[𝟒𝟐] : 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐞𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧

2.9K 356 107
                                    

"Kok kamu ada disini?"

"Kok abang ada disini?"

Aku menatap Bang Hanbin heran, begitu juga dia. Kami sama-sama kebingungan.

Tak lama raut wajah Bang Hanbin berubah. Yang tadinya tenang berubah menjadi tak ramah. Menatapku marah. Seolah-olah ada sesuatu yang harusnya tetap tidak ku ketahui.

"Kamu harusnya ga disini! Ini pasti ulah Bibi Jessica kan?!" seru Bang Hanbin.

Aku terpojok. "Apasih bang! Serah-serah Val dong mau ketemu siapa. Lagipula ini kan bukan rumah orang tua abang aja, tapi orang tua Val juga!"

"Iya abang tau," lirih Bang Hanbin. "Tapi belum saatnya kamu tau."

Aku mengernyit emosi. "Tau apa?!"

"Uhuk."

Aku dan Bang Hanbin sama-sama menoleh ke lelaki paruh bayah yang menatap lurus dengan pandangan kosong.

Aku dan Bang Hanbin sama-sama menoleh ke lelaki paruh bayah yang menatap lurus dengan pandangan kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ini pa, minum." Bang Hanbin berjongkok. Memberikan papa segelas air.

Papa menegaknya. Aku prihatin dengan keadaan papa sekarang. Kantong mata gelap, rambut acak-acakan, ekspresi datar, seperti orang tidak berniat menjalani hidup.

Bang Hanbin menghela nafas sambil memandangi papa menegak air. Bang Hanbin menarik rambutnya frustrasi. Tak lama Bang Hanbin mengisyaratkanku untuk mengikutinya keluar.

Bang Hanbin membawaku ke ruang tamu yang sama berantakannya seperti di kamar. Sepertinya semua sudut rumah ini tidak jauh dari botol bekas alkohol, pecahan botol, abu rokok, tisu dan benda-benda yang berserakan.

Bang Hanbin memegang pundakku. Dia menatapku lama. Aku tidak paham.

"B-bang? Kenapa?"

Bukannya menjawab, Bang Hanbin malah meneteskan air mata. Ia langsung merengkuhku ke pelukannya. Erat. Sangat erat. Seolah-olah ia tak mau kehilangan barang yang berharga.

Aku membalas pelukannya. Aku merasakan bahunya yang bergetar. Mengeluarkan segala emosinya yang tertahan. Aku menggosok-gosok punggungnya menenangkan.

"Abang, kenapa?" ucapku sekali lagi.

"Val, keluarga kita udah hancur."

Aku terdiam.
Tak paham dengan perkataan Bang Hanbin yang rancu.

Aku tertawa. Renyah. Sangat renyah.

"Gausah bercanda kali. Galucu, sumpah," tekanku.

"Abang ngga melucu." Bang Hanbin melepas pelukan kami. "Mama, papa. Mereka udah pisah."

Aku masih tersenyum menertawakan fakta lucu ini. Menatap Bang Hanbin mencari kebohongan dalam matanya. Bang Hanbin hanya menatapku pekat, bercampur dengan kesedihan.

Cultivar | Ten NCT Where stories live. Discover now