Prolog

180K 6.3K 224
                                    

Kiara berlari sambil mendekap diktat tebal di dadanya menyusuri lorong kampusnya. Kuliah Ekonomika Publik akan dimulai lima menit lagi dan ia masih berlarian di koridor. Secepat mungkin ia berusaha mencapai kelas. Ia bertekad untuk lulus mata kuliah tersebut meskipun dosen mata kuliah itu sangat menyebalkan baginya.

Dengan nafas memburu, Kiara melongok ke dalam. Dosen galak itu tidak ada. Ia melirik jam tangannya. Terlambat tiga menit! Ini kesempatannya untuk masuk tanpa teriakan dan hukuman sang dosen.
Ia mulai menarik nafas dan melangkah masuk.

"Terlambat lagi Kiara?"

Wajah Kiara memucat.
Perlahan ia memutar tubuhnya menghadap sosok tinggi yang menatapnya dengan sorot mata tajam, seolah hendak membelahnya menjadi ratusan keping.
Susah payah ia menelan ludah di bawah intimidasi sinar mata dosen yang berwajah sangat tampan dan maskulin namun terkesan angker iru.

"Anda boleh ikut kuliah saya," katanya membuat Kiara mendongak dengan mata berbinar senang.

"Tapi di luar kelas!" lanjut dosen itu menyurutkan binar di mata Kiara. Bibirnya membentuk garis lurus.

"Saya hanya terlambat tiga menit, Pak!" Kiara mencoba protes, siapa tau dosen galak itu khilaf dan memperbolehkannya masuk.

"Sejak kapan saya membuka penawaran?" ujar dosen itu dingin.

"Tapi bukannya Bapak juga baru sampai?" Kiara mencoba lagi.

"Saya sudah masuk lima menit yang lalu, memberikan kuis dan keluar sebentar untuk menerima telepon. Tidak usah membantah dan mencari pembenaran, Nona Kiara. Anda mengerjakan kuis di luar kelas, atau anda boleh masuk kelas, tetapi dengan konsekuensi nilai E untuk mata kuliah saya!"

Bahu Kiara meluruh. Daripada ia harus mengulang tahun depan, lebih baik ia mengerjakan kuis di luar bukan?

"Saya akan mengerjakan kuis di luar kelas, Pak," jawab Kiara akhirnya dengan pasrah.

"Bagus! Silakan," dosen itu menyodorkan lembaran soal yang langsung disambar oleh Kiara dengan cemberut. Dosen di depannya ini benar-benar menyebalkan.

Kiara mendudukkan dirinya di bangku beton keras depan kelas dan mulai mengerjakan soal-soal. Fokusnya mengerucut, mengabaikan dosen galak yang tengah menahan kedutan di sudut bibirnya.

.

.

.

💟💟💑💟💟

.

.

.

Kiara berjalan buru-buru menuju ruang perpustakaan. Ia sudah berjanji akan membantu Galaksi mencarikan buku referensi untuk tugasnya.
Matanya mencari-cari dimana Galaksi duduk.

Ah, itu dia!
Kiara bergegas mendekat, meletakkan ranselnya di meja membuat Galaksi menoleh dan tersenyum lega.

"Syukurlah kau sudah datang! Waktuku tidak banyak Kia. Besok tugas itu harus dikumpulkan," kata Galaksi berbisik mendekat ke telinga Kiara. Tentu saja, karena di perpustakaan kita tidak boleh berisik bukan?

Kiara mengangguk, kakinya mulai menyusuri deretan rak yang memuat jajaran buku. Jemari lentiknya mengikuti mata tajamnya mencari satu demi satu buku yang Galaksi butuhkan.

Beberapa buku sudah di tangannya. Dengan senyum senang ia berbalik mencari Galaksi yang juga tengah mencari referensi.

"Aku sudah dapat beberapa. Sebaiknya kita kerjakan sekarang," Kiara menarik lengan Galaksi kembali ke meja.

Tidak menunggu waktu lama, keduanya larut dalam fokus tugas Galaksi.

Kiara berdiri, mencari beberapa referensi lagi di jajaran rak yang lain. Seharusnya Galaksi tidak memerlukan bantuannya jika waktunya tidak mepet. Tapi Kiara senang bisa membantu Galaksi karena Galaksi juga sering membantunya. Sama seperti Alvin dan Amora.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang