23

62 4 0
                                    

Jeon Jungkook

Sudah tiga jam berlalu sejak aku datang, sepertinya Ahra belum juga bangun dari tidurnya. Mungkin efek dari obat yang dokter berikan untuknya.

Aku hanya dapat menghela nafas melihat kondisi gadis yang ada di hadapanku saat ini.

"Mengapa hal ini bisa terjadi padamu Ahra-ya? Mengapa kau tak pernah menceritakan hal ini padaku?".

Aku menarik kursi yang berada di samping ranjang tempat ahra berbaring, kuperhatikan wajah teduh Ahra yang tengah terlelap. Memar yang ada di pipi sebelah kirinya semakin jelas terlihat, aku memegang jari tangannya yang terasa sangat ringkih dan menyadari satu hal.

Ahra semakin terlihat kurus.

"Apa aku bukan orang yang layak untuk menjadi tempatmu berbagi cerita?" ucapku dengan suara sepelan mungkin. Karna aku takut membangunkan Ahra yang sedang beristirahat.

Sekarang sudah pukul tiga pagi, namun aku tak juga merasakan kantuk sedikitpun. Tanpa aba-aba, suara gemuruh dari perutku terdengar dengan tidak tahu dirinya. Aku malu sekali, karna ruangan saat ini sangat sunyi jadi suara yg terdengar cukup membuat ribut.

"Aku hanya melewati jam makan malam beberapa waktu saja, tapi suara ini benar-benar memalukan." ucapku seraya menepuk perutku.

"Sepertinya aku harus pergi keluar sebentar Ahra-ya, tak apa kan jika kau kutinggal sebentar saja? Aku tak akan lama, sungguh." aku segera bergegas meninggalkan ruangan yang hanya diisi oleh Ahra seorang.

__________

Jungkook kembali ke rumah sakit dengan sepotong roti yg berada ditangan kanannya, sementara tangan yang satunya sibuk menenteng sekantung makanan ringan.

"Ah, roti ini enak sekali. Seharusnya aku membelinya lebih banyak untuk Ahra." gumam Jungkook selagi menggigit potongan rotinya lagi dan lagi.

Jungkook berhenti mengunyah rotinya saat ponsel dalam kantung Hoodie kesayangan bergetar, eksperinya berubah datar saat melihat siapa si penelfon.

'Wanita Gila'. Nama yang sangat tak asing untuknya.

Jungkook hanya memperhatikan ponselnya yang terus bergetar tanpa niat menjawabnya, setelah panggilan keempat barulah iya menjawab panggilan itu.

"Wae?" hanya satu kalimat yang Jungkook keluarkan.

Panggilan terus berjalan, namun tak ada suara sedikitpun dari si penelfon. Hanya terdengar suara dentuman musik yang cukup memekakkan telinga yang Jungkook dengar selama hampir tiga menit.

"Jika kau tidak bicara aku akan memati-"

"Ya!!"

Jungkook menjauhkan ponselnya saat tiba-tiba suara seorang wanita memekik dengan kerasnya.

"Dasar brengsek! Kau.. Kau fikir aku, hhh.. Tidak tau kalau kau berkencan dengannya eoh?!! Dasar sampah, kau.. Pecundang payah! Berhenti bersembunyi dariku! Brengsek!!"

Wanita itu terus mengoceh tanpa henti dengan kata-kata yang sangat tak bisa di mengerti, Jungkook yang mendengarkan hanya dapat menghela nafasnya sambil memijat pelipisnya pelan.

"Kau fikir.. aku tidak tau jika kalian selalu pergi ke hotel itu? Kalian. berhenti membodohiku! Aishh!!"

Jungkook menggeleng pelan, sepertinya wanita ini sudah sangat diluar kendali. Jungkook sudah tak terkejut lagi dengan hal semacam ini, karna selama hampir satu bulan. Setidaknya wanita ini selalu melakukan hal yang sama padanya hampir setiap malam.

Why Believe In Love?Where stories live. Discover now