Prolog

1.3K 46 4
                                    

Levi menarik remote tv yang digenggam Sammy supaya benda mungil tak bersalah itu tidak lagi menjadi sasaran perebutan tiga anak remaja yang sedang berteriak seperti orang kesetanan. Kalau boleh protes, barangkali televisi itu minta time off karena pusing harus berpindah channel lima kali dalam dua detik.

"Levi, sini remotenya!" teriak Dexie tak ingin melewatkan balapan moto GP yang sedang disiarkan secara live.

"Kasih ke gue aja!" Yola tak mau kalah karena merasa anak bungsu. Perempuan pula. Jadi dia merasa keinginannya harus diutamakan dari pada keinginan kedua kakak lelakinya. Malam ini ada drama korea terbaru yang sudah ditunggunya sejak satu minggu yang lalu.

"Gue aja. Sejak pagi itu remote gue yang pegang." Sammy mengulurkan tangannya untuk mengambil benda itu dari pelukan Levi. Tapi Levi lebih gesit untuk mengelak. Gadis itu lantas berdiri agar ketiga kunyuk itu tidak mendapat apa-apa darinya.

"Yeee, salah lo sendiri, Sam. Saking terobsesinya lo sama remote tv sampai lo bawa ke sekolah," tepis Levi ketika tangan Sammy berusaha menjangkau lagi. Serentak Yola dan Dexie terbahak-bahak teringat kejadian konyol tadi siang sepulang jam sekolah.

Tadi siang mereka masing-masing mengikuti ekskul yang berbeda. Disaat jam akhir ekskul telah tiba, mereka saling mengirim pesan di grup yang mereka buat sendiri, untuk mengabarkan di mana keberadaan mereka. Dexie, Yola, dan Levi sudah berada di tempat parkir. Tinggal Sammy saja yang belum hadir. Sampai hampir satu jam mereka menunggu dan menanti pesan atau telepon dari Sammy, cowok itu belum muncul juga.

Yola berinisiatif untuk mendatangi ruang ekskul teater yang diikuti oleh Sammy. Hasilnya nihil. Semua murid sudah keluar ruangan dan tidak ada yang melihat Sammy.

Keputusan Dexie adalah meninggalkan Sammy yang tak tahu ke mana perginya. Meskipun Levi dan Yola khawatir, tapi mereka yakin kalau Sammy pasti bisa pulang sendiri.

Sampai dua jam kemudian, ketika mereka telah berada di rumah, Sammy dengan langkah lunglai memasuki rumah. Lalu cowok itu menjadi bahan tertawaan karena tingkah konyolnya.

"Gue kira tuh remote, hp gue. Makanya gue nggak bisa hubungin kalian. Gue diajak Kak Tendi beli nasi bungkus," ucap Sammy memberengut untuk menutupi malunya karena salah mengira remote tv sebagai ponselnya.

"Itu namanya hukum alam, Sam," kata Dexie masih tertawa mengejek. "Untung aja bukan kalkulator Papa yang lo bawa."

Kalkulator Papa adalah kalkulator zaman dahulu. Bentuknya besar seperti kalkulator pedagang sayur di pasar.

"Lagian kalian kenapa nggak nunggu gue sih?"

"Kita semua udah kelaparan kali, Kak," jawab Yola berusaha mengambil remote saat Levi lengah. Tapi Levi terlalu gesit untuk menghindar, membuat Yola mengerucutkan bibir.

"Berarti malam ini remote jadi milik gue. Anggep aja sebagai permintaan maaf kalian karena udah ninggalin gue."

"Yeee, enak betul," ucap Yola dan Dexie bersamaan sambil berdiri menghalangi Sammy saat cowok itu akan menghampiri Levi.

"Minggir!"

"Enggak."

"Minggir!"

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka. Sontak ketiganya menoleh ke arah pintu. Ruang televisi ini tak jauh letaknya dengan ruang tamu. Kedua ruangan tersebut hanya disekat oleh lemari kaca yang berisikan hiasan dari batu marmer. Jadi mereka masih bisa melihat siapa yang sedang memasuki rumah.

"Ayo, masuk Ray," ajak Yunita, ibu dari Yola, Sammy, dan Dexie, kepada seorang cowok berbadan tinggi.

"Hah, elo!" Sammy melompat dari duduknya lalu mengucek kedua matanya takut salah lihat. "Ray lo...?"

Levi melihat cowok baru itu dengan mata menyipit. Aura cowok itu bukanlah aura yang hangat. Dengan baju serba hitam dan tas ransel kumuh serta pandangan mata tajam menusuk, membuat Levi merasa ganjil. Tak sadar dia melirik Sammy dan Yola yang membeliak seperti baru saja melihat hantu. Sedangkan Dexie tampak biasa saja seolah menyembunyikan keterkejutannya. Dari ketiganya, Dexie tampak maju lebih dulu setelah Yunita dan Ray berdiri di depan mereka.

"Baru satu tahun udah balik. Nggak betah lo di penjara?"

Penjara? Tiba-tiba tubuh Levi meremang.

***

Cerita baru nih, gimana pendapatnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita baru nih, gimana pendapatnya?

Jangan lupa vote dan comment ya.

InvidiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang