Prolog

15.6K 1K 35
                                    

Napas Danu masih memburu cepat. Saat pelepasan terakhir yang ia dapat, tubuhnya ambruk dan menimpa tubuh lembut di bawahnya. Tak ada satupun yang bersuara, bahkan Danu masih sangat enggan untuk memisahkan diri dari cengkraman lembut di bawah sana.

Entah apa yang terjadi padanya hingga bisa berakhir di kamar hotel ini? Yang terakhir Danu ingat, beberapa jam yang lalu ia menghadiri salah satu pertemuan dengan kliennya di sebuah restoran. Dan saat akan pulang, Danu melihat satu sosok yang cukup dikenalnya karena pernah beberapa kali bertemu, dalam kondisi yang tak baik dan jalannya sempoyongan. Di belakang sosok itu, Danu juga melihat ada beberapa orang pria yang diam-diam mengikuti.

Dari tempatnya berdiri, Danu bisa langsung menyimpulkan jika beberapa pria itu pastilah memiliki niat yang tak baik kepada sosok berkuncir dua dan memakai kaca mata tebal untuk matanya yang rabun.

Sebagai pria yang tak bisa melihat sesuatu yang 'salah' terjadi di depan matanya, Danupun mengambil langkah untuk menghampiri sosok pendiam yang dikenalinya itu. Dengan gerakkan seolah sudah terbiasa, Danu merangkul pinggang yang lebar itu dan membawanya menuju tempat dimana mobilnya berada. Dan dalam perjalanan, gadis yang dalam kondisi tak sepenuhnya sadar itu menceracau tak jelas, lalu tanpa diduga kepala gadis itu lunglai di bahunya dan aroma bayi langsung melingkupi seluruh ruang di mobilnya dan langsung bisa dicium oleh Danu yang dengan rakus.

Entah apa yang terjadi selanjutnya, yang Danu tahu tiba-tiba saja aroma yang tak biasa dipakai oleh seorang gadis beranjak dewasa itu seketika bisa membangkitkan sesuatu yang tertidur di dalam sana. Sesuatu yang selama ini bisa ia kendalikan dengan baik.

Dan saat setan berlomba-lomba menghasutnya, maka Danu yang sudah sangat lama tak merasakan hangatnya sentuhan wanitapun akhirnya kalah dan berakhir di dalam kamar hotel ini dalam keadaan terpuaskan juga diliputi rasa bersalah yang perlahan mulai muncul. Rasa bersalah yang timbul bukan karena ia mengkhianati ikatan suci pernikahan, melainkan karena ternyata sosok lembut yang masih terpejam di bawahnya itu masih 'suci' sebelum ia merenggutnya tadi.

                                             
Sedikit tak rela karena rasa nyaman yang belum pernah dirasakan di bawah sana, Danu perlahan menarik diri, yang langsung menyebabkan kernyitan di kening yang berkeringat itu. Menggunakan kedua sikunya sebagai penyanggah, penuh perasaan sekaligus penyesalan, Danu menyeka keringat gadis yang telah berganti status sebagai wanita dalam semalam itu sambil berkata, "Maaf... tidak seharusnya saya mengambil kesempatan saat kamu tidak sepenuhnya sadar!"

Perlahan napas yang terengah itu kembali normal. Dadanya yang membusung dan membuat mata Danu selalu tertarik ke sana untuk melihatnya, juga tak lagi turun naik dengan cepat. Kemudian kelopak mata yang terpejam itu terbuka, dan dalam hitungan detik, pipi gembil itu bersemu merah saat bertemu tatap dengannya.

"Kenapa?" terlihat jelas jika Danu khawatir melihat kernyitan yang masih ada di kening wanita di bawahnya itu. "Di bawah sana masih sakit?" tanyanya untuk memastikan.

"Nggak." suara itu terdengar lemah, namun merah di pipinya semakin menjadi.

"Kamu kepanasan?" tanya Danu lagi.

"Nggak." sosok lembut itu kembali menjawab dengan kata yang sama.

"Lalu, kenapa pipi kamu merah begini?" tangan Danu membelai pipi bulat dan mulus tersebut.

"Saya malu." cicit sosok lembut itu.

Danu mengulum senyum dan berkata, "Malu kenapa?"

"Badan saya gendut begini, saya malu kalau dilihat sama orang, terutama laki-laki." sosok lembut itu menjawab sambil menundukkan pandangan, tanpa diinginkan, matanya bisa melihat dengan jelas jika tubuhnya yang telanjang masih berhimpitan dengan sosok di atasnya meski tak lagi menyatu.

Mencari Arti Bahagia [TTS #4 |SELESAI | Sudah Terbit]Where stories live. Discover now