasnya bunyi bom tersebut, beberapa pengunjung di sekitar berhamburan keluar. Belum lagi asap gasnya yang keluar dan membuat pengunjung panik. Mereka mengambil foto dan meski saya sudah menghapusnya, beberapa karyawan sudah mulai bergosip."

"Kau sudah menyuruh orang menutup tempat itu?" tanya Aaron dan saat Eji mengangguk, ia menaruh kedua tangannya di meja sambil bertopang dagu.

"Aku akan memikirkan caranya. Sekarang..." obrolan mereka terpotong saat mendengar bunyi pintu yang terbuka.

Karen keluar dari balik pintu dan menatap Aaron lalu menatap Eji. Kedua pria itu terdiam sementara Karen maju mendekat dengan wajah tenang seakan diculik adalah kegiatan utamanya setiap hari.

WHISPER OF DEVIL (About Karen) #Unspoken Series Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang