• TPM| 29 •

9.7K 497 29
                                    

Davren dan Vebby baru saja keluar dari rumah sakit, setelah selesai memeriksa luka di telapak tangan Vebby. Mendengar apa yang di katakan dokter cukup membuat Davren bernafas lega. Keduanya berjalan beriringan keparkiran.

"Akukan sudah bilang lukanya tidak apa-apa." gerutu Vebby, dia merasa sedikit kesal karena kekhawatiran Davren.

"Walaupun tidak apa-apa tetap saja harus di periksa," ucap Davren menjalankan mobilnya.

Vebby mengerucutkan bibirnya, perdebatan kecil karena luka membuat dirinya kesal kepada Davren yang menurutnya berlebihan itu.

Davren melirik Vebby yang terlihat kesal kepadanya. Dia menahan tawanya saat melihat Vebby yang begitu menggemaskan dengan bibir yang mengerucut.

Vebby melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya melirik Davren yang sedang menahan tawa terlihat dari raut wajah pria di sampingnya.

"Kenapa? Kau mau tertawa Hm?" ketus Vebby.

"Apa? Siapa? Aku? Tidak," sahut Davren berdehem pelan.

"Jangan berbohong kepadaku, kau sedang menahan tawakan? Aku tahu itu," balas Vebby.

"Tidak sayang," timpal Davren mengulurkan tangannya mengusap lembut kepala Vebby. "Ada apa? Kenapa kamu lebih cepat marah?"

"Aku sedang kesal denganmu, kau berlebihan hanya luka sekecil ini saja."

"Masih soal luka?"

Vebby mengangguk pelan. "Tentu saja, aku masih kesal denganmu!"

Davren tersenyum kecil. "Aku seperti itu hanya karena aku tidak ingin kamu kenapa-napa. Walaupun sekecil apapun luka yang ada pada kamu." ucap Davren selembut mungkin.

"Tapi itu akan membuatmu kerepotan dan aku tidak mau merepotkanmu lagi," jeda Vebby sebentar. "Dengan kita kedokter akan membuang waktu saja!"

"Apa yang kamu bicarakan, Hm? Kamu berpikir waktu aku akan terbuang jika hanya mengantarkan kamu ke dokter?"

Vebby mengangguk. "Kamu pasti sangat capekan? Menjemputku menunggu berjam-jam, setelahnya kau mengantarkan aku ke dokter."

"Dengarkan sayang, aku yang ingin menjemput kamu. Aku juga yang ingin menunggu dan aku yang ingin membawa kamu ke dokter. Tidak apa jika aku kehilangan waktu, asal aku tidak kehilangan kamu."

Vebby tersenyum memukul pelan lengan Davren. "Jangan mulai menggombaliku terus!"

Davren terkekeh menarik kepala Vebby agar mendekat kepadanya, lalu diciumnya puncuk kepala Vebby dengan lembut dan penuh rasa cinta.

Vebby tertawa kencang di dalam dekapan Davren. Kedua tangannya melingkar di pinggang Davren.

Davren menumpukan dagunya di atas kepala Vebby. Dengan sebelah tangan kanan yang mengusap lembut pipi chubby Vebby, sedangkan tangan kiri memegang stir mobil.

"Apa kamu lapar?" tanya Davren kembali mencium puncuk kepala Vebby.

"Sangat," jawab Vebby lesu. "Apa kita akan makan?"

Davren memanggutkan kepalanya pelan. "Heum, aku juga sangat lapar."

Mobil Davren mulai memasuki kawasan restaurant cepat saji. Dia memakirkan mobilnya di dekat parkiran yang tidak jauh dari pintu masuk.

Mereka berduapun turun berjalan bergandengan dengan tangan yang saling menggenggam erat. Saat di dalam mereka memilih untuk duduk didekat jendela dengan pemandangan indah di depannya.

"Selamat sore Tn. Davren, silakan di pilih menu dari kami." ucap Pelayan membungkukkan tubuhnya hormat.

"Terima kasih," sahut Davren tersenyum. "Kamu ingin makan apa?"

The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang