18

80.6K 5K 214
                                    

Dewa POV.

.

.

Ara mengusap airmatanya, cemberut melihatku yang senyum-senyum menatapnya.
Ia mendorongku kuat ketika aku beringsut mendekatinya.
Melihatnya sekarang benar-benar membuatku tidak bisa menahan rasa senang dan bahagiaku. Gadis menggemaskan ini sudah menjadi milikku sejak kemarin.

"Emang masih sakit ya?" tanyaku meringis melihatnya berdiri berpegangan pada tiang tempat tidur dengan tubuh terbungkus selimut seperti kepompong, menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyeri akibat ulahku. Salahnya sendiri, kenapa dia sexy sekali!

"Nggak usah dekat-dekat!" serunya galak kembali mengusap air matanya dengan gerakan kasar.

Uh, apa aku sangat menyakitinya? Aku benar-benar tidak bisa menahan diri semalam. Seminggu penuh ia mengabaikan semua panggilan dan pesanku dan Mama menghalangiku untuk menemuinya. Kiara dengan sengaja terus mengindariku selama seminggu masa pingitan kemarin. Masa iya aku harus menahan diri lagi?

Awalnya aku hanya ingin menggodanya karena ia sudah mengabaikanku dan pura-pura tidur. Tapi aku terlena oleh aroma tubuhnya. Gemas dengan wajah imutnya. Belum lagi bibirnya yang merah alami membuatku kecanduan akut.

Kiara memang tidak secantik Amora. Atau semanis Naoni. Tapi ia punya cara sendiri yang tidak ia sadari sudah membuatku terpesona, tergila-gila dan cinta mati padanya. Bahkan aku rela memutuskan banyak gadis yang dengan sukarela bahkan mengajukan diri menjadi pacarku.
Ia satu-satunya gadis yang tidak terpesona olehku. Ia bahkan antipati padaku!

Ck! Sepertinya ia memang harus periksa mata!

"Apa Mas perlu menggendongmu ke kamar mandi?" tanyaku berharap ia setuju.

"Tidak perlu!" sentaknya memanyunkan bibirnya. Ughh... ingin sekali aku mencubit bibirnya dengan bibirku! Sepertinya otakku selalu mesum jika didekatnya.

Aku kembali tersenyum melihatnya beringsut sambil mengernyitkan dahi. Duh... maaf Ara Sayang, meskipun aku tidak pernah menyesal melakukannya.

"Awhh..." ia mendesis limbung saat bergerak menjauh melepaskan tiang ranjang yang menjadi pegangannya. Sesakit itukah?

"Bagaimana? Mas gendong saja ya? Mas kasih bonus mandiin sekalian deh," modusku. Aku bisa merasakan ada bagian tubuhku yang menggeliat melihat istri mungilku yang bergerak pelan dalam buntalan selimut.

Ia melotot melihatku. Galak amat sih, Sayang?

"Daripada kamu jalan ke kamar mandinya kayak kepompong begitu? Bisa-bisa dua jam kamu baru sampai ke kamar mandi," aku terkikik melihat reaksi sebal berbaur bingung dan rasa nyerinya.

"Ini juga karena siapa? Karena Mas Dewa kan?" sungutnya dengan wajah memerah. Duh, Mas jadi pengen lagi kan, Ra!

"Ya iya sih. Tapi kamunya kan juga menikmati, Ra. Sampai mendesah-desah gitu," kataku mendekat.

"Jangan dekat! Mas! Jangan! MAS DEWA! AAARGHHH!!!"

"Sudah diam! Kamu kelamaan, Mas gak bisa nahan lama-lama. Kamu menggoda Mas terus!" omelku memanggulnya dan membawanya ke kamar mandi.

"SIAPA YANG MENGGODA MAS DEWA? MAS MESUM!" semburnya ketika aku menurunkannya dan membuka selimut yang membelitnya kemudian melepaskan boxerku hingga kamu berdua polos.

"Ck! Mas mesum sama kamu aja kok. Masa sama istri sendiri gak boleh mesum?" gerutuku sambil mengisi bathtub dengan air hangat.

Ara memalingkan muka dan kembali mengenakan selimut. Aku terkekeh dan mendekatinya, menarik selimut yang berusaha dipakainya dan membuang jauh-jauh darinya.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang