DUA BELAS

6.9K 906 164
                                    

350 vote
150 komen

🍃🍃🍃

Asya tak bisa menghentikan air mata bahagia yang terus mengalir dari kelopak matanya. Bahkan ketika kata sakral itu telah diucapkan, kemudian seruan kata 'sah' dari ke empat pria yang duduk berjajar di belakang mereka juga empat wanita yang mendampingi, Asya tetap tak bisa menghentikan aliran air menuruni pipinya.

Pria yang kini memberikan seulas senyum dan tatapan hangat sambil menyematkan cincin di jari manisnya, menepati kata-kata yang pria itu ucapkan kemarin malam. Bahwa tempat yang akan mereka datangi bisa membuat ia senang. Dan memang benar itulah yang Asya rasakan saat ini.

Hingga kemudian satu kecupan mendarat di keningnya dan memberikan ia kebahagiaan yang berlipat ganda.

"Cengengnya istriku ini," ucap Danu dengan nada menggoda. "Untuk sekarang, cuma segini dulu yang bisa aku berikan untuk memberikan status kamu di sisiku. Tapi nanti, saat semua permasalahanku telah selesai, aku akan mengesahkan pernikahan kita. Bukan cuma di mata agama tapi juga di mata hukum." imbuh Danu lagi penuh janji.

Tidak ada satupun kata yang sanggup Asya ucapkan selain hanya anggukkan kepala serta air mata bahagia yang menjadi pertanda kebahagiaannya. Semula Asya mengira bahwa hubungan terlarang yang ia jalani tak akan bermuara kemana pun. Akan tetapi, pria yang sore ini mengucapkan kalimat sakral untuk mengikat dirinya di depan penghulu, nyatanya bisa mewujudkan salah satu mimpinya menjadi kenyataan.

"Sudah, jangan menangis lagi." masih dengan seulas senyum yang terpatri di bibir, Danu menyeka air mata di pipi wanita yang telah diikatnya dalam ikatan pernikahan. Meskipun belum resmi, Danu bisa menjamin bahwa tak lama lagi wanita menggemaskan miliknya ini akan menjadi satu-satunya wanita yang menyandang gelar sebagai istri. Tinggal satu langkah lagi untuk mewujudkan itu semua.

"Mulai sekarang, bisa kamu mempercayakan segalanya padaku?" Danu mendongakkan kepala wanitanya, tak mempedulikan siulan dari para sahabat juga penghulu yang hanya bisa tersenyum maklum. "Entah itu kebahagiaan juga sedihmu, bagilah denganku. Dan aku berjanji akan membuat situasinya lebih mudah untuk kamu jalani."


Selain mengangguk, memangnya apa lagi yang bisa Asya lakukan? Lidahnya masih terasa keluh dan ia sendiri bingung harus bagaimana untuk menunjukkan kebahagiaan yang ia rasa.

Tadinya, saat pria di depannya ini menjemput di kampus, Asya mengira akan diajak ke restoran mewah atau mungkin ke tempat hiburan yang belum pernah ia datangi. Namun pada kenyataannya, Asya malah dibawa ke sebuah rumah sederhana dan langsung disambut oleh empat wanita yang tampak cantik namun memiliki karakter yang berbeda. Kemudian, tanpa sempat menyuarakan keheranan, Asya ditarik ke sebuah ruangan, dibantu berganti pakaian dan dihias layaknya seorang pengantin.

Dalam sekejap mata, Asyapun mendapat status istri dari seorang pria yang dulunya hanya bisa ia khayalkan. Namun kebahagiaan yang ia rasakan saat ini masih menyisakan perasaan tak enak dalam hatinya. Selain fakta jika pria di depannya ini memiliki istri yang sah dan mungkin saja ia telah menyakiti wanita itu dengan sengaja, tak ada satupun sanak keluarga yang mendampingi sedikit banyaknya membuat Asya merasa kebahagiaannya tidaklah sempurna.

"Cari kamar ajalah, Dan, kalau udah nggak tahan." celetukkan Rudi langsung mendapat pelototan garang dari Via, yang seketika membuat pria itu langsung mengunci bibirnya rapat-rapat.

Sementara Asya, bukan main merah padam wajahnya karena mendengar ucapan dari salah seorang sahabat suaminya.

Suaminya?

Mencari Arti Bahagia [TTS #4 |SELESAI | Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang