• TPM|5 •

14.5K 605 19
                                    

•Happy Reading 💕 •

Davren menginjak pedal gasnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Restaurant dan juga Yuna. Yang ia mau saat ini adalah bertemu dengan adiknya sebelum adiknya benar-benar kembali ke Spanyol.

Setibanya dirumah Davren turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumahnya ia dapat mendengar suara gelak tawa Dea dan Vebby di dalam. Kakinya terus melangkah mencari asal suara.

Davren menghentikan langkahnya ketika melihat dua gadis yang ia cari. Seukir senyuman menghiasi wajah tampannya saat melihat Dea dan Vebby sedang bergurau.

"Dea?" panggil Davren tersenyum.

Dea dan Vebby menghentikan tawanya, keduanya sama-sama menoleh kearah suara.

"Kakak sudah pulang?" tanya Dea berjalan menghampiri Davren. "Aku pikir kakak akan pulang malam?"

"Tidak. Kakak sengaja pulang cepat agar bisa mengantarmu ke bandara."

Dea yang mendengar berbinar. "Seriously? Is it true my brother will escort me to the airport?" tanya Dea menatap Davren lekat.

Davren mengangguk. "Yes, I'm seriously. I'll drive you to the airport later." jawab Davren.

Dea bersorak ia langsung berhamburan kedalam pelukan Davren, tubuhnya bergetar karena menangis berpisah dengan Davren adalah hal yang tidak Dea inginkan. Apalagi kecil kemungkinan untuk kembali ke New York.

"Can't we be together again? I don't want to part with you, I want to be with you." isak Dea menenggelamkan wajahnya di dada bidang Davren.

Davren tersenyum kecil. "Don't cry dear, We can will not separate." ucap Davren mengecup kening Dea.

Dea menganggukkan kepalanya pelan. "I love you brother!" sahut Dea tersedu.

"I love you more little!" balas Davren melepaskan pelukannya, ia menyerka air mata Dea. "Ayo siapkan dirimu, aku akan membantumu."

Dea menggeleng. "Tidak usah kak, aku sudah merapikan barangku tadi dengan Vebby."

Davren menatap Vebby yang sedari tadi diam. Ia tersenyum kecil lalu membawa Dea masuk ke dalam.

Vebby tersenyum ia menghela nafas pelan. Melihat Davren dan Dea membuat Vebby ikutan menangis. Dengan cepat ia menyerkanya dan masuk ke dalam.

Dea menarik koper mininya sambil menuruni anak tangga. Ia tersenyum menatap kearah Vebby yang berada di hujung tangga.

"De. Padahal kita baru bertemu sebentar tapi kamu sudah mau pergi." ucap Vebby. "Kamu hati-hati ya."

Dea mengangguk menaruh kopernya lalu memeluk Vebby. "Jangan pergi dari rumah kakakku ya Vebb, aku mohon jaga kakakku."

Vebby meneguk salivanya sedetik kemudian ia mengangguk menyetujui permintaan Dea, walau awalnya ia tidak ingin tapi hatinya justru berbeda dan malah meng-iyakan.

"I-iya a-aku a-akan me-menjaga Om."

Dea melepaskan pelukannya. "Terima kasih." Dea menyerka air matanya yang menetes. "Aku akan kembali kesini lagi."

"Aku akan menunggumu."

Davren melangkah menuruni anak tangga sambil melipat kemejanya hingga kesikut tangannya. Dua kancing bagian atasnya pun terbuka membuat Davren semakin terlihat tampan.

Vebby yang melihat Davren meneguk salivanya dengan susah payah. Tiba-tiba saja ia menjadi salah tingkah ketika tanpa sengaja matanya dan mata Davren saling bertubrukan.

The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang