season 2 bagian 7

1.2K 50 0
                                    

Aku balas menatap sewot, "Enggak, bukan aku." aku bantah tudingannya, karena memang bukan aku yang melakukan.

"Terus Kalau bukan kamu, siapa?" tanya Nayla lagi, ia masih mempertontonkan pelototannya.

Aku mengendikkan bahu, seolah berkata, mana aku tahu, dengan bibir mencibir.

Walau sudah aku sangkal, namun Nayla masih menatapku tidak percaya.

Aku mendecak, susah banget ne anak percaya.

"Neh ya Nay, kalau aku yang pengirim bunga itu, aku enggak akan ngasih Aziella bunga, tanggung." Ujjarku meyakinkan.

Nayla Aziella dan Risna melirikku bersamaan.

"Mending aku kasih Aziella seperangkat alat sholat, dibayar tunai," aku memutar bola mata lalu menyeringai, dilanjutkan dengan tertawa berderai, sampai-sampai bahuku berguncang.

Nayla mendelikkan matanya, mendengar guyonanku. Risna tersenyum simpul. Dan Aziella, tumben sekali, dia tidak menatapku galak, setelah aku goda. Biasanya dia pasti memperlihatkan matanya yang membulat sempurna itu lalu mengomel lembut.

Setelah aku menggoyoninya, Aziella langsung mengalihkan pandangannya dariku.

"Gak lucu" timpal Nayla.

"Biarin." Cibirku.

"Ziel, bunganya buat aku ya," pintaku pada Aziella, karena sedari tadi aku perhatikan bunga itu dibiarkan saja olehnya, seperti tidak dia inginkan. Biasanya kan kalau perempuan diberi bunga, ia akan senang, terus bunganya di pegangin dan dicium cium terus. Nah ini malah dia biarkan saja teronggok diatas meja.

Tanpa menunggu Aziella mengatakan Ya atau Tidak, Aku langsung mencomot bunga tersebut.

Dan Aziella tak mencegah atau melarang setelah aku mengambilnya.

"Eh eeeeh, mau dibawa kemana tuh," mata Nayla mengikuti arah bunga yang aku comot.

"Mau aku sumbangin pada cewe yang fakir asmara lah." Aku menyerigai, kemudian kembali tergelak.

"Ziella, bunga kamu diambil Dilla tuh," adu Nayla pada Aziella.

"Biarin Nay," sahut Aziella lembut.

Nayla memanyunkan bibir, tidak setuju dengan sikap Aziella, padahal ia berharap Aziella melarang aku membawanya, namun malah sebaliknya, tetapi ia tak bisa juga membantah Aziella.

Aku memeletkan lidah ke Nayla, karena aduannya diacuhkan Aziella.

"Dasar ne buaya gak modal" Nayla meneriakiku yang telah aku tinggalkan menuju tempat duduk favoritku dibelakang.

Aku tertawa saja menanggapinya.

Lekat aku memperhatikan bunga mawar yang sekarang aku genggam 'vangke, siapa neh yang berani-berani ngasih Aziella bunga' aku menggeram dalam hati.

Setelah beberapa kali melakukan les kilat dengan Aziella, akhirnya tiba, hari dimana remedial dijadwalkan.

Ibu Faulina memberitahukan kalau ujian di laksanakan di ruangan beliau yang ada di kantor Fakultas sebelah.

Dengan kepercayaan diri yang berlipat-lipat, bermodal dari apa yang Aziella telah ajarkan padaku. aku melangkah mantap untuk menghadapi ujian hari ini.

Saat berjalan dihalaman Fakultas menuju ruangan ibu Faulina, aku berpapasan dengan dua orang wanita, yang keduanya menutup bagian wajah, dan menyisakan bagian mata saja.

Dua orang mahasiswi yang menggunakan cadar itu, buat aku tercengang. Mataku terus melekat pada mereka. sampai-sampai mereka telah lewat pun, tak kunjung lepas kuperhatikan. hingga kepalaku tertengok kebelakang membuntuti langkah mereka.

Cadar kemunafikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang