3 - New Rules

23.7K 1.6K 89
                                    

Daniel:
Maaf aku pergi tanpa mengabarimu terlebih dahulu. Tuan Alessio tiba-tiba mengirim pesan semua mulai kembali kerja besok. Ia mendadak memotong libur musim panas. Jadi.. sampai jumpa di Washington, Cantik ;) Jaga dirimu.

Rhea mengernyitkan dahinya saat membaca pesan Daniel. Ia baru saja bangun dari tidurnya yang cukup nyenyak. Dan ia sudah dikejutkan oleh pesan Daniel.

Semalam pukul 7 saat ia baru kembali ke hotel, Alessio baru saja menampakkan wajahnya di hadapannya. Dan sekarang pria itu bahkan sudah berada di beda benua.

Lebih kejamnya, dengan mendadak ia memanggil seluruh pegawainya kembali.

Rhea tak habis pikir nasib uang Daniel.

Meski dirinya tahu, pegawai yang bekerja di perusahaan keluarga besar Marchand pasti memiliki tabungan finansial yang tak perlu diragukan lagi. Tapi tetap saja, sangat disayangkan uang yang sudah Daniel buang untuk liburan musim panas ini harus sia-sia.

Lagipula.. Rhea pikir Alessio akan tetap di sana, memperjuangkannya kembali. Nyatanya pria itu malah pulang dan menyerah duluan.

Tunggu, apa ia baru saja berharap kembali?

Rhea dengan kesal mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. "Bodoh, bodoh, bodoh! Sudah kukatakan jangan terlalu berharap, Rheana! Sudah terbukti pria itu brengsek dan kau takkan mau kembali ke pelukannya!" ingatnya pada dirinya sendiri.

---

"Diam!" Pria dengan setelan kemeja mahalnya itu menatap tajam kerumunan manusia yang berpakaian sama formal dengannya. "Peraturan baru harus dilaksanakan jika kalian tidak mau dikeluarkan dari perusahaan ini. Kalian tahu, saya tidak pernah main-main."

Sepeninggal Alessio dari lobi utama kantor, ribuan pegawai mulai berbisik-bisik memprotes. Namun apa daya mereka hanya bisa memprotes pada rekan-rekan kerja mereka sendiri yang bahkan ikut protes ke mereka juga. Takkan ada yang berani protes ke atasan. Termasuk Daniel.

Pria itu menghela nafas berat. Bekerja di perusahaan keluarga besar Marchand memang impiannya sejak dulu. Bagaimana tidak? Perusahaan besar, gaji besar, masa tua sudah terjamin. Marchand juga terkenal hanya memilih orang-orang terbaik.

Namun tak habis ia pikir. Sungguh berat bekerja di sana. Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya, memikirkan kabar pegawai-pegawai yang bekerja di Marchand pusat yang dipimpin langsung sang Nyonya Hilary Marchand.

"Ada apa dengan si Alessio itu ya? Sepertinya semenjak diputuskan oleh Nona Seksi ia mulai menggila," bisik rekan kerjanya, Hansel.

Salah satu ciri pegawai di kantornya adalah seperti Hansel tadi. Jika tidak ada atasannya, mereka pasti akan dengan santai menyebutnya 'Si Alessio', dan Rhea 'Nona Seksi'. Sementara Daniel hanya bisa terdiam jika teman-temannya sedang menggosipi pasangan panas itu.

"Benar, Hans. Ultimatumnya sangat tidak masuk akal!" sahut teman lainnya lagi, Derry.

Daniel terdiam mendengarkan kedua teman lelakinya bergosip. Kalau dipikir-pikir ultimatum Alessio memang semakin bulan semakin aneh saja.

Beberapa bulan lalu, pria itu memberi ultimatum tidak boleh ada yang memakai gel rambut, terutama pada siang hari saat Rhea akan datang.

Bulan berikutnya, ia memberi ultimatum tidak boleh ada yang menggunakan parfum, lagi-lagi terutama pada siang hari.

Bulan lalu, Alessio memberi ultimatum tidak boleh ada yang berpotongan rambut lebih keren dari pria itu. Alhasil esoknya setelah ia memberi peraturan baru itu, hampir seluruh pegawai pria berkepala plontos. Dan itu berlaku hingga sekarang. Namun tentu Daniel bukan salah satu dari mereka.

Dan sekarang, pria yang mulai disebut Bos Aneh oleh pegawai-pegawainya itu memberi satu lagi ultimatum yang sangat mematahkan hati ratusan pegawai pria yang berharap pada Rhea.

"Tidak ada yang boleh menjalin hubungan! Peraturan ini tidak berlaku bagi yang sudah menikah atau berusia 30 ke atas. Yang masih single harus ikut sengsara dengan saya!"

Tak ada yang menanggapi ultimatum itu. Ribuan wajah di hadapan Alessio menampakkan wajah bingung mereka dengan menaikkan sebelah alisnya. Apa maksud atasan mereka ini?

"Lalu bagaimana yang jomblo akut, Tuan Alessio?" Sekretarisnya bertanya.

Alessio terkekeh. "Saya tidak peduli. Tunggu usia 30 dulu baru bebas. Yang belum 30, tunggu wanita saya sudah kembali pada saya, peraturan ini baru mulai tidak berlaku," jawab pria itu sambil menatap tajam Daniel. "Makanya jangan direbut!" bentaknya masih menatap tajam Daniel. Sementara yang ditatap hanya diam memperhatikan.

"Sudah gitu libur hanya 2 minggu. Yang benar saja! Perusahaan lain sampai 3 bulan!" protes Hansel.

"Sudahlah, Hans. Bersyukur saja kau sudah diterima di sini. Harus bangga dari sekian juta yang melamar, hanya sekian ribu yang diterima," Daniel menepuk pundak temannya sambil tersenyum dan berlalu.

"Bagaimana ia bisa sangat sabar?" tanya Hansel sambil menatap heran pada Daniel. Derry menggeleng. "Sepertinya ia sedang bahagia. Kenapa, ya?"

---

Rhea meletakkan ponselnya kesal. Sudah berapa kali ia berganti nomor Indonesia, Alessio terus mengiriminya pesan. Entah dari mana pria itu mendapatkan nomornya.

Ia sudah tak bisa mematikan ponselnya lagi karena Kelly butuh kabar dirinya. Sudah mulai banyak perusahaan fesyen yang mengontrak dirinya lagi.

Dua minggu ini ia merasa sangat kesepian. Rasanya seperti kehilangan saat Daniel pergi dari sisinya. Entahlah, Rhea merindukan pria itu. Biasanya ia mencurahkan isi hatinya pada pria itu. Namun sekarang Daniel tak ada di sampingnya. Rhea merindukan sahabatnya.

Wanita itu tersenyum saat menyadari pesawat yang ia taiki sedang mengudara. Ya, sebentar lagi ia akan pulang. Dan ia akan segera menemui sahabatnya.

Her Crazy Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang