Bab 3: Day 1

34 13 17
                                    

"Baru hari pertama aku menginjakkan kaki di kota ini, tapi banyak hal sudah terasa berbeda. Anehnya, aku menyukai ini."





"Anne?!" panggil seseorang dari jauh. Aku perlahan menoleh kearah suara yang tidak asing, suara yang sepertinya pernah ku dengar. Tentu saja aku pernah mendengarnya. Melan-lah pemilik suara lembut itu.

"Anne, sudah lama disini?" tanya Melan yang berusaha mencari-cari celah kosong disebelahku.

"Nggak kok. Tadi habis ngantar Bibi terus lihat nametag mereka. Tunggu.. tunggu.. jadi kamu Pariwisata 2018 juga, Lan?" Aku mencoba mencerna hubungan antara Melan-Karti-Farhan-dan Hani karena tiba-tiba Melan muncul dengan nada friendly kearah kita semua.

"Kalian udah saling kenal, toh?" tanya Karti yang bingung dengan apa yang terjadi. Memang kalau dipikir-pikir seperti drama.

"Iya, aku Pariwisata'18 juga. Nggak nyangka ya, ternyata kita satu jurusan." sahut Melan atas pertanyaanku sebelum ia melanjutkan penjelasannya untuk KFH—Karti, Farhan, dan Hani. "Tadi saat aku mau masuk ke kamar, aku melihat Anne dan Bibinya kesusahan buka pintu. Jadi aku coba bantu dan kita berkenalan saat itu tapi lupa menanyakan jurusan."

"Oalah... hm.. yo opo iki rek rejeki nomplok. Punya dua temen cantik." Tingkahnya konyol karena keluguannya dalam mengungkapkan perasaan. Farhan adalah tipe teman yang tidak bisa berbohong dan bisa-bisa tanpa sengaja membocorkan rahasiamu hanya dengan sedikit desakan dari orang lain.

"Meneng o, Han.. Mel, Anne tadi bilang belum menyiapkan apapun untuk OSPEK lusa. Kita ke toko yang tadi kita kunjungi yuk!" ajak Karti. Anggukan dengan penuh antusias dariku menjadi sahutan untuk ajakannya. Tentu saja aku bersedia dengan senang hati.

Baru hari pertama aku menginjakkan kaki di kota ini, tapi banyak hal sudah terasa berbeda. Anehnya, aku menyukai ini. Pertama kalinya, saat aku berkenalan dengan orang lain, kalimat pertama yang keluar dari mulut mereka bukan 'Handoko? Apa jangan-jangan lo bagian dari keluarga Wahyu Handoko? Woah..' bukan pula 'Handoko? Jangan bilang, lo anak Wahyu Handoko dan Gisela Putriwijaya? Mimpi apa gue, punya temen anak konglomerat?!'

Respons mereka—Karti, Melan, Hani, dan Farhan—sangat sederhana namun itulah yang sewajarnya. Mereka balik memperkenalkan diri mereka, bukan sibuk mengagumi nama belakangku dan menginterogasi seputar keseharianku.

Setelah menguras tenaga di Toko Prima yang ramai pengunjung demi mendapatkan bahan-bahan OSPEK milikku, kami semua kembali ke kamar masing-masing. Kami berempat tinggal di dorm kampus, namun lokasinya berbeda-beda. Seperti yang sudah diketahui, aku dan Melan berada di gedung AB Putri dibawah atap yang sama dengan gedung AB Putra. Karti dan Hani berada di gedung EF Putri yang bersebelahan dengan gedung EF Putra, sedangkan Farhan tinggal dirumahnya sendiri yang tidak begitu jauh dari kampus. For your information, Farhan dan Karti adalah arek Malang dan mereka teman satu SMA. Meskipun tidak dekat semasa SMA tapi saling mengenal. Karti memilih untuk tinggal di dorm kampus karena sudah lelah harus menempuh perjalanan jauh untuk menimba ilmu. Hal itu sudah ia lakukan sejak SD. Mengenai dorm, konon katanya, dorm dipisah menjadi tiga sub-class. Dengan gedung AB paling mahal dan gedung EF paling murah. Tentu fasilitas yang ditawarkan juga berbeda.

Malam ini aku memutuskan untuk tidur lebih awal. Kulirik jam dinding yang terpaku diatas TV. Pukul 09.00, waktu yang tepat untuk tidur. Setelah membersihkan muka, sikat gigi dan menyelesaikan skin care routine-ku, aku menyulap pakaianku menjadi baju dinas—daster selutut dengan gambar-gambar animasi kecil menghiasi seluruh permukaan daster. Persiapan sudah selesai untuk memulai perjalananku ke Pulau Kapuk.

Mon Perfect MatchWhere stories live. Discover now