Part 43

1K 96 2
                                    

Malam yang cerah tetapi tidak secerah hatinya Letta. Cewek itu sedang menghadap ke luar dari jendela kamarnya yang terbuka. Membiarkan angin malam yang dingin masuk ke dalam kamarnya. Di tengah kesunyian ini ia jadi kepikiran dengan kejadian tadi siang di sekolah saat dimana ia mendengarkan dengan telinganya sendiri bahwa Indra selama ini sengaja membuatnya dan Hami tidak bisa bersama.

Tindakan Indra ini menurutnya tidak bisa dimaafkan dengan cepat. Masih jelas di ingatannya ketika dirinya jatuh dan sedih setelah kehilangan Hami, Indra datang sambil menyemangatinya. Letta berpikir itu tulus tapi ternyata semua ini palsu. Semua sudah direncanakan sedemikian rupa.

Tetapi... Dari semua fakta yang ia dapatkan, yang paling membuatnya sedih bukan lagi terbongkarnya rahasia Indra ini, tapi karena perasaannya ke Hami yang sudah menghilang. Nyatanya Letta sudah tidak merasakan apa-apa lagi pada cowok itu karena jelas sekarang hatinya sudah terpaut ke cowok lain. Alex. Cowok yang tidak ia sangka akan ia sukai sebelumnya. Cowok menyebalkan cucunya nenek Sari.

Sekarang Letta menyukai Alex dan tidak bisa menampik fakta itu. Lalu bagaimana dengan fakta kalau Hami ternyata menyukainya juga? Letta jadi merasa dilema. Selama bertahun-tahun ia menyukai Hami, dan berharap Hami membalasnya. Kenapa ketika perasaannya terbalas, Letta sudah tidak menyukai cowok itu. Kenapa ia tidak tahu sejak dulu. Kenapa dan kenapa...

Seandainya tidak ada Alex, Letta yakin ia akan dengan senang hati menyambut kabar gembira kalau Hami menyukainya. Tapi... Sekarang ia bingung.

Letta melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Diputuskannya untuk menutup jendela, berniat untuk tidur dan membuang jauh-jauh kebingungannya.

Paginya ia terbangun kesiangan. Ia bahkan melewatkan acara sarapannya. Letta segera keluar rumah sebelum Alex marah karena menunggunya terlalu lama. Namun bukannya Alex, ia malah mendapati Kang Asep dengan motornya ada di depan rumah Letta.

Kening Letta mengernyit. "Kang Asep kenapa di rumah Letta? Mau ketemu papa?"

Kang Asep menggeleng sambil tersenyum. "Enggak, ini Kang Asep katanya disuruh nganterin kamu ke sekolah."

Letta bergerak kebingungan. "Tapi kan aku biasanya sama Alex." jawabnya pelan-pelan takut Kang Asep tersinggung.

"Oalah jadi kamu belum tahu?" tebak Kang Asep dan Letta menggeleng. "Hari ini cucunya Sari itu gak berangkat sekolah. Jadi kang Asep disuruh buat nganterin kamu."

"Ooh." Letta mendesah lesu dan mendadak moodnya ke sekolah hancur berantakan.. Padahal ia sudah ingin bertemu Alex. Kalau Alex hari ini tidak berangkat, Letta tidak jamin ia akan betah di sekolah.

Tapi kenapa Alex tidak berangkat sekolah masih menjadi tanda tanya. Letta bisa saja ke rumah nenek Sari dulu dan bertanya Alex kenapa, siapa tahu dia sakit. Tapi seperempat jam lagi bel masuk sekolah. Kalau ia tidak berangkat sekarang nanti bisa terlambat. Akhirnya dirinya hanya bisa menelan kekecewaannya.

***

Benar saja, selama seharian ini Letta tidak betah, atau malah sangat tidak betah di sekolahnya. Yang ia inginkan hanya pulang, pulang, dan pulang. Jadi begitu bel pulang sekolah berbunyi, Letta mampu bernafas dengan lega. Ia membereskan bukunya dengan cepat dan segera pergi meninggalkan kelas ketika sudah dipersilahkan.

Ia punya rencana, ia akan ke rumahnya Sari dan mengecek keadaan Alex. Siapa tahu Alex sakit lagi seperti dulu. Karena terlalu semangat untuk pulang dan segera bertemu dengan Alex, Letta sampai tidak memperhatikan langkahnya dan ia menabrak bahu seseorang. Hampir saja ia terjatuh namun orang yang ia tabrak dengan sigap memegangi bahunya. Letta jadi terkaget dan segera melepaskan diri. Rasanya tidak nyaman sekali dipegang oleh orang lain. Sewaktu ia berputar dan akan minta maaf, kata-katanya tertelan kembali begitu melihat orangnya. "Hami."

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang