Extra Part - 2 (SIERRA)

21.1K 1.1K 0
                                    

Begitu mobil cantik pemberian ayahnya saat ulang tahunnya yang ke-17 lalu itu tiba di pekarangan rumahnya, Sierra yang sedari tadi menahan tangisnya segera keluar dan berlari ke kamarnya tanpa mengucapkan terima kasih pada Torres, supir pribadinya, seperti yang biasa ia lakukan.

Kedua orang tuanya yang sedang menikmati teh di sore hari itu sama-sama mengernyitkan dahi mereka melihat putri sulungnya berlari dengan menangis tersedu-sedu ke kamarnya.

"Aku akan bertanya pada Torres. Kau tenangkanlah dia," kata Rhea yang diangguki oleh suaminya.

Sementara wanita itu menghampiri sang supir yang mungkin tahu sesuatu, Alessio melangkahkan kakinya yang ototnya sudah tak sekencang 20 tahun lalu itu ke kamar putrinya di lantai 2.

"Sierra. Apa Papa boleh masuk?" tanyanya setelah mengetuk pintu kamar berwarna merah muda itu.

Tak sampai 3 detik kemudian, pintu itu terbuka dan Sierra langsung memeluk tubuh sang ayah.

"Papa.." Tangis gadis itu begitu memilukan telinga Alessio. Ia tidak suka jika putri satu-satunya menangis. Ia benci siapapun yang membuatnya menangis.

"Jangan khawatir, Princess, Papa di sini..," kata Alessio menenangkan putrinya.

"Papa.. Dia sangat jahat padaku.. Padahal aku hanya memberinya makanan yang telah kubuat spesial untuknya. Dia.. dia mempermalukanku, Pa.. Aku sangat malu dan takut.." Sierra menenggelamkan wajahnya ke dada Alessio. Air mata gadis itu masih keluar tak henti hentinya.

"Sekarang tak akan ada yang mau menemaniku lagi. Bahkan Catherine.. Ia pasti sebal padaku. Mereka semua akan menganggapku wanita murahan—"

"Tidak, Sierra sayang. Tidak akan ada yang menganggapmu serendah itu karena kau tak serendah itu. Kau adalah putri Papa. Kau adalah putri keluarga Marchand."

Sierra tak membalas. Gadis itu terus menangis di pelukan sang ayah yang selalu berhasil menenangkannya.

"Siapa?" tanya Alessio setelah mendengar isakan Sierra mulai mereda.

"Remiel. Remiel Calvary."

Sial. Dia putra Alezander Calvary! batin Alessio berseru.

"Begini saja. Kau masih bisa bertahan? Sebentar saja, sampai kelulusan. Bukankah itu tinggal menghitung minggu? Setelah itu kau boleh memilih universitas manapun yang kau mau. Papa takkan memaksamu untuk tetap di Washington lagi. Bagaimana?"

Sierra mengelap pipinya yang merah dan basah. "Benarkah? Apa Cambridge termasuk?" tanyanya dengan sebibit senyuman tipis.

Alessio meringis dan mengangguk.

"Terima kasih, Papa."

Her Crazy Ex-BoyfriendWhere stories live. Discover now