• TPM| 31 •

9.4K 474 23
                                    

Mobil Davren berhenti tepat pada lampu merah. Tangannya meraih tangan Vebby dan di kecupnya dengan lembut, semua masih terasa membahagiakan kejadian di basement mall tadi benar-benar membuat Davren bahagia, tidak, tapi sangat berbahagia. Selama ini dia belum sekalipun pernah merasakan sebahagia ini.

Davren bersyukur, sangat amat bersyukur karena dapat di pertemukan oleh Vebby. Davren bersumpah tidak akan menyakiti dan membuat gadisnya menangis walau hanya setetes air mata saja. Ia hanya akan membiarkan Vebby menangis karena terharu bahagia. Ya, Davren akan membahagiakan Vebby bagaimana pun caranya.

Lampu merah telah berubah menjadi hijau. Suara klakson dari belakang menyadarkan Davren dari diamnya, buru-buru dia kembali menjalankan mobilnya.

Di sampingnya Vebby tertidur pulas, walau sesekali Davren mengecupi punggung tangannya. Vebby tertidur dengan wajah yang begitu tenang, bahkan saat matanya terpejam seperti itu kecantikkannya bertambah.

Mobil Davren memasuki garasi, kedua matanya memicing saat melihat keributan di depan rumahnya. Ia terdiam seperti mengenali pria yang sedang menghadap belakang itu. Dia seperti? Shit! pikir Davren geram. Dengan tergesa-gesa ia turun dan tetap membiarkan Vebby agar tertidur di dalam mobil.

Davren menutup pintu mobil dengan pelan, sebelum menghampiri pria itu. Dirinya sempat meminta kepada penjaganya untuk berjaga di sekitaran mobil.

Davren tidak langsung mendekati keributan yang terjadi. Dia sempat berdiri beberapa langkah dari belakang pria itu.

"Kau ini siapa? Pergi dari sini, jangan membuat keributan di rumah ini." ucap salah satu Security.

"Aku mencari pemilik rumah ini, dia sudah membawa putriku. Dia juga sudah memukuliku hingga seperti ini," sahut Pria itu.

"Tuan sedang tidak ada rumah, pergi saja. Jangan berisik disini." balas Security yang bernama Matt.

"Aku tidak akan pergi sebelum Tuanmu menyerahkan putriku," timpal Pria itu lagi.

"Kenapa anda mencari saya?" tanya Davren dari arah belakang, suara baratonnya itu membuat pria paruh baya yang sedang bertengkar dengan Matt menoleh.

"Hei kau, kembalikan putriku." teriak pria paruh baya itu. "Jika kau tidak mau mengembalikannya, aku akan melaporkan dirimu."

Davren tersenyum miring. "Melaporkan? Silakan saja laporkan, tapi saya tidak akan diam. Saya akan kembali melaporkan diri anda atas penjualan anak di bawah umur."

Pria paruh baya yang di ketahui bernama Victor itu memucat pasi, merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Bagaimana mungkin dia tahu? pikir Victor.

"Kenapa diam?" sambung Davren melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa anda takut? Laporkan saja saya kepada polisi dan saya akan melaporkan anda kembali,"

"Kembalikan putriku."

"Sampai kapanpun saya tidak akan mengembalikannya pada anda."

Victor menggeram. "Kembalikan atau kau akan tahu akibatnya?"

"Akibatnya apa?" tanya Davren berjalan mendekati Victor. "Jangan mengancam saya dan jangan pernah bermain-main dengan saya."

"Jika aku tidak mendapatkan putriku maka aku akan menggantikannya dengan adikmu, bagaimana? Dia tidak kalah cantik?" tawa Victor kencang.

Davren menggeram dan langsung memukul Victor tepat mengenai rahangnya. "Berani anda menyentuh adik saya, maka nyawa anda yang menjadi gantinya." teriak Davren menarik kerah baju Victor.

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin putriku. Kembalikan dia jika kau tidak mau adikmu ku jadikan jalang," balas Victor berteriak.

Davren kembali meninju Victor hingga mengenai hidung pria itu. "Saya tidak peduli jika anda lebih tua dari saya, tapi siapapun yang berani mengusik keluarga saya. Maka akan saya pastikan anda hidup sengsara penuh kesakitan." ancam Davren mendorong tubuh Victor hingga tersungkur si bawah kaki Matt. "Bawa pria ini pergi dari sini, dan jangan sampai dia kembali masuk ke dalam."

The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang