8 : Welcome Nightmare... Again?

6.7K 463 88
                                    

Daffa langsung menjatuhkan tubuhnya yang masih terbalut kemeja pesta terlentang di atas ranjang. Kedua matanya mengerjap-ngerjap memandang kosong langit-langit kamar, sembari berusaha mengatur nafasnya yang memburu akibat jengkel setengah mati. Pikiran dan hatinya terus bergulat.

Kenapa kali ini hinaan Reihan terasa begitu menusuk hatinya? Bukankah pemuda tengil itu sudah sering mengoloknya dan hampir tidak pernah bermulut manis sejak hari pertama kedatangannya?

Sial! Daffa mengumpat.

Ada apa dengan dirinya saat ini? Seharusnya dia sudah kebal mendengar cacian Reihan. Tapi kenapa mendadak pemuda tampan itu jadi sensitif kayak wanita yang sedang PMS, bawaannya emosi melulu?

Jangan bilang jika sebenarnya permasalahan bukan terletak pada hinaan yang dengan entengnya terlontar dari mulut Reihan. Melainkan hanya karena Daffa tidak terima memergoki Reihan tengah asyik mengobrol dengan pacar sialannya itu, bukannya gelisah menunggu kepulangannya, sama seperti dia yang sudah tidak sabar ingin segera menemuinya. Dengan kata lain, pemuda tampan itu sedang dibakar api cemburu.

Shit! Lagi-lagi Daffa mengumpat kesal. Sia-sia sudah usahanya kabur kayak maling underwear dari acara tadi. Dia yang semula ingin memberi Reihan kejutan malah jadi kecewa sendiri pada akhirnya. Ternyata pemuda tengil itu sama sekali tidak mengharapkan kedatangannya. Dia juga tampak tidak peduli saat Daffa marah. Dia cuma bisa teriak memanggil-manggil tidak jelas, tapi tidak segera masuk ke dalam kamar untuk meminta maaf sampai detik ini.

"Dasar bocah keparat!" Daffa menggeram geregetan sambil memukul-mukul permukaan kasur. Ingin rasanya dia menonjok wajah Reihan untuk melampiaskan kekesalannya. Tapi tentu saja dia tidak akan pernah melakukannya. Daffa tidak tega sebab dia sudah terlanjur menyayangi pemuda tengil itu. Kasihan nanti wajahnya yang jelek makin hancur terkena bogem mentahnya.

Tidak terasa, empat puluh menit berlalu begitu saja. Tidak ada tanda-tanda Reihan akan segera menampakan batang hidungnya. Harapan Daffa menunggu Reihan mendatanginya untuk merajuk pun semakin memudar.

"Sial, jangan-jangan pemuda kere itu malah sudah tertidur pulas di ruang tamu sampai mengorok kayak babi lagi. Arghhh... kenapa sih dia itu bisanya cuma membuatku naik darah saja, hah? Apa dia nggak merasa bersalah sudah menghinaku tadi? Grrr... aku sangat membencinya... dasar bocah kampung nggak punya perasaan!"

Daffa menghentakan tubuhnya ke depan hingga bangkit terduduk di atas pinggiran ranjang. Menggusak kasar rambutnya sembari melenguh kesal, meloloskan nafas melalui mulutnya. Dia segera bangkit berdiri hendak keluar dari kamar. Dia sudah tidak tahan, batinnya tersiksa. Pemuda tampan itu tidak mau terus uring-uringan sendiri akibat kejengkelan yang semakin memuncak.

Biarlah kali ini dia yang mengalah, mengesampingkan ego demi pemuda yang dia sukai. Kalau perlu dia yang akan minta maaf karena sudah membanting makanan di depan Reihan. Daffa sadar jika sudah cemburu tidak pada tempatnya, karena pemuda itu bukan siapa-siapanya. Dia tidak mau Reihan jadi membencinya jika masalah ini terus berkepanjangan. Daffa hanya ingin berdamai meski dia sebenarnya adalah korban pemuda bermulut nyinyir itu.

Namun saat baru beberapa langkah Daffa menapakkan kaki menjauh dari ranjang, indra pendengarannya mendadak menangkap suara ketukan badan pintu kamar disertai panggilan namanya.

Tanpa pikir panjang, Daffa langsung memutar tubuhnya cepat. Berlari kecil menuju sisi ranjang yang dekat jendela kamar. Lalu menghempaskan pantatnya, duduk manis membelakangi pintu kamar sambil memandang tirai jendela. Tak pelak, seuntai senyuman mengembang pada bibirnya. Pujaan hati yang sudah dinanti-nanti sedari tadi akhirnya datang juga. Ternyata Reihan tidak sekejam yang dia kira.

Daffa masih saja diam mematung dalam posisinya saat Reihan sudah masuk ke dalam kamar. Pemuda ganteng itu berinisiatif membuka pintu -- yang memang sengaja tidak Daffa kunci -- setelah tidak ada respon dari si pemilik kamar sebelumnya.

Superstar (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang