3. Masalah posisi

3.5K 363 6
                                    

No edit. Typo ya maap:)
.
.
A

uthor's POV

Kencan pertama mereka, gagal total.

Setelah insiden Dudung nyium lantai akibat lemparan maut Nikenya Naufal, mereka memutuskan untuk pulang. Terpaksa nasi goreng dan es tehnya minta dibungkus. Sudah terlanjur malu mau lanjut makan di sana. Masih beruntung mereka hanya ditertawakan dan ditatap miris bagai orang gila salah lapak oleh pengunjung dan karyawan yang bekerja di sana. Coba kalau tadi ada yang sempat ambil foto atau video kejadian goblok mereka, bisa viral dadakan 'ntar. Gak etis buat Dudung viral kaya gitu.

Harapan Dudung soal kencan pertama yang romantis sepertinya sirna sudah. Dia sendiri yang cari masalah sama Naufal. Dan mau nggak mau, akhirnya mereka makan nasi gorengnya di apartemennya. Dengan Naufal yang daritadi misuh-misuh dan Dudung sibuk mengompres jidatnya.

"Bang Naufal, maafin gue lah." Dudung memelas minta dikasihani. Sudah jidatnya benjol, dimusuhin pula sama pacarnya. Lengkap.

Naufal masih bungkam. Menikmati nasi goreng bungkus kedua dengan bibir mengerucut lucu. Dudung menatap Naufal sambil telan ludah. Heran sama lelaki di depannya. Badannya aja kurus, tapi kalo udah makan, bikin orang yang ngeliat kenyang sendiri.

"Bang. .ish. .atuh maafin Dudung lah" respon Naufal hanya mendelik seram ke Dudung.

Dudung masih gak mau nyerah. Dia lalu pindah posisi. Duduk di samping Naufal. Perlahan bahunya nyenggol bahu Naufal. Yang disenggol melirik tajam tanda tak suka. Tangan kanan Naufal yang sedari tadi geram megang sendok, dilayangkan ke kepala Dudung,

Pletak!

"Aduhhhh. .anjing! Sakit!" Dudung memegangi jidat benjolnya yang baru saja dapat tambahan jackpot benda berbahan alumunium dari Naufal.

"Makanya jadi bocah jangan sok tau soal pacaran!," Naufal lalu merampas kasar handuk basah yang dipakai Dudung untuk mengompres. Kakinya lalu melangkah ke arah dapur. Merendam handuk tadi dengan air hangat.

Dudung masih mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya. Benjolnya memang gak terlalu besar. Tapi membiru, dan itu cukup sakit. Tak lama Naufal datang membawa kompres hangat baru. Ia duduk di posisi sebelumnya. Dengan hati-hati tangannya terangkat menempelkan handuk hangat tadi ke jidat Dudung yang sudah mirip bola pingpong itu.

"Aduh. .pelan bang. .sakit! serius!" Jeritan Dudung tak menghentikan aktivitas Naufal mengompres jidatnya ketika tak sengaja terlalu kuat menekan bagian benjolnya.

"Manja banget lo! Gini sok mau jadi seme!" Cebik Naufal.

Yah inilah masalah mereka sejak di cafe tadi. Posisi siapa uke dan siapa seme. Naufal yang udah ngerasain asam manis jadi seme gak terima lah kalau posisinya digantikan oleh bocah tengik yang baru pertama kali pacaran. Gak tau aja si Dudung kalau Naufal udah goyang, bisa mendesah sampe merem melek dia.

Dudungnya nunduk. Merasa bersalah karena sudah menghancurkan acara kencan mereka. Kalau aja dia tadi ngalah aja sama Naufal. Kejadiannya nggak bakalan kaya gini. Eh tapi !─. .bukan berati Dudung mau ngalah dengan posisinya yah. Maksudnya ngalah untuk gak berdebat soal posisi sama Naufal. Enak aja! Biarpun Naufal lebih berpengalaman jadi seme, Dudung pantang menjadi uke.

Pokoknya prinsipnya anti di tusuk dan harus menusuk.

"Tapi kan─," Tangan Naufal sudah berhenti mengompres jidat Dudung. Bola matanya menatap jengah bocah di depannya. Apa lagi yang mau diperdebatkan coba? tadi aja dia udah berfikiran mau ngalah.

"Gu-gue kan dulu calon semenya bang Randika juga." Suara Dudung terlampau pelan. Dengan jari-jari yang dimainkan diujung baju. Matanya yang menatap ke arah lantai. Sukses membuat Dudung persis seperti anak kecil yang ketahuan emaknya ngompol siang bolong.

Ujung bibir Naufal seketika tertarik ke atas. Gemas melihat kelakuan Dudung. Bukan sekali saja dia manis begini kalau Naufal marah. Sudah terlalu sering. Mana tega Naufal marah lama-lama ke Dudung.

"Masih calon, kan? Gue semenya loh dulu~" Naufal mengejek dengan nada mengesalkan di telinga Dudung.

Dudung mendongak dengan ekspresi kesal. Ia mengutuk dirinya yang dulu kalah sekian langkah sama Naufal. Coba aja dulu Dudung yang nembak Randika duluan, pasti sekarang Naufal gak bakalan ngolokin dia soal posisi seme. 

Naufal merangkul bahu kekar Dudung "Yaudah sih gak usah sok jual mahal lo, segala gak mau jadi ukenya gue. .enak kok jadi uke, gue jamin!" seru Naufal disertai kekehan. 

Dudung menepis tangan Naufal. "Gede barang gue bang! Tinggian gue! Gantengan gue! cocokan gue lah jadi seme!" 

Sepertinya sekarang Dudung yang gantian marah. Terbukti mukanya yang memerah menahan emosi. Meledak juga akhirnya kan dia. 

"Yaelah, Dung! masalah gede doang mah bukan perihal penting siapa yang lebih cocok jadi semenya," Naufal kemudian mendekatkan dirinya ke telinga Dudung "Yang terpenting itu genjotan dan desahan yang dihasilkan kaum bawahnya dulu, Dung" nada seduktif Naufal itupun sukses membuat seluruh wajahnya memerah. 

"Bu--buktiin dulu bang! Jangan ngomong aja lo!" protes Dudung sambil menjauhkan jaraknya dari Naufal.

"Serius mau bukti?" Naufal mengusap-usap paha Dudung yang mengenakan celana kain longgar. 

Dudung gak merespon, hanya jakunnya aja yang naik turun nelen air liurnya susah payah. 

"Yakin nih? nanti lo gak bakalan niat jadi seme lagi lho kalo udah gue genjot"  tangan Naufal naik ke perut Dudung dari balik kaos minionnya. Mengusap-usapnya dengan halus hingga membuat Dudung sedikit bergerak tak nyaman.

Dudung masih membeku di tempat sambil menatap Naufal sedikit takut. Tanpa ia sadari Naufal mendorong Dudung hingga tubuhnya tertidur di sofa. Naufal mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Dudung. Jarak mereka terlalu dekat. Bahkan kini hidung Naufal sudah bersentuhan dengan kulit putih Dudung. Naufal sedikit menghirup aroma coklat dari parfum milik Dudung.

Geli melihat wajah Dudung yang menegang, Naufal berencana mengerjai bocah ini. Ia menghembuskan nafasnya dengan sensual di ceruk leher Dudung. Hembusan nafas Naufal sukses membuat Dudung memejamkan matanya tanpa sadar. Entah mengapa rasa geli bercampur nikmat menjadi satu saat itu juga.

"Lo siap ngampus ngangkang besok, hm?" lagi-lagi nada seduktif Naufal membuat Dudung kehilangan pikirannya. 

Naufal suka melihat wajah Dudung yang menikmati permainannya. Tak puas hanya mengerjai setengah-setengah, Naufal mengecup leher mulus Dudung. Masih tak ada respon penolakan dari Dudung. Naufal menyeringai. Sekarang bibirnya bukan lagi hanya mengecup leher Dudung. Tetapi mengigitnya. Ya, bercak merah sukses mewarnai leher putih Dudung. 

"Arhhhh..." dan akhirnya desahan Dudung lolos seketika. Ekspresi Dudung astaga, Naufal jadi nggak niat main-main. Pengen beneran masukin si Jack ke sarang nih. 

"Huh. .jangan bikin gue tegang dengan ekspresi lo, Dung! gue udah lama nggak ada lawan nih" Naufal berdecak, Jack-nya sudah mulai bangun. Lagipula Dudung mau bukti 'kan? yasudah sekalian saja daripada setengah-setengah, pikirnya.

Baru aja Naufal mau buka bajunya, tiba-tiba,

"HUAAAAAA!!! BANG NAUFAL! ANJIR GUE DICUPANG! BANGSAT OY!"

BRUKK!

Dudungnya baru sadar. 

Dan Naufal yang gantian kejengkang dari sofa karna Dudung yang tiba-tiba ngedorong Naufal dan ngacir ke kamar mandi.

Duh! kasian Jack-nya Naufal, solo lagi deh!

--

Ya Tuhan ini apa?

Hei apa ada yang menunggu ff ini? Sepertinya nggak ya.

Enjoy and don't forget to voment:'))

Kepotong nggak? Di wattpadku ceritanya kepoton, nih!

Kuy, Move On! ✔Where stories live. Discover now