TUJUH BELAS

6.2K 801 44
                                    

Saya nggak mungkin lupa sama teman2 yg udah dukung saya dari awal sampai hari ini. Tanpa kalian saya bukanlah apa2.

Saya tau, dan saya nggak mungkin lupa sama kalian yang udah membuat cerita saya dikenal banyak orang. Buat kalian yg udah dukung saya, saya cuma bisa ngucapin makasih yang sebesar-besarnya. Dan tolong dimaafkan kalau saya sempat membuat kalian kecewa. Untuk ke depannya dan sampai cerita ini tamat, tolong diingatkan klau saya melakukan kekhilafan lagi.

Saya juga mau kasih tau klau bab ini ada adegan dewasanya. Pandai-pandailah memilih bacaan. Saya sudah memperingatkan, klau masih ngeyel, itu menjadi urusan kalian dan bukan lagi tanggung jawab saya.

Selamat membaca, dan semoga coretan saya yang amatir ini bisa selalu menemani kalian di waktu senggang.

🍃🍃🍃

                                                         

Sedari pagi, tak sekali pun Danu bisa konsentrasi membaca berkas yang terhampar di atas meja di depannya. Perasaan antusias juga rasa tak sabar menunggu kedatangan wanita yang sudah menempati seluruh ruang di hatinya itu membuat ia terus menerus melirik jam untuk menghitung waktu.

Danu sengaja meminta Asya untuk datang ke kantornya setelah wanita itu menyelesaikan apapun urusannya di kampus. Selain ingin terus menghabiskan waktu bersama, Danu juga ingin menciptakan lebih banyak lagi momen kebersamaan mereka di mana pun tempatnya serta menempatkan wanitanya itu di setiap lingkup ruang pribadinya.

Tak lama kemudian penantian Danu berbuah manis dengan hadirnya sosok wanita yang berdiri canggung di ambang pintu ruang kerjanya yang terbuka lebar. Dilihatnya penampilan Asya sedikit berbeda dari pertama kali mereka bertemu. Sekarang tak ada lagi kaca mata tebal yang menutupi matanya indah dan adanya sentuhan make up tipis di wajahnya yang bulat.

"Masuk dan tutup pintunya, Sya." ucap Danu yang tak melepas tatapannya dari wanita yang hampir sebulan ini menyandang status sebagai istrinya.

Asya yang walau pun masih canggung bergerak cepat untuk menuruti perkataan pria yang duduk di balik meja sana. Dengan kebingungan yang pekat, wanita itu bertanya, "Mas kok minta aku ke sini? Kalau ada masalah, bisa dibicarakan di rumah, kan?"

Danu tak dapat menyembunyikan senyum di bibirnya saat wanita molek yang masih berdiri di tengah ruang kerjanya sudah membahasakan dirinya 'aku' dan tak lagi menggunakan kata saya. Dan yang lebih spesial, ia mendapat panggilan 'mas' dari wanitanya itu.

Mencari Arti Bahagia [TTS #4 |SELESAI | Sudah Terbit]Where stories live. Discover now