"NANNN!!!! ADA BINTANG JATUH LIAT DEH!" pekik seseorang yang membuat jantung Gladis berdesir.

Nan? Siapa Nan? Nanda? Nando? Nandi? Nantha? Ginan? Arnan? Reynan?

Atau jangan jangannnn??!???

ADNAN!

Satu kata itu membuat Gladis menoleh ke arah gadis yang berteriak alay tadi.

Dan ternyata mereka.........

Adnan dan Vicha.

"Bangsat! Sialan!" umpat Daniel. Setelah itu tersenyum evil.

"Saat nya dimulai! Lo akan hancur di tangan gue, Nan!" tambahnya dalam hati.

"Gue akan bikin perhitungan buat dia! Lo tenang aja!" ucap Daniel penuh amarah.

"Daniel plis jangan sakitin Adnan!" pinta Gladis sambil memegang lengan Daniel.

"Terus lo mau lo yang disakitin gitu?" Gladis membeku. Secara tidak langsung Daniel membelanya tapi ia juga kasian dengan Adnan.

Daniel sudah berjalan mendekati Adnan dan Vicha.

Bugh!

Tanpa aba-aba Daniel memukul rahang Adnan. Adnan yang mendapat pukulan tiba-tiba pun tersungkur ke tanah.

"Ad-adnan" mata Vicha terbelalak dan tiba-tiba saja penyakit jantungnya kambuh.

"Vic Vicha penyakit lo kambuh?" dengan segera Adnan membopong Vicha. Hati Gladis seperti tersayat pisau belati. Kenapa Adnan lebih memilih Vicha daripada Gladis.

"Gladis! Aku janji setelah bawa Vicha ke rumah sakit aku akan ke rumah kamu. Vicha punya penyakit jantung"

"Banyak bacot lo! Buruan bawa anak orang keburu mati tuh!" sela Daniel. Adnan mengehela napas sejenak lalu menatap Daniel tajam.

"Dia sepupu gue, Niel" Adnan mencoba untuk sabar.

"Persetan dengan kata sepupu!"

"Niel, jangan ikut campur dengan masalah gue!"

"Haruslah gue ikut campur ini menyangkut Gladis kecuali---" Daniel mengeluarkan smirk evilnya.

"Kecuali kalo lo putusin Gladis!"

"Sampe mati pun lo cuma mimpi!"

Selepas mengatakan itu Adnan membawa Vicha. Entah kemana Gladis pun tak tau. Ada rasa yang tak biasa saat Adnan lebih memilih menolong wanita lain di depan matanya. Marah? Bagaimana bisa! Dia sepupu Adnan. Wajarkan jika Adnan peduli dengan sepupunya yang sakit.

"Lo mau nangis? Gue siap jadi sandaran!" tanya Daniel yang diselipi candaan namun pertanyaan serius. Gladis jengah dengan sikap Daniel. Ingin rasanya ia memarahi Daniel tapi Daniel memukul Adnan juga demi membelanya.

"Gue pulang Niel! Thanks buat hari ini" setelah Gladis meninggalkan Daniel sendiri.

"Hah sial!" Daniel mengumpat. Rencananya ingin menjauhkan Gladis dengan Adnan gagal.

Gladis menatap langit di balkon kamarnya. Berharap Adnan menepati janjinya untuk datang menemui Gladis.

Adnan menemui Gladis seperti janji yang telah is ucapkan tadi. Bagaimana pun ia akan berusaha untuk tidak mengingkari janjinya sendiri.

Tok tok tok....

Adnan mengetuk pintu rumah Gladis. Katakan jika Adnan sudah gila katakan! Bertamu dirumah orang sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 22.58 hampir jam sebelas malam. Apakah itu lazim untuk bertamu? Mungkin sebagian orang menganggap hal itu tidak lazim tapi demi pacar. Hal yang tidak lazim akan menjadiiiii oke stop basa basi. Fokus ke Adnan.

Story From Most Wanted (END)Where stories live. Discover now