• TPM|19 •

11.2K 529 27
                                    

Davren dan Vebby mengantarkan Axel hingga depan rumah. Seperginya mobil Axel keduanya masuk ke dalam.

Vebby menghempaskan bokongnya ke sofa sambil tersenyum manis. "Aku sangat senang!" ucap Vebby.

"Kenapa senang, Hm?" tanya Davren duduk di sebelah Vebby.

"Karena akhirnya kau dan Om Axel, kembali bersama!" jawab Vebby terdengar bahagia.

Davren mencium pipi Vebby gemas. "Semua berkat kamu sayang, kalau bukan karena kamu mungkin sampai saat ini aku dan Daddy masih seperti orang asing." ujarnya Davren setelah mencium pipi Vebby.

Vebby tersenyum dan sedetik kemudian ia teringat akan sesuatu. "Astaga!" pekik Vebby berdiri. "Aku harus kembali ke kos!"

"Hei!" Davren menarik lengan gadisnya hingga terduduk di atas pahanya. "Mau kemana?"

"Aku harus pulang. Tata, pasti mencariku karena belum pulang sampai malam begini."

Davren menghela nafas panjang. "Kamu akan terus disini, aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari rumah ini."

"Dav----"

"Tidak sayang tidak!" potong Davren cepat. "Kamu akan tinggal disini selamanya. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi!"

"Dav, aku tidak akan pergi! Aku hanya ingin pulang, karena besok aku harus kuliah."

"Ya sudah, besok saja kamu berangkat kuliah dari sini! Tidak perlu pulang." ucap Davren bersikekeuh.

Baru saja Vebby, ingin menjawab namun Davren, sudah memotong pembicaraannya lebih dulu.

"Aku tidak suka di bantah Babe!" lanjut Davren mengecup ujung bibir Vebby.

Vebby mengerucutkan bibirnya menatap kekasihnya dengan dongkol. Vebby berdiri dari pangkuan Davren, tanpa berkata lagi ia berlari menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar.

Bukan bermaksud melarang kekasihnya untuk kembali ketempat sahabatnya. Davren, hanya tidak ingin mengambil resiko membiarkan kekasihnya pergi pada malam hari, apalagi ia harus membiarkan kekasihnya itu tinggal hanya berdua dengan Tata.

Davren bisa saja mengantarnya, tapi kata Ernata, Kavanya dan Davian sudah mulai melancarkan rencananya. Davren, di haruskan berhati-hati dan tidak di haruskan keluar rumah pada malam hari.

"Aaaa! Davren?!" teriak Vebby dari dalam kamar.

Davren yang mendengar teriakan dari Vebby langsung berlari ke lantai atas. Ia masuk ke dalam kamar dan langsung memeluk tubuh Vebby yang bergetar.

Vebby memeluk Davren sangat erat, kedua tangannya meremas pakaian yang di gunakan oleh Davren.

Kedua matanya terbelalak saat melihat jendela kamar Vebby, Davren mengecup kening Vebby dengan mata yang terfokuskan pada tulisan di kaca yang bertuliskan. KAMU HARUS MATI! bukan hanya tulisan tetapi ada juga boneka dengan kepala yang terpisah, boneka itu juga berlumuran darah.

"I-itu----"

"Ssstt!" desis Davren pelan. "Jangan di lihat! Tenanglah."

"A-aku takut,"

Davren menggeram pelan, rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal kuat. Amarahnya memuncak karena sudah tahu siapa yang melakukan teror kepada Vebby.

Tubuh Vebby benar-benar gemetar mungkin itu efek dari kaget dan shock karena melihat teror yang terjadi, bahkan tubuh mungilnya terasa melemas sampai akhirnya Davren, merasakan bahwa Vebby jatuh pingsan.

Davren membawa tubuh Vebby kekamarnya dan memastikan sekitaran kamarnya aman. Ia menidurkan tubuh Vebby menyelimutinya hingga batas leher gadis itu.

The Perfect Match [SUDAH DI BUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang