Okay

78 6 10
                                    

Jika saja ada cara lain, ada pertolongan lain, mana mau Serena bilang pada setan Tante dangdut, yang setelah ia berusaha usir, bakar, dan ancam hampir tiap hari, untuk memohon bantu atasi masalahnya yang telah mengganjal bagai tumor di otak.

Haha ...

Iyah, yang Serena dengar dari si Tante dangdut setelah ia ajak mengobrol di pojok taman belakang sekolah yang sepi, adalah tawa pongah, kibasan rambut sombong, lalu mencolek dagu Rena yang sudah pasang tampang malas.

“Jadi, akhirnya, kamu mau nih, temenan sama Tante cantik bagai puteri Indonesia ini?” senangnya, usaha tak sia-sia, bocah lucu-kecil-pendek nan menggemaskan ini akhirnya mau bertobat bersikap kurang ajar juga.

“Aku ...” dahi berkerut dalam, pandangi si Tante yang rasa-rasanya Serena pikir, bakal enak dijadikan rengginang. Menyebalkan, padahal ia hanya minta bantuan, bukan menyerahkan diri sebagai teman pada wanita arwah itu. “Kalau Tante nggak mau juga nggak masalah, Rena bisa nyari hantu penyanyi dangdut yang lain,” memang si Tante dangdut saja yang bisa mengibaskan rambut, pasang muka songong, serta senyum sombong? Serena juga bisa, tapi sayang, sedikit gagal, karena wajah imut nan polosnya tak cocok bertingkah seperti itu.

“Eit, eit,” Tante dangdut langsung menahan, Serena hendak minggat dari tempat, karena bocah itu pintar betul membuat negosiasi. “Baiklah, Tante mau nolong kamu, tapi ...”

“Tapi?” waduh, ada tapi-nya. Perasaan Serena jadi tiba-tiba tidak enak.

“Tante nggak bisa ngajarin kamu nyanyi lagu dangdut dalam waktu singkat, TAPI, tante bisa buat kamu jago nyanyi lagu dangdut dalam waktu sekejap,” si Tante ini, diam saja sebenarnya sudah seram, apalagi cengengesan dengan gaya hantu betulan. Dia terlihat lebih mengerikan! Lihat saja lipstiknya yang setebal sol sepatu, maskara yang lumer, serta wajah yang tak bisa digambarkan bentuknya. Tampilannya seperti pengantin gagal nikah karena salah ber-make up.

“Dengan cara?” lama-lama, Serena bisa cepat keriput kalau begini, sejak tadi, dahinya terus saja berkerut tiap kali si Tante bicara. Maklum, bahasa yang dipakai bagai manusia dan kera. Ups.

“Kesurupan.”

What?!” Serena terlonjak, teriak, lalu gebrak kursi kayu yang tengah duduki bagai preman kelas kakap. Beruntunglah suasana sedang sepi, meski beberapa anak lain di balik tembok sana sudah tengok kanan-kiri, mencari asal teriakan berada.

“Woh, woh, tenang dulu bocah,” Tante dangdut mengangkat tangan ke udara, takut-takut Serena bakal lempar tasbih sambil berdoa, demi mengusir dirinya.

“Nggak ada cara lain gitu?” bunuh saja Hayati, Serena mana bisa membiarkan diri, untuk dirasuki si setan amit-amit ini. Tubuhnya tak boleh sampai dikuasai. That’s gonna a big NO for me, not gonna happen.

“Selama ini, Tante cuman liat kamu nyanyi bahasa inggris terus, suara macem kamu sih, mana bisa nyanyi pake cengkok, nada mendayu aja gak bisa, suara kamu itu emang terlalu datar,” Tante dangdut meremeh, tangan mengibas udara tanda mengejek, dengan bibir monyong yang minta sekali ditabok.

“Iya, makasih loh Tante, atas segala kritiknya, Serena memang butuh belajar banyak buat jadi penyanyi bagus,” tidak, Serena tidak akan marah saat ia diejek punya suara datar, bagi dirinya, semua itu adalah masukan untuk jadi lebih baik.

“Ya udah, belajar sama Tante sekarang kuy,” ia mengerling, dengan jemari lentik coba menyentuh dagu Serena, namun gadis itu segera menengadah, menolak sentuhannya.

“Sekarang?” kok, Serena jadi tidak yakin. Ia memang tak ingin dirasuki oleh makhluk Oh Astaga ini, tapi kalau belajar nyanyi dangdut dengan setan, apa kata orang? Ia bakal dianggap gila total.

“Taun depan juga boleh,” ia memutar mata, katanya ingin belajar, tapi Serena malah kelihatan enggan. “Cara lainnya kalau nggak mau Tante rasuki, ya, pasti belajar manual dong, emang kapan sih manggungnya, Say?”

“Hari minggu ini,” Serena menatap polos, tampang minta dicabik-cabik. Sontak membuat Tante dangdut seketika gemas ingin menculik.

“Bujubune! Itu sih, tinggal tiga hari lagi dong?” boleh tidak sih, ia cakar mata coklat Serena yang tampak memesona nan menunjukkan betapa lugunya bocah itu?

“Iya,” Bibirnya maju, lirikan turun ke bawah, pikiran lantas gusar, Serena juga bingung. Ia jadi berpikir karena ketidakmampuan ini, apakah ia akan membatalkan tawaran atau tetap tampil.

“Aku juga belum bilang sih sama sekawanan soal ini,” Serena menggigit bibir, lantas menghela napas gusar, perasaan terasa berat dipikul.

“Bahasamu, sekawanan, tua amat, tante gak yakin nih, kamu sebenernya umur berapa,” mungkin manusia kerdil dari zaman purba yang tidak pernah menua? Dilihat dari kelakuan baiknya macam orang jadul, serta tutur bahasa manis seperti seorang perawan pada masa awal 90an, Serena pastinya patut dipertanyakan, ia lahir di mana dan kapan itu terjadi?

Namun semua jaring-jaring kalimat pertanyaan itu langsung buyar, ketika si mungil tiba-tiba saja menggebrak bangku, berdiri terburu, serta wajah seolah mengeluarkan peluru.

“Janji sama aku, kalo kalian masuk ke tubuh aku, tolong jangan ketagihan, karena aku bisa suruh Papa buat ngilangin kalian sesaat itu juga,” entah kenapa kesimpulan yang Serena dapatkan adalah, ia menerima dirasuki demi cara instan bisa bernyanyi dangdut. Man, there’s no time to think too much! Or you’re not gonna choose a thing! So here it is, Serena will take the risk.

Deal!” Tante dangdut mencoba bersalaman, namun yang ia dapat hanya udara yang menembus kulit Serena.










No need to explain much, karna yg baca crita ini juga cuman bisa di itung 5 jari.. So I'm gonna explain why I'm gone too long, with the super slow update..

But I hope you like it ^_^

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Sep 14, 2018 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Found and LostHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin