WDWN : Part 15.

10.6K 702 2
                                    

At Night in Sohee Room.

Saat ini Sohee, Hyena dan juga HaeJa sedang berada dikamar Sohee. Kamar itu memang tidaklah besar, namun setidaknya kamar itu mampu menampung 3 orang yang kini sedang berbincang ria.

"Sohee kau inikan sudah menjadi seorang model, yah meskipun kau belum terlalu terkenal seperti JBku, kau pasti sudah memiliki cukup uang untuk membeli apartement kan ? Lalu kenapa kau tidak kunjung membelinya ?" Sohee masih setia mengeluarkan segala jenis kata yang ada didalam otaknya itu, tanpa memikirkan bahwa saat ini dia sedang ditatap bingung oleh sosok gadis mungil yang berada dalam pangkuan Sahabatnya itu.

"Yak Aunty, jika ingin berbicara telan dulu makanan yang Aunty makan. Uncle Bum bilang sebagai wanita kita harus bersikap elegan." Tutur HaeJa lalu menyembunyikan wajahnya didada Sohee, karena dia benar benar terganggu dengan cara bicara dari teman Momnya itu.

Sohee tidak dapat menahan tawanya ketika melihat ekspresi Hyena yang mendapat teguran dari gadis cilik yang bahkan belum menginjak usia 5 tahun.

"Uncle Bum ? Siapa itu Uncle Bum cantik ?" Tanya Hyena pada HaeJa setelah menelan habis popcorn yang sedari tadi dikunyahnya. Melihat HaeJa yang enggan untuk menjawab, Sohee merasa perlu untuk memberi tahu Hyena.

"Uncle Bum itu adalah JBmu Hyena. Dasar tidak peka."

Seketika mata Hyena berbinar bangga. Kesempatan. Pikir Hyena. Kapan lagi dia bisa bertanya lebih leluasa tentang JB. Mumpung ada kesempatan kenapa tidak.

"Ekheeem, HaeJa cantik. Jadi seperti apa Uncle Bum jika dirumah."

"Uncle tidak melakukan apapun selain makan, menonton, dan juga tidur. Uncle akan melakukan itu jika dirumah. Uncle juga kadang mengajak HaeJa jalan jalan. Tapi HaeJa tidak suka." Jelas HaeJa yang sudah kembali pada posisi semula. Yaitu dengan kepala yang bersandar manja pada dada Sohee.

"Kenapa tidak suka. Justru Aunty ingin sekali diajak jalan oleh Uncle mu itu."

"Aunty Hyena tidak akan suka. Jika keluar untuk berjalan jalan, Uncle Bum seperti penjahat. Dia mengenakan kacamata hitam, topi, masker dan juga pakaian hitam. Uncle seperti penjahat yang pernah HaeJa lihat di televisi. Hoaaam HaeJa tidak suka." Kini HaeJa mulai menguap tanda bahwa tubuhnya perlu diistirahatkan.

"Ne ne, apakah Unclemu sudah punya kekasih ?"

"Kekasih ??. Mom apa itu kekasih ?" HaeJa mendongakkan wajahnya untuk menatap wajah Sohee saat melayangkan pertanyaan itu.

Sohee tersenyum melihat mimik wajah HaeJa, gadis itu sudah mengantuk namun sepertinya perbincangan mengenai Uncle Bum sangat menyenangkan untuk diakhiri.

"Kekasih itu adalah orang yang kita cintai dan menemani kita untuk menghabiskan waktu bersama." Sohee hanya memberikan jawaban yang sekiranya bisa diterima oleh bocah mungilnya.

"Apa termasuk menemani jalan jalan dan makan bersama ?"

"Yah bisa dikatakan seperti itu."

HaeJa tampak berfikir sejenak, jika kekasih adalah orang yang menemani berjalan jalan dan makan itu artinya...

"Tidak, Uncle Bum tidak punya kekasih." Putus HaeJa.

Hyena akan berteriak girang jika saja HaeJa tidak melanjutkan kata katanya.

"Karena wanita yang pernah dibawa Uncle ke apartementnya tidak menemani Uncle makan. Dia akan masuk kekamar Uncle, lalu ketika aku dan Daddy datang dipagi hari. Wanita itu akan keluar dari kamar Uncle lalu pulang. Tidak tidak dia tidak pulang. Tapi dia menghilang Aunty. Magic, dia bisa magic."

Astaga, andai HaeJa tahu jika perkataannya itu sudah meruntuhkan 50% dari semangat Hyena.
.
.
.

The Morning. Park Mansion

Suasana sarapan dikediaman Park pagi ini terasa berbeda. Jika biasanya selalu ditemani oleh celotehan si Putri Cilik, kini hanya ada kesunyian namun sarat akan kehangatan.

"JaeBum ini akhir pekan bukan ?" Tanya Nyonya Park pada putra sulungnya yang baru saja mengabiskan sarapannya.

"Iya bu, memangnya ada apa ?"

"Hari ini kau tidak boleh kemana mana. Kemarin kau sangat sibuk nak, jadi tinggallah dirumah untuk beberapa hari dan beristirahat. Kau bisa sakit jika selalu saja bekerja dan tidak pernah bersantai." Ujar Nyonya Park yang sedikit melirik putra bungsunya saat mengucapkan kalimat terakhirnya dengan nada menyindir.

"Aku tidak bisa bu. Ini adalah resiko yang harus kuambil. Lagi pula aku menikmati pekerjaanku."

Tuan Park bangkit dari duduknya ketika kopinya sudah habis, dia menatap putra sulungnya yang tengah menggenggam tangan istrinya.

"Tinggal dirumah untuk seterusnya dan jual apartementmu atau tinggalkan pekerjaanmu. Hanya itu pilihan yang ayah berikan padamu JaeBum." Setelah menyelesaikan perkataannya, Tuan Park meninggalkan meja makan dan berlalu entah kemana.

JB hanya menghela napas ketika mendengar ucapan ayahnya. Dia tahu, bahwa ayahnya tidak pernah membedakan dirinya dengan sang adik. Dan dia pun tahu, bahwa keputusan ayahnya yang menginginkannya untuk tinggal dirumah adalah demi kebaikannya sendiri. Ayahnya pasti tidak ingin jika kejadian beberapa bulan lalu kembali terjadi. Dimana tubuhnya tiba tiba down dan harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu.

"Hyung kuharap kau memilih pilihan pertama. Ayah hanya tidak ingin melihatmu sakit lagi. Bu aku pergi dulu." Jinyoung beranjak untuk pergi, namun tangannya ditahan oleh sang ibu.

"Demi Tuhan Jinyoung. Ini akhir pekan dan kau ingin kekantor ?"

"Lihat aku dengan baik bu, aku hanya menggunakan pakaian santai. Lagipula aku akan kerumah Sohee untuk menjemput HaeJa. Jika ibu lupa, maka akan aku ingatkan. Cucu tersayang ibu menginap dirumah Mommynya, dan aku harus menjemputnya."

Dan Jinyoung benar benar pergi setelah itu. Meninggalkan sang ibu yang terbengong dengan tingkahnya. Tidak biasanya. Batin Nyonya Park.
.
.
.
.

Assalamualaikum wr,wb.
Maaf yah kalo part ini kalian gak dapat feel atau partnya berantakan.

Dan jika ada typo harap dimaklumi, soalnya gak aku edit.

Jangan lupa tekan ⭐ yah. Dan untuk comen juga. Soalnya aku masih butuh kritik dan saran.

Wassalamualaikum wr,wb

With Duda ??? Why NOT (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora