Part 39 - Zaman jahiliah

Start from the beginning
                                    

Setiap pagi tiba Nasha selalu membuang kaleng itu ke tempat sampai. Sempat rasa khawatir menyelimuti Nasha. Kali, ini Maida sudah membaik. Dia baru selesai mandi. Rambutnya yang masih basah tampak di balut handuk putih kecil.

"Biarin kering sendiri, Mai. Kasian rambut kalo tiap hari di perlakulan gitu," ujar Nasha tahu Maida akan mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

Rambut Maida di ganti warna lagi, kini dia mewarnainya dengan warna blonde. Kulitnya yang putih membuat Maida seperti artis luar negeri. Kebiasaan Maida kala frustrasi yaitu mewarnai rambutnya.

"Kayak anak kecil punya mainan baru aja, lu. Dari tadi pagi nyampe sore asyik main drone."

"Suka nyinyir deh. Ini tanda terimakasih, soalnya ini kan dari Korea. Pemberian Daehan pula," ungkap Nasha bangga.

"Kamera kamu mana?"

Nasha tertawa, "Mau minjem ya?"

"Gue dorong dari balkon mau?" kesal Maida.

Sahabatnya ini jika sudah kumat penyakit sombong dan narsisnya akan sangat menyebalkan.

"Berani mah ayo, tapi jangan nyesel kehilangan orang manis kayak gue. Gue kan ngangenin."

"Iya gue ikut loncat," jawab Maida ngasal.

"Yang pengen sehidup semati, tau kok."

"Kamu kok menyebalkan yah lama-lama."

Maida memilih menyisir rambutnya dari pada meladeni ucapan sahabatnya ini. Jika dalam urusan debat Nasha tidak pernah kalah. Meski yang tampak beringas itu Maida. Namun lebih menyeramkan Nasha. Nasha itu tenang seperti tetesan embun di dedaunan. Tapi dapat menyeramkan seperti badai di lautan.

"Laki lu kemana? " tanya Maida yang kini tengah bermain PS bersama.

"Gawe."

"Dia kerja apa? Bukannya off? "

"Mana gue tahu," Nasha menjawab sambil mengedikan bahunya.

"Wah mencurigakan, btw lu gak curiga? Gimana kalo dia ke rumah perempuan lain."

"Selagi sama cewek, berarti Nabil normal."

"Saraf! Gak ada takut-takutnya suami main api, " Miada menggeleng-geleng.

"Kalo main api, tinggal gue bakar nyampe jadi abu."

Maida terkekeh. Benar 'kan Nasha itu punya sisi menyeramkan.

"Nanas? " panggil Maida.

"Hmm. "

"Kalo inget pas awal-awal ketemu aku liat kamu itu, hmm.. You know lah. Kerudung buka tutup kayak jalur puncak, tengil, sangar. Pokoknya beda lah. Tapi beruntung gak jauh dari Tuhan. Kalo orang yang kenal kamu sekarang, gak bakalan ngira deh."

"Itu zaman jahiliah.. Tapi, singa betina dalam diri gue bisa bangkit sewaktu-waktu. Contohnya, kayak sekarang,"Nasha bersorak memenangkan pertandingan.

"Yes! Makan daging, kepiting, es krim. Ah, ayo lah," lanjut Nasha. Mereka memang bertaruh, jika yang kalah harus mentraktir sepuasnya.

"Shit! Tekor ATM ini mah," sebal Maida. Sementara itu Nasha tersenyum penuh kemenangan.


Maida memajukan mulutnya beberapa centi. Dia kesal pada Nasha, pasalnya Nasha mengajak Arsalan dan beberapa temannya untuk makan bersama. Yang jadi masalah ini, mereka makan menggunakan uang Maida semua. Entah berapa rupiah yang melayang. Mereka memakan daging sapi panggang kualitas terbaik sudah pasti harganya mahal.

"Mau pesen apa lagi, sok aja," tawar Nasha. "Tenang, bu Mai baik hati bayarin." Maida bergeming. Merka makan bersama tim yang membantu proses pembuatan vlog dan lainnya.

"Oh, iya Nas. Pak Setya kemarin nanyain kamu soal tawarannya itu lho," kata Aldi si admin.

"Gak tau masih mikir-mikir dulu."

"Rezeki cuy, jangan di tolak," tukas yang lain.

Langkah mereka menuju gedung bioskop. Alan selalu mengundang tawa dengan celotehannya. Tapi, tiba-tiba saja Nasha berhenti.

"Arya! " panggil Nasha melihat Arya di depannya. Arya menoleh dan menyapa mereka.

"Kebetulan, sekalian kita ngobrol keberangkatan ke NTT," ucap Maida.

Mereka berbincang sebentar. Nasha dan kawan-kawan berencana mengunjungi NTT dalam waktu dekat ini. Untuk acara sosial. Mereka ingin mengajak Arya yang statusnya sebagai dokter. Kebetulan Arya tidak memiliki waktu luang yang panjang, dia pamit setelah obrolannya dirasa sudah selesai. Selepas itu mereka melanjutkan acara yang sempat tertunda, nonton. Maida sudah bernafas lega, ia pikir acara ini tidak jadi. Rupanya dugaannya salah.

"Eh, tunggu di parkiran aja ya. Aku mau ke toilet dulu, " kata Nasha.

*
N

asha selesai dengan urusan toiletnya, dia sempat memeriksa penampilannya di hadapan cermin. Begitu berbalik, Nasha hampir menabrak orang yang baru masuk. Hal yang membuat Nasha kaget adalah apa yang di kenakan wanita tadi di lehernya, kalung yang berada di koper Nabil.

"Cindy," gumam Nasha.

Sontak wanita itu berbalik menatap Nasha. "Kamu mengenal saya?" tanya Cindy.

Nasha mencoba tersenyum, "Kita bertemu lagi, maaf saya tidak sengaja."

"Ah, es krim! Tidak apa-apa."

"Kalau begitu saya, permisi," Nasha pergi dengan segudang tanya di benaknya. Apa kalung itu pemberian Nabil.

"Woy! Lama amat di toilet, nongkrong? " kesal Arsalan. Nasha yang masih bingung tampak acuh dan masuk ke mobilnya.

"Itu anak kesambet jurig wc? Kagak bisa di tanya, baca-in ayat kursi Di," titah Arsalan.

Berbeda dengan Arsalan, Maida mengetahui ada hal yang tidak beres. Maida menduga jika ini berhubungan dengan Nabil, karena tadi tanpa sengaja ketika menunggu Nasha, Maida melihat Nabil sekilas.

"Are you okay?" tanya Maida.

"Hm? I'm ok," lirih Nasha.

Sulit memang untuk mengetahui kondisi Nasha. Dia selalu tertutup akan perasaannya, bahkan pada Maida sendiri yang jelas sahabat sejatinya. Tidak jarang Maida di buat kesal dengan sikap Nasha yang ini.

My Love is on PaperWhere stories live. Discover now