6. Daffa Permana

6.8K 500 79
                                    

Dengan perlahan, Rahadian menurunkan tubuh pemuda dalam gendongannya untuk dibaringkan di atas ranjang kamar tidur. Ditariknya selimut hingga menutupi leher untuk menghangatkan tubuh pemuda itu. Lalu dia bergegas keluar kamar berniat mencari es batu dalam kulkas di dapur dekat ruang tamu.

Rahadian lantas menaruh es batu ke dalam baskom melamin yang dia ambil dari cabinet kecil pada dinding atas dapur. Lalu dia menambahkan air dari keran wastafel kamar mandi di dalam kamar tidur. Sip, ramuan kompres sudah siap. Hanya kurang washlap atau handuk kecilnya saja.

Alis tebal milik pemuda itu bergerak naik saat mendapati tidak ada lagi handuk kecil yang bersih. Semua sudah dia pakai untuk mengelap wajahnya setelah cuci muka. Hanya tersisa handuk mandi biasa yang terlipat rapi di rak bawah wastafel.

"Hmm... rasanya terlalu besar bila menggunakan handuk mandi biasa. Bisa mendadak kram jari-jari tanganku saat memerasnya nanti. Lagipula handuk itu juga nggak akan muat masuk ke dalam baskom. Sepertinya aku harus cari kain pengganti yang berukuran pas dan mudah diperas. Hmm... pakai kain apa yah enaknya? Aha... aku punya ide!"

Rahadian langsung berlari kecil menuju lemari pakaian yang terletak di seberang ranjang. Dia segera menarik daun pintu sampai lemari terbuka lebar hendak meraih koper besar yang dia simpan di dalamnya. Lalu dia menurunkan tubuhnya sampai berjongkok untuk mengubek-ubek isi koper miliknya yang baru saja dia buka.

Kedua matanya langsung membulat seraya bibirnya mengembang lurus, saat menemukan selembar kain yang dia cari. Kemudian mendongakkan kepala sedikit ke atas, menatap pemuda yang tengah terkulai lemas di atas ranjang. "Bertahanlah, Rei... Aku pasti akan menyelamatkanmu!"

Dia lantas mencelupkan kain yang barusan diambilnya ke dalam baskom berisi campuran air dan es batu. Ah, sepertinya lengkap sudah peralatan kompres darurat ala perawat Rahadian Permana. Dengan tergesa, pemuda itu berlari keluar kamar mandi sembari jemari tangannya mencengkeram erat pinggiran baskom.

Dia langsung meletakkan baskom di atas nakas setibanya di samping ranjang. Lalu segera menyeret sebuah kursi kayu dari sisi lain ranjang untuk duduk di sebelah pemuda yang sedang terbaring lemah tidak sadarkan diri.

Sebelum memulai aksinya, pemuda tampan itu menatap sejenak wajah pucat Reihan yang tampak mengkilat dibasahi peluh. Sesekali mulutnya bergetar dan kedua mata terpejamnya berkedut-kedut seperti sedang menahan dingin yang luar biasa. Dia sungguh tidak tega dan merasa bersalah. "Maafkan aku, Rei..."

Mendadak, Rahadian jadi cekikikan sendiri saat tangannya hendak menempelkan gulungan kain yang barusan dia peras ke atas permukaan dahi Reihan. Bagaimana tidak, pemuda itu menggunakan salah satu boxer miliknya yang terbuat dari bahan katun sebagai kain kompres darurat. Kain ketat berbentuk short pants yang biasa untuk menutupi selangkangan kini akan segera membelai lembut kening Reihan. Sesuai peribahasa tidak ada rotan akarpun jadi, tidak ada washlap kancutpun jadi. Dengan pertimbangan ukurannya pas, cepat menyerap air dan mudah diperas. Good idea, semoga saja dahi Reihan tidak panuan atau gatal-gatal setelahnya.

Dengan telaten dan penuh perhatian, Rahadian mengompres kening pemuda di hadapannya, meski sepanjang itu pula dia tidak henti-hentinya cekikikan sendiri. Ini baru pertama kalinya dia mau repot-repot merawat seorang asing yang jatuh sakit, sebab dia termasuk golongan artis yang agak sombong. Tidak pernah terbesit dalam pikirannya bila akan beralih profesi jadi seorang suster dalam acaranya di Bali kali ini. Parahnya lagi harus merawat seorang pria yang baru dia kenal sehari dan bermulut nyinyir.

Namun sepertinya Rahadian sama sekali tidak merasa terbebani. Dia melakukannya dengan tulus dan segenap hati, meski awalnya didasari perasaan bersalah. Bahkan, dia mulai menikmati peran barunya sebagai suster spesial bagi Reihan. Kapan lagi dia bisa puas memandangi wajah pemuda yang baru kali ini terdiam dan tidak banyak bacot menghinanya. Entah kenapa hati pemuda itu merasa nyaman berada di dekat Reihan yang sederhana dan apa adanya itu. Dia seperti bisa menjadi dirinya sendiri tanpa embel-embel predikat artis terkenal yang melekat. Terlebih kehadiran pemuda itu bak obat mujarab yang dapat mengalihkan kesuntukan pikirannya akibat pengkhianatan Marisca.

Superstar (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang