4. Revealed Truth

7K 471 43
                                    

Dengan tidak bersemangat, Reihan bersiap menghadiri briefing yang akan diadakan pihak sponsor setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi ruang tamu.

Pemuda ganteng itu lantas mengambil kemeja putih tulang dipadu-padankan dengan washed jeans berwarna khaki dari dalam kopernya, sesuai lembar kecil contekan dari sang kekasih. Sebab memang Dhea yang menyiapkan semua pakaian Reihan sekaligus menjadi stylist andalannya. Termasuk sepatu loafers warna dark brown yang melengkapi penampilan semi formalnya malam ini. Rasanya kurang lengkap kalau rambutnya tidak dibuat klimis dan disisir rapi ke belakang ala aktor Thailand. Good, dia sudah siap pergi sekarang. Penampilannya sungguh keren dan menawan, tidak kalah dari Rahadian. Hanya saja belum ada talent agent yang mengorbitkannya. Seperti pepatah mutiara dalam kubangan lumpur, belum dipoles belum kinclong.

Reihan menghentikan langkah saat melewati area depan kamar tidur. Dia menoleh, menatap sejenak badan pintu yang tengah tertutup rapat, lalu meloloskan nafas melalui mulut seraya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju pintu keluar. Sudahlah, lebih baik dia tidak usah mengusik privasi sang artis kampung yang sejak siang tadi belum keluar kamar sama sekali. Mungkin, moodnya benar-benar buruk saat ini.

Setelah tersasar beberapa kali di wilayah resort hotel yang sangat luas, akhirnya Reihan berhasil juga sampai di depan pintu utama multi function hall berkat diantar oleh seorang cleaning service wanita yang kebetulan ditemuinya di tengah jalan. Wanita berkulit legam itu sempat mengira jika Reihan adalah selebriti yang menjadi bintang tamu dalam acara meski akhirnya dibantah oleh pemuda tersebut.

Sesudah mengucapkan terima kasih dan sepotong senyum, Reihan berpamitan untuk segera masuk ke dalam. Perasaan gugup dan canggung seketika melingkupi benak pemuda itu, saat kedua kakinya mulai menapak di atas karpet ruangan serbaguna yang dekorasinya serba berwarna merah muda. Terkesan mewah dan berkelas sekaligus sangat girly. Tentu saja, sebab selain briefing dari pihak sponsor, acara itu juga ditujukan untuk menyambut kedatangan para pemenang yang seharusnya berasal dari kaum hawa. Oh great, hal itu mengingatkan Reihan jika dia adalah pemenang salah sasaran.

Rasanya pemuda itu ingin segera melangkah keluar kembali menuju kamarnya akibat rasa malu yang mulai ikutan menyerang tanpa diundang. Namun nasi sudah menjadi bubur, sudah kepalang basah sekalian menceburkan diri ke dalam kolam. Terlebih komunitas cacing di perutnya juga sudah mulai berdemo minta diberi jatah. Tidak mungkin dia merogoh kocek sendiri untuk memesan makanan hotel yang mahal karena uang sakunya tidak seberapa besar. Apa dia mau bangkrut di hari pertamanya menginap? Jadi lebih baik mengandalkan pihak sponsor sesuai ketentuan hadiah. Dia harus bisa menebalkan kulit seperti badak, menahan malu sebentar sampai acara briefing selesai. Sebab makan malam akan disediakan setelahnya.

"Maaf, kalau boleh tahu Anda siapa?" Seorang wanita cantik mengenakan setelan hitam-hitam terlihat datang menghampiri Reihan yang tengah berdiri tidak jauh dari pintu utama. Sepertinya dia salah satu anggota Event Organizer penyelenggara acara.

Glek... Reihan menelan ludah, kepalanya perlahan menoleh ke arah wanita yang kini sudah berdiri di sampingnya. Dia belum menyiapkan jawaban yang pas dalam otaknya.

"Err... saya... saya..." Nafas Reihan mendadak tersengal. Dia kehabisan oksigen akibat terlampau malu mengakui dirinya sebagai pemenang undian. Tolong, sepertinya dia butuh nafas buatan.

"Maaf, jika Anda bukan tamu undangan atau tidak berkepentingan, maka sebaiknya Anda berkenan meninggalkan tempat ini segera. Sebab ruangan ini sudah direserve dan acara akan dimulai dalam waktu dekat. Terima kasih." Dengan ramah dan sopan, wanita berprofesi EO itu mengusir secara halus. Ditambah senyum manis pula.

Superstar (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang