8. Poteq Lagi

2.8K 323 17
                                    

Bukan hanya miniatur boboboy kini yang didapatkan Naufal. Tapi sebuah teddy bear berukuran hampir setubuhnya sudah berada dalam dekapannya.

Siapa yang memberikan? Dudung dong.

Naufal bukannya merengek seperti anak gadis untuk meminta boneka itu sama Dudung, ya. Tapi salahnya sendiri yang menantang Dudung untuk mencoba kedua kalinya, baru ia boleh menghujam bokong Naufal.

Dewi Fortuna tentu saja sedang berpihak kepada Dudung. Ia mendapatkan teddy bear itu hanya dengan satu lemparan.

Naufal membisu sepanjang jalan menuju parkiran. Bibir bawahnya ia gigit begitu keras hingga sedikit darah muncul di sana. Pikirannya berputar-putar. Perpaduan antara jengkel dan takut. Bukan karna reputasinya sebagai yang mendominasi jatuh. Iya, itu juga sih! Tapi ketakutan Naufal lebih kepada bagaimana 'benda' jumbo milik Dudung merobek belahan bokongnya.

Membayangkan saja ia sudah ingin menjerit.

Disampingnya, Dudung malah melebarkan seringaiannya. Curi-curi pandang ke arah Naufal yang tengah tegang dan tak secerewet biasanya. Itu benar-benar membuat Dudung mati-matian menahan tawa.

Mata mereka fokus ke depan. Entah mengapa, parkiran mobil terasa sangat jauh. Apalagi keheningan yang menyiksa Naufal ini.

Sampai tiba-tiba "kriuk... kriuk..." suara riuh perut Dudung mengalihkan pikiran Naufal.

"Laper Dung?" Naufal menghentikkan langkah kakinya. Lalu menatap Dudung dengan ekspresi kelewat polos. Serius, Dudung jadi makin ingin menerkam melihatnya.

"Iya bang... Ayo makan dulu!" Ajak Dudung sembari merangkul bahu Naufal.

Helaan nafas berat Naufal masuk ke indra pendengaran Dudung. Pikir Naufal setidaknya ia masih bisa persiapkan diri agak lama. Atau kemungkinan Dudung bisa ngantuk habis makan, dan kegiatan enaena gak jadi.

Tapi sadar bahwa pria di sebelahnya merasa lega, Dudung kembali menimpali, "Isi tenaga dulu! Biar nanti malam kuat mainnya!"

Apa kabar Naufal yang sudah menegang di tempat? Siap-siap Naufal tak bisa jalan besok.

Tak lama mereka sudah sampai di parkiran. Mereka berdua pun memasuki mobil Dudung.

"Ma-mau makan a-pa?" Naufal gugup dan bikin gagap.

Dudung berbalik setelah memasukkan kunci. Matanya sarat akan ke-khawatiran begitu melihat Naufal di sampingnya. Bibirnya, yang tadi digigit, benar-benar robek sekarang.

"Bang, itu bibir kenapa bedarah?" Tadi Dudung tidak dapat melihat saat di jalan karna minim pencahayaan.

Naufal menaruh telunjuknya pada bibirnya. Benar saja, ada darah di sana. Bahkan giginya pun ikut memerah karna darahnya masuk.

"Gu-gue... a... nu... " Lagi-lagi suaranya sulit keluar. Padahal hanya ingin bilang, gara-gara lu goblok!

Tapi belum sempat menjawab, Dudung sudah mengambil tisu di dashboard lalu mengelap darah Naufal perlahan.

"Fiuh~" ia meniup bibir Naufal.

Sedangkan Naufal tengah berusaha menahan nafasnya sendiri. Matanya membelo kala menyadari wajah Dudung cukup dekat dengannya. Kedua tangannya sudah mencengkram kedua kursi penumpang sangking tegangnya.

Jujur saja wajah panik Naufal itu benar-benar kelewatan menggemaskan. Dudung jadi gakuku liatnya. Kalau tadi-tadi dia tahan nafsunya, maka tidak untuk sekarang.

Jantung Naufal semakin tidak stabil kala Dudung makin mendekatkan wajahnya. Hingga,

Chup

Kuy, Move On! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang