"Ssst..." Daffa menggeleng pelan, lalu menyentuh bibir Reihan dengan telunjuknya. "Nikmati saja malam spesial kita, Rei..." ucapnya dengan tatapan penuh cinta, lalu mengangkat tangannya seolah memberi isyarat pada seseorang.

"Tapi, Daff..."

"Silahkan duduk, Rei," seorang waiter mendadak muncul dari balik punggung Reihan. Lalu dia menarik kursi dan mempersilahkan pemuda itu untuk segera duduk. "Kamu mau minum apa? Wine? Champagne?" tanyanya kemudian sambil meletakkan napkin menutupi paha Reihan.

"Air putih saja, Ar," jawab Reihan pada pelayan pria yang ternyata adalah Aryo, sahabat Daffa.

"Ok, tunggu sebentar yah," balas Aryo sambil tersenyum sekilas sebelum dia pergi meninggalkan tempat itu untuk mengambilkan pesanan Reihan.

"Kamu kenapa kelihatan bingung dan murung seperti itu, Rei? Kamu nggak suka yah, dengan kejutanku ini?" Daffa yang sudah duduk di kursinya menjadi sedikit khawatir saat menangkap kegelisahan yang membayangi raut muka pemuda di hadapannya. Dia lantas meraih salah satu tangan Reihan yang berada di atas meja, lalu menggenggamnya erat mencoba menenangkan.

Reihan menggeleng. "Suka, aku suka sekali dengan semua ini, Daff," bantahnya cepat. "Hanya saja..."

"Hanya saja kenapa, Rei?"

"Aku... aku merasa nggak pantas untuk kamu perlakukan spesial seperti ini," lirih Reihan pelan.

"Sssttt... jangan bilang seperti itu, Rei. Kamu bahkan layak mendapatkan yang lebih dari ini. Maaf, kalau hanya ini yang bisa kulakukan untuk saat ini."

"Nggak, nggak, Daff... Ini semua sudah terlalu luar biasa buatku. Aku malah takut semua ini cuma sekadar mimpi dan menghilang saat aku terjaga nanti."

"Siapa bilang ini hanya mimpi, Rei. Lihat aku nyata di depanmu sekarang. Kamu juga bahkan bisa menyentuhku," ucap Daffa dengan tatapan yang sejuk seraya menggoyang pelan tangan Reihan yang berada dalam genggamannya.

"Ehem... ehem..." Aryo menyela. "Maaf, bukannya saya mau mengganggu, tapi saya hanya mau meletakkan hidangan makan malam kalian," tuturnya sembari meletakkan masing-masing sepiring steak daging sapi kobe di hadapan Daffa dan Reihan, yang otomatis memisahkan genggaman tangan mereka berdua. "Enjoy your dinner, guys," pamitnya kemudian sambil tersenyum, lalu segera pergi meninggalkan meja mereka berdua.

"Kenapa kamu hanya memandangi makananmu saja, Rei?" tanya Daffa setelah mendapati Reihan tidak segera mulai makan. "Apa kamu nggak suka steak? Ok, kamu mau makan apa? Biar aku panggil Aryo untuk mengganti sesuai pesananmu."

"Nggak, nggak usah, Daff..." potong Reihan cepat. "Aku bisa kok makan steak. Apalagi sepertinya ini daging mahal, yang belum tentu aku dapat kesempatan dua kali untuk menyantapnya, hehehe..." Reihan mencoba melucu sembari memaksakan senyum. Lantas memasukkan cepat potongan demi potongan daging yang sudah diirisnya ke dalam mulutnya. Daging sapi berharga jutaan rupiah dengan kualitas premium yang seharusnya terasa sangat lezat dan menggugah selera, seketika menjadi hambar di lidahnya. Dia terpaksa melahapnya sampai habis hanya semata-mata ingin menghargai usaha Daffa.

"Rei, ini untukmu..." Daffa menyodorkan sebuah amplop panjang berwarna putih ke arah Reihan setelah mendapati piringnya telah kosong.

"Apa ini, Daff?" tanya Reihan sedikit ragu menerima benda itu.

"Buka saja, Rei. Itu adalah jawaban atas pertanyaanmu sore tadi," jawab Daffa sambil tersenyum. Kemudian melambaikan tangan ke arah Aryo yang stand by tidak jauh dari sana, untuk segera mengangkut piring kosong mereka serta membawakan kejutan lain yang dipersiapkannya untuk Reihan.

Superstar (BXB)Where stories live. Discover now