Part 2

1.7K 11 1
                                    

Sudah 2 hari sejak kejadian itu. Nadia dan Reno tidak saling tegur sapa. Membuat mereka tampak seperti orang asing. Sejujurnya,Nadia tidak nyaman dengan suasana canggung seperti ini. Apalagi,ia sudah berusaha memecahkan keheningan yang membuatnya tidak nyaman. Tapi,Reno seolah-olah menghindarinya. Perasaan Nadia semakin tak karuan.

Saat mereka tidur berdua saling memunggungi. Biasanya,Nadia akan bermanja-manjaan pada suaminya. Walaupun,mereka belum pernah melakukan hubungan suami istri. Nadia ingin mendengar permintaan suaminya yang menginginkannya. Sejujurnya,ia sudah siap. Tapi,Reno tak pernah memintanya. Perasaan Nadia semakin kalut dan takut. Ia sudah merasa nyaman dengan kebersamaan mereka. Entahlah,cinta itu belum hadir diantara keduanya. Mungkin mereka malu untuk mengungkapkan perasaan yang menurutnya tidaklah mungkin.

Seperti pagi ini. Mereka berdua duduk berhadapan. Reno makan dengan lahap hasil masakan istrinya. Sedangkan Nadia hanya memandangi suaminya. Ia ingin menyapa terlebih dahulu namun otaknya tak pernah mengijinkannya. Sepertinya hati dan fikirannya tak berjalan seimbang. Apa perlu Nadia ke Psikater untuk memeriksa kejiwaannya?

"Aku minta maaf"

Nadia berujar sembari menopangkan wajahnya pada meja. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Karena semua ini membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Ia sudah terbiasa dengan sikap lembut suaminya. Tapi,akhir-akhir ia malah dapati suaminya bersikap dingin.

Reno yang mendengar ungkapan perasaan istrinya menghentikan makannya seketika. Ia melirik istrinya sebentar lalu melanjutkan lagi makannya. Sejujurnya,ia tidak mendiamkan istrinya. Ia juga tidak nyaman dengan suasana canggung. Entahlah,ia bersikap seperti ini hanya karena mengikuti hatinya saja. Kekesalannya 2 hari sudah sirna. Tapi,ia tidak tahu akan berkelanjutan hingga seperti ini.

Nadia mempoutkan bibirnya lucu. Lalu beranjak dari tempat duduknya menuju kamarnya. Reno tersenyum melihat tingkah istrinya yang kekanakan. Tidak hanya itu saja,Nadia bahkan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Menutup pintu dengan keras membuat Reno menghela nafas.

Reno beranjak dari duduknya,membereskan sendiri piring-piring yang kotor dan mencucinya. Setelah selesai dengan kegiatannya, ia pergi ke ruang kerjanya. Menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin.

Reno dengan wajah seriusnya semakin tampan. Ia lelaki idaman untuk wanita di luar sana. Meskipun ia menikah dengan Nadia karena perjodohan, ia bahagia. Reno jatuh cinta pada Nadia sejak pertama kali bertemu. Nadia gadis yang cantik dan polos. Ia tidak seperti perempuan lainnya yang suka berdandan dan berbelanja. Nadia sederhana dengan penampilannya yang tertutup. Gamis dan kerudung panjang tak pernah lepas dari tubuhnya. Sejak saat itu lah Reno menyukai Nadia. Meskipun Nadia tidak pernah tahu kalau sebenarnya ia cinta pada istrinya. Hanya saja,ia memendam perasaannya. Ia tidak mau Nadia kecewa. Mengingat istrinya menerima perjodohan ini bukan karena cinta tapi terpaksa.

"Sedang apa dia di kamar?" tanya Reno.

Reno mengacak rambutnya frustasi. Ia menginginkan Nadia. Tapi,ia takut akan menyakiti gadis itu. Ia benar-benar frustasi. Apalagi,gadis itu tadi meminta maaf padanya. Membuatnya semakin bersalah. Dengan perasaan kalut,ia beranjak dari duduknya lalu menghampiri Nadia yang ada di kamar.

Reno mendengar Nadia sesegukkan. Apakah dia menangis? Pikirnya. Dengan langkah hati-hati ia duduk dan mensejajarkan tubuhnya dengan Nadia. Nadia terkejut mendapati suaminya ada dihadapannya.

"Sejak kapan dia berada disini?" batinnya.

Reno membersihkan air mata Nadia dengan ibu jarinya. Ia tersenyum menenangkan membuat Nadia semakin menangis. Nadia tidak tahu kenapa hatinya takut kehilangan suaminya. Mengingat pernikahan ini bisa saja bubar karena tidak ada cinta di dalamnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta & UangWhere stories live. Discover now