DELAPAN BELAS

6.2K 876 51
                                    

Sebelumnya saya mau minta maaf, buat teman-teman sekalian yang komennya nggak saya balas. Bukan saya sombong atau apa, tp seperti yang pernah saya bilang, hp saya kondisi lagi nggak bagus, tombol kanan kirinya nggak bisa lagi berfungsi, jadi setiap mau balas komen kalian, saya nggak bisa buat ngembaliinnya ke awal.

Mohon ya jangan marah. Saya makasih banget karena sampai hari ini kalian masih setia ngasih dukungan sama saya. Juga vote dan komen dari kalian pembaca setia yang nggak pernah absen ngisi laman notifikasi saya. Itu aja yang mau saya omongin. Untuk bab selanjutnya, mohon sabar menunggu. Dan juga, klau berminat, kalian bisa beli dua cerita saya yang sudah ada di google play.

Selamat membaca dan semoga coretan saya yang nggak seberapa ini bisa menemani kalian di waktu senggang.

🍃🍃🍃

                                                  

Hari ini, terasa ada perasaan tak mengenakan yang terus menggayuti hati Danu. Semua itu dimulai saat ia menerima telpon dari sang yang menyuruh ia datang ke salah satu lokasi yang nantinya akan dibangun sarana pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.

Saat mobil yang dikendarainya berhenti di lokasi yang masih lapang terlihat lapang dan belum tampak adanya kegiatan bangun membangun, Danu merasakan firasat tak mengenakan itu semakin pekat ia rasakan. Namun biar pun begitu, sebagai anak yang sangat menyayangi kedua orang tuanya, Danu memutuskan untuk keluar dari mobil dan segera menemui sang ayah yang sudah nampak punggung lebar dan tegapnya dari tempat ia berada sekarang.

Berpikir bahwa firasatnya hanya mengada-ada, Danu malah mendapat fakta bahwa...

Bugh

Bugh

Bugh

Ternyata firasatnya benar adanya. Danu yang tak sempat mengantisipasi serangan mendadak yang ia terima langsung terjatuh ke tanah setelah menerima dua pukulan di perut dan satu pukulan di pipi kirinya. Sambil meringis memegangi pipinya yang berdenyut sakit, Danu menatap horor sosok Ahmad Ramadhan yang saat ini terlihat seperti malaikat pencabut nyawa di matanya.

"Ayah... " ucapnya diantara ketidak-percayaan karena baru saja mendapat bogem mentah dari sosok pria yang sangat dihormatinya itu.

Ahmad yang membawa aura mengerikan di seluruh tubuhnya berjongkok di depan sang anak, lalu sedetik kemudian memegang erat kerah kemeja anaknya yang tak tahu aturan. "Kamu anggap apa ayahmu ini, Dan? Mengambil keputusan besar dan kamu nggak ada sedikit pun niat untuk memberitahu lelaki tua ini!"

Tahu jika tak ada lagi rahasia yang bisa tetap dijadikan rahasia di depan ayahnya, Danu menundukkan kepala dan berujar, "Maaf."

Ahmad mendengus kesal sembari melepaskan kerah baju anaknya dengan kasar. Tak mempedulikan jika celana bahannya akan kotor, ia duduk dan menatap lurus ke depan. "Maaf setelah lebih dari sebulan kamu menutupi semuanya dari ayah? Memangnya kamu nggak mikir bagaimana perasaan ayah saat tau kamu menikah diam-diam dan perempuan yang kamu nikahi itu sudah ayah anggap anak sendiri?!"                              

Mencari Arti Bahagia [TTS #4 |SELESAI | Sudah Terbit]Where stories live. Discover now