Extra Part.

12.8K 580 2
                                    

Pagi-pagi sekali Sohee sudah bangun dari tidurnya, pagi ini wanita yang pada delapan bulan lalu menyandang marga Park didepan namanya kini disibukkan dengan berbagai jenis bumbu dapur.

Kondisi perut yang membuncit tak menyulitkannya untuk melakukan aktivitas yang sudah menjadi kebiasaannya itu.

Kehamilannya memasuki usia 7 pada minggu lalu, bayi dalam perutnya juga kerap kali menendang kecil. Dan hal itu cukup membuat Sohee kewalahan. Kembali diingatnya kejadian-kejadian pada malam pernikahannya.

Flashback On.
Rasa lelah yang melanda tubuh mungil HaeJa membuat gadis cilik Park itu tertidur dengan pulasnya. Bahkan dia sama sekali tidak merasakan apapun saat tubuhnya dipindahkan ke sofa yang terletak dikamar orang tuanya.

Sedangkan pelaku yang memindahkan tubuhnya itu, yang tak lain adalah Park Jinyoung, ayahnya sendiri. Kini sedang berbaring santai dengan memeluk tubuh polos gadis- ralat, wanita yang baru saja menjadi istrinya tadi pagi.

"Oppa, sebaiknya pindahkan kembali HaeJa kemari. Dia bisa mengamuk jika bangun dan melihat dirinya ada di sofa." Sohee berusaha melepaskan pelukan suaminya itu.

Namun Jinyoung enggan untuk melepas pelukannya, dia justru makin mengeratkan pelukannya. "Biarkan sebentar. Lagipula sejak dulu kau terlalu sibuk dengan HaeJa. Bahkan ciuman pertama kitapun baru terjadi pagi tadi. Jadi biarkan seperti ini sebentar saja."

Nada merajuk Jinyoung membuat Sohee tersenyum kecil. Jadi selama ini, prianya cemburu dengan putrinya sendiri ? Sungguh menggemaskan. Tiba-tiba saja Sohee teringat satu hal, yang sebenarnya membuay dirinya bertanya-tanya. Dan Sohee rasa ini adalah saat yang tepat untuk memperjelas semuanya. Karena sejak pulang dari mansion Park malam itu, dia tidak pernah memiliki waktu untuk berbincang dengan Jinyoung.

"Oppa, apa aku boleh bertanya sesuatu ?"

Merasakan anggukan singkat Jinyoung dilekukan lehernya, Sohee mengutarakan hal yang mengganjal baginya. "Kau mendiamiku selama hampir 4 hari. Lalu tanpa membicarakan apapun padaku, kau tiba-tiba saja mengatakan akan menikahiku. Kau tahu oppa, aku benar-benar dibuat bingung karenanya. Jadi bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sudah kau lakukan ?"

Jinyoung melepas pelukannya, lalu berbaring menatap langit-langit kamarnya, sementara Sohee beralih menatap Jinyoung penasaran setelah sebelumnya mengeratkan pengangannya pda selimut yang hampir saja melorot dari tubuh polosnya.

"Selama 4 hari itu, aku sibuk mengurus pernikahan temanku, Mark. HaeJa pernah menyebut namanya didepanmu baby, dia adalah sahabat pertamaku yang melepas masa lajangnya. Lalu aku juga disibukkan dengan tugas-tugas kantor yang menumpuk."

Jinyoung menatap mata Sohee yang masih berbinar meminta jawaban lengkapnya. Jemari Jinyoung merambat lalu mengelus pipi istrinya yang masih basah karena keringat itu.

"JB hyung mengatakan akan menghendel urusan kantor sementara aku menyiapkan hadiah untuk melamarmu. Tapi si bujang lapuk itu justru menghilang selama 2 hari, entah dia pergi kemana tanpa memberitahuku lebih dulu. Jadi aku benar-benar sangat kesal dibuatnya. Itulah kenapa aku bersikap acuh terhadapmu. Aku tahu kau pasti merasa sakit atas semua perlakuanku itu, dan untuknya aku meminta maaf Baby, tapi dibalik semua itu, sebenarnya aku sudah merencakan pernikahan kita. Gedung, dekorasi dan undangan semuanya sudah kusiapkan. Aku berencana untuk memperlihatkan undangannya padamu pada siang hari, tapi kau justru menghilang entah kemana.."

Sohee ingat, pagi hingga malam pada hari itu, dia berada di flatnya untuk mencurahkan kesedihannya karena perubahan sikap Jinyoung.

"Jadi aku langsung datang kemansion Im. Aku bertemu dengan paman HooJong disana dan dia memarahi, menasehati dan menceramahiku panjang lebar karena berniat menikahimu tanpa lamaran. Astaga pamanmu itu tidak tahu saja bahwa tanpa dilamarpun kau akan menikahiku. Kau kan sudah cinta mati padaku baby."

With Duda ??? Why NOT (END)Where stories live. Discover now