Part 42

1.2K 90 10
                                    

Saat itu Alex sedang menuruni tangga untuk ke dapur karena ia haus ketika mendengar pintu rumahnya diketuk. Tapi bukan Alex namanya kalau langsung membukanya, ia lebih memilih untuk mengambil minum dahulu ke dapur. Saat ia minum, ia bisa mendengar ketukan itu semakin keras, beruntung tidak terdengar tergesa-gesa, artinya tamunya masih mau sabar menunggu. Setelah menuntaskan rasa hausnya, Alex berjalan malas ke depan dan membukakan pintu untuk si tamu.

Kening Alex mengernyit dalam dan perasaan bingung melingkupi begitu melihat siapa yang datang. "Lo ngapain di sini?" tanyanya masih dengan bingung. Pasalnya sekarang Fabian tiba-tiba sudah berada di depannya. Anak yang satu ini bahkan tidak repot-repot memberitahunya dahulu kalau mau datang ke rumahnya.

"Sekedar informasi kalau lo lupa, gue pernah nanyain alamat rumah nenek lo, terus lo kasih." jawab Fabian sambil tertawa melihat ekspresi Alex yang masih bertanya-tanya.

Alex berusaha mengingatnya dan dia seketika dapat mengingatnya dengan cepat. Waktu itu memang Fabian meminta alamat dan lokasi rumah neneknya, katanya sih mau liburan bareng Dani ke sini.

"Ahh iya gue inget. Gue kira lo cuma bercanda buat datang ke sini." Alex mengulurkan tangannya dan disambut oleh Fabian. "Selamat datang di desa nenek gue." katanya lalu ia dan Fabian saling menubrukan bahunya masing-masing.

"Yoi, udaranya disini masih enak, gak kayak di kota."

Alex mengangguk setuju karena ia juga selama merasakan perbedaannya. "Ngomong-ngomong gimana kabar lo?"

"Selalu baik. Kan gak ada virus yang mau datang ke gue." canda Fabian membuat keduanya tertawa.

Alex berhenti tertawa lalu ia bertanya. "Lo datang sendiri ke sini?" kemudian Alex membuka pintu lebar-lebar agar Fabian masuk.

Fabian menengadahkan kedua tangannya ke samping. "Beginilah, gue datang sama orang lain dan bukan Dani." ujarnya sambil masuk ke rumah mengikuti Alex.

"Mana anaknya?"

"Ada di belakang. Nanti nyusul."

Keduanya lanjut duduk berhadapan dengan Fabian yang duduk bersandar ke sofa, tangannya ia kibaskan ke kepala. "Butuh perjuangan untuk bisa sampai ke sini. Gue berkali-kali salah rumah."

Alex menyeringai. "Rasain lo."

"Sialan lu." umpat Fabian. "Tahu nggak, tadi di salah satu rumah yang keluar emak-emak dan dia ngira gue pacar anaknya yang mau ngapelin. Waktu gue mau kabur, dia malah ngejar gue sampe ke mobil." papar Fabian sambil menggelengkan kepalanya teringat kejadian tadi. "Mungkin anaknya itu udah lama menjomblo, makanya emaknya excited banget begitu ada cowok datang ke rumahnya."

Lalu Alex teringat kalau Fabian datang dengan temannya yang lain, dan bukannya Dani. Tapi Alex belum melihat tanda-tanda ada temannya itu. "Mana anak yang satu? Kok belom dateng."

Fabian menaikkan alisnya tidak paham tapi sedetik kemudian ia baru mengerti. "Ooh itu." katanya. Tiba-tiba Fabian meluruskan punggungnya dan tidak bersandar ke sofa lagi.

Kini kalau dilihat dari sudut pandang Alex, Fabian tampak sedikit ketakutan. Walaupun Fabian tidak menunjukannya, namun Alex sudah berteman dengan anak itu lama sekali jadi Alex bakalan tahu apa yang Fabian rasakan. Bahkan saat ini ia bisa melihat tangan Fabian yang saling berkaitan itu sekarang gemetar kecil. Seberapa besar Fabian menyembunyikannya, tetap saja Alex akan tahu. Sebenarnya apa yang ditakutkan temannya itu.

Rasa penasaran Alex terjawab tidak lama kemudian karena ia mendengar langkah kaki yang perlahan mendekat dan Alex begitu terkejut ketika mendapati orang yang datang bersama Fabian itu berdiri di depan pintu. Orang itu berjalan ragu-ragu ke dalam sampai akhirnya berdiri tidak jauh dari mereka. Selama orang itu berjalan mendekat, Alex menatapnya dengan tajam dan tidak melepaskan pandangannya sama sekali dari orang itu. Astaga.. Sebenarnya apa yang dilakukan Mona di rumahnya!

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang