11

60.2K 4.8K 178
                                    

Hari sudah petang ketika Galaksi menurunkanku di depan rumah.

"Sekali lagi, thanks buat hari ini. Aku tidak tau harus bagaimana jika kau tidak ada, Ki," ujarnya sendu.

"Itu gunanya sahabat, Ga," aku tersenyum menepuk bahunya.

Galaksi memelukku sesaat.

"Ingatkan aku untuk membalasmu di kemudian hari. Jika kau membutuhkanku, jangan sungkan," senyumnya melebar.

"Cepat pulang. Jangan galau lagi ya," aku turun dan melambaikan tanganku hingga Galaksi lenyap dari pandanganku.

Aku menghela nafas dan berbalik menuju ke rumah, menghadapi masalahku sendiri. Aku sudah melihat mobil Mas Dewa terparkir di depan rumah. Dan itu berarti masalah buatku bukan?

Setelah berkali-kali menarik nafas, dengan lesu aku masuk ke dalam rumah. Mas Dewa menatapku tajam.

"Ara, dari mana saja sih sayang?" tanya Mama berdiri menarik lenganku, membawaku duduk di dekatnya.

"Main sama temen-temen, Ma," sahutku pelan. Kulirik Mas Dewa tampak menahan marah.

"Loh, tadi Dewa ketemu Amora, Naomi sama Alvin, tapi kamu gak ada," Mama mengusap rambutku lembut.

"Oh, setelah itu Ara nemenin Galaksi, Ma. Kasihan, dia ditikung sama laki-laki sok kegantengan!" sindirku membalas tatapan Mas Dewa dengan sengit.

"Lalu?"

"Ya Galaksi galau lah Ma. Dasar cowok sinting itu Ma! Padahal cowok yang nikung itu playboy loh Ma!" aku makin menyerangnya dengan sindiran.

"Ya sudah, sekarang Mama masuk dulu ya. Kamu bicara sama Dewa dulu. Kasihan Dewa nungguin kamu dari tadi," mama mengecup puncak kepalaku dan masuk ke dalam.

Aku menentang mata Mas Dewa dengan galak.

"Kenapa lihat-lihat!" semburku kesal.

"Kemana kamu seharian?" tanyanya dingin.

"Bukannya tadi kamu dengar? Aku nemenin Galaksi yang lagi galau karena ditikung cowok mesum!" jawabku sengit.

"Menemani Galaksi? Sampai malam begini? Menemani yang seperti apa sampai peluk-pelukan segala?" tanyanya lebih galak.

"Iya. Kan kasihan gara-gara ada playboy cap kadal yang mesra-mesraan dengan cewek yang dicintainya, Galaksi jadi sedih dan sakit hati. Coba kalau Mas Dewa yang di posisi Galaksi! Eh, tapi gak mungkinlah Mas Dewa bisa ngerasain sakit hati seperti Galaksi. Mas Dewa kan playboy! Mana bisa playboy merasakan sakit hati? Bisanya kan nyakitin!" ujarku sinis.

"Kamu ini ya! Sudah salah, membantah, masih juga ngatain!" geram Mas Dewa meradang.

"Sudah ya Mas Dewa, aku sudah ngantuk. Mau tidur," aku berdiri, setengah mengusirnya.

"KAMU!"

"Kenapa lagi sih Mas?"

"Baik. Aku pulang. Antarkan ke depan!" akhirnya Mas Dewa mengalah meskipun masih juga memerintah.

Aku mengantarnya keluar dengan malas, mengekor di belakangnya.

BRUKK!!!

"ADUH!" kupegang dahiku yang membentur punggung keras Mas Dewa yang berhenti mendadak.

"Kenapa berhenti mendadak sih?" omelku mengusap dahi sambil menatapnya kesal.

Mas Dewa membalikkan tubuhnya, memandangku dengan sorot dingin dan tajam.
Ia meraih lengan atasku dan mencengkeramnya.

"Sakit, Mas!" ringisku. Ini cowok gila apa ya? Apa dia gak sadar tenaganya seperti tenaga kerbau?

"Jawab dengan jujur, kenapa kamu pelukan dengan Galaksi? Kamu sering ya dipeluk laki-laki? Siapa saja yang sudah memeluk kamu? Alvin? Jovan? Siapa lagi? Selain memeluk, apa mereka mencium kamu juga?" cecar Mas Dewa menggeram menyeramkan. Rahangnya mengetat, tegang. Sorot matanya berapi-api seperti gunung berapi yang siap memuntahkan lahar panasnya.

MY POSSESSIVE LECTURER  (Sudah terbit Di GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang