Bagian 6 kejadian di pinggir pantai

4.3K 148 6
                                    

"Apa Ris caranya," kejar Dilla yang sudah nampak begitu penasaran.

"Caranya kamu Halalin dulu Aziella, baru kamu bisa lihat wajahnya, hahahahaa" Risna tertawa penuh keemenangan.

Nayla, Veby pun ikut tertawa lepas mendengar guyunan Risna.

Aziella menjadi tertunduk, mendengar guyunan itu.

Dilla manyun, dipermainkan Risna. Harapannya yang tadi begitu menggebu, hanya menjadi sebuah rasa penasaran yang tak mendapat jawaban.

"Heddeeh Risna, aku kira tadi, aku bakalan bisa langsung melihat wajah Aziella, kalau dibuat begini bisa-bisa aku mati penasaran gara-gara penasaran dengan wajah Aziella."

"Ya Nikahi dia dulu dunk kalau mau lihat wajahnya, kan aku sudah kasih tahu caranya, haha" kata Risna masih dalam keadaan tertawa, air matanya sampai tumpah akibat tawa itu.

"Kamu ini Ris, memang Aziellanya mau sama aku, cowok model seperti aku ini kan bukan tipenya Aziella, cowok tipe Aziella itu sesuai seperti dia juga Ris, cowo alim model ikhwan-ikhwan gitu, contohnya seperti kak Alfi kating itu," kata Dilla sambil melirik Aziella

"Kalau Aziellanya mau, bagaimana Dil?" pancing Veby.

Tak sempat Dilla menjawab, Aziella memotongnya.

"Ahh udah ahh kalian ini koq jadi aku seeeeh yang diledekin, sebaiknya kita nyuci beras saja sekalian nyuci ne sayuran, klo kita ngobrol terus kapan selesainya kita masak." Aziella langsung beranjak dari duduknya, dia berusaha menghindari ledekan-ledekan dari temannya. Kalau tidak dihentikan maka ledekan itu akan terus berlanjut, fikir Aziella.

"Haha iya-iya dehh ziel, ampun," kata Risna terkekeh.

########################################


"Dil fotoin kami dung," pinta Risna pada Dilla sambil menyerahkan ponselnya.

Veby, Risna, Nayla dan Aziella bersiap dengan pose masing-masing, dengan latar bibir pantai.

Dilla mengambil kuda-kuda untuk memfoto mereka, tapi saat dia ingin mengambil gambar dia merasakan hal yang tidak pas pada mereka.

"Kaku amat gayanya, kaya ibu ibu pengajian ajja, coba ubah gaya lain." kata Dilla sambil mengibaskan tangannya di udara.

"Ah Dilla, emang gaya begini enggah bagus," sahut Veby.

"Enggak, coba ah posenya jangan kaku amat kaya gitu."

"Ya udah kami ganti gaya neeh," ujjar Risna.

Mereka berempat pun mengganti gaya mereka berfoto.

"Nah iya gitu dunk, bagus juga kan dari pada yang tadi",

Cekrek. Cekrek. Cekrek beberapa foto dan dengan berbagai pose berhasil diabadikan Dilla di ponsel Risna.

Sore itu, matahari bersinar tidak begitu terik, setelah membantu memfotokan Risna dkk, Dilla pun membawa dirinya berjalan menyusuri bibir pantai, menikmati nyanyian ombak dan sapuan lembut angin laut. langkah-langkah kaki tak beralas ia jiblakkan diatas pasir yang kuning. Prasasti kaki yang dia buati itu tak berahan lama terlukis di atas pasir, karena sesaat kemudian jiblakan kaki itu di hapus oleh ombak. Ia rasakan langkahnya tenggelam dimakan oleh pasir-pasir pantai. sesekali ombak menghantam pelan kakinya. Suasana saat itu, benar-benar membuatnya serasa tenang dan tentram. Beban-beban yang ada dihati dan otaknya, serasa terlepas semuanya, seiring langkah yang ia jejakkan. Ia lihat teman-temannya disektiranan pantai tengah asyik berfoto ria, ada juga yang berenang dan menendang nendang bola.

Ketika ia lihat sebuah batang pohon teronggok tak jauh di depannya di bibir pantai, Dilla pun menuju batang pohon tersebut, kemudian ia mendudukan diri disana menikmati sore yang ia rasa cukup mendayu dayu perasaannya. Sesekali ia ambil beberapa gambar yang menurutnya menjadi objek bagus untuk di foto dengan menggunakan kamera ponsel.

Mata Dilla menjadi liar memperhatikan sekitarnya, mencari-cari objek foto. Di bibir pantai yang agak berbatu tak jauh dari tempat dia berada sekarang, mata Dilla menangkap wujud seseorang, yang menurutnya sangat menarik untuk menjadi objek foto. seorang perempuan bercadar, dengan kerudung dan jubah panjang dan lebar, berdiri diantara diantara bebatuan, terlihat kerudung dan jubahnya berkibar-kibar ditiup oleh angin.

Dilla tak menyia-nyiakan objek foto itu, diam-diam dia mengambil gambar Aziella.

Cekrek, cekrek, cekrek, beberapa foto berhasil dia abadikan, Dilla tersenyum melihat hasil fotonya.

Disaat Dilla sibuk mengagumi hasil foto di smartphonenya, tiba-tiba saja Dia dengar suara Aziella setengah berteriak mengaduh, Dilla langsung mengalihkan pandangannya pada Aziella, ia lihat Aziella telah terduduk diantara bebatuan. Veby Risna, dan Nayla yang ada disekitar sana, langsung berlari menghambur ke Aziella. Refleks, seketika Dilla ikut berlari kearah Aziella.

"Aziella kenapa," tanya Dilla panik.

"Kaki Aziella berdarah Dil, sepertinya dia menginjak kerang," sahut Nayla juga panik.

"Kamu enggak papa zeil," raut wajah Risna cemas.

"kakiku perih Ris," Aziella meringis pelan

"Darahnya mengalir banyak tuh Ris, aduh bagaimana ini, kaos kaki Aziella sudah berubah warna menjadi merah," veby terlihat ikut-ikutan panik.

"Coba bawa Aziella turun dari bebatuan ini dulu, bawa dia keatas pasir, biar nanti aku lihat lukanya," Dilla memberikan instruksi dan mencoba menghapus kepanikan teman-temannya.

Dengan sigap, Risna, Nayla dan veby, melakukan instruksi yang dikatakan Dilla, dengan hati-hati mereka mencoba membantu Aziella berdiri dan memapahnya membantu berjalan menuruni bebatuan menuju ke pasir.

"Dudukin ajja dulu Aziellanya dipasir," perintah Dilla.

"Darahnya makin banyak Dil, kita harus appa?" veby menjadi lebih panik dan cemas, jari-jari tangannya menutup mulutnya.

Dilla memperhatikan sebentar, luka yang ada ditelapak kaki Aziella, Dilla tidak dapat melihat mata lukanya, karena kaki Aziella terpasang kaos kaki. Hanya terlihat, kaos itu sobek di bagian telapak kaki, dan warna merah hampir menguasai seluruh area telapak kaos kaki. Tapi dia bisa memperkirakan kalau mata lukanya tepat berada diantara sobekan kaos kaki Aziella. Tanpa pikir panjang Dilla langsung melepaskan kemejanya, dia gulung-gulung kemeja itu sampai membentuk sebuah gumpalan dan langsung ia tempelkan di telapak kaki Aziella tepat diarea luka. Dengan pakainnya itu Dilla bermaksud menahan luka Aziella, agar darahnya berhenti mengalir.

"Dilla kamu ngapain," Aziella tersentak kaget dengan apa yang Dilla lakukan

Tanpa menghiraukan Aziella, Dilla menempelkan kemeja yang telah di gulung-gulung itu kearah mata luka di kaki Aziella dan sedikit menekannya, agar darah Aziella tidak lagi mengalir.

"Dilla apa apaan kamu, tolong jangan sentuh aku," Aziella mencoba merontakan kakinya. "Essh Adduh," Aziella meringis, ia rasakan perih dikakinya akibat rontaan itu.

"Nah kan tuuuh sakit, tau kaki luka maseh ajja di gerakkan, udah diem dulu sebentar, aku lagi nutup luka kamu ajja biar perdarahanya berhenti. Lagian aku gak nyentuh kamu, kan kamu pakai kaos kaki."

"Uddah ziel diam dulu bentar, Dilla gak ngapa ngapain koq dia cuma mau nolong kamu," Risna coba menenangkan Azeilla yang ada di pangkuannya, memberi sandaran.

Aziella tak memperdulikan, ia lalu merontakan lagi kakinya, kini agak kuat. Akibatnya Dillapun sampai tersentak, Dia terduduk kepasir, pegangannya lepas, kemeja yang ia pakai untuk menutup luka Aziella jatuh ke pasir.


bagaimana kah selanjutnya, apakah yang terjadi antara Dilla dan Aziella. lalu bagaimana dengan luka yang ada di kaki Aziella.? tunggu lanjutannya ya . hehehe.

terima kasih sudah mau membaca cerita aku yang sederhana ini. aku masih dalam tahap belajar. mohon kritik dan sarannya ya. karena itu sangat berguna.

Raynez.


Cadar kemunafikanWhere stories live. Discover now