"Iya Shion, hari ini aku mengerjakan semuanya dengan cepat." Sasori duduk di sofa dan memijat pelipisnya.

Mata hazel nya melihat pemandangan Sakura yang masih setia mengerjai anaknya. Suara mereka berdua membuat Sasori jengkel.

"Hei Sakura diam, jangan terus mengganggu anakku." ucap Sasori.

"Oh ya? Aku hanya ingin balas dendam pada orang yang sering mengerjaiku saat aku masih kecil." jawab Sakura enteng.

"Bibi! Lepaskan aku!!" rengek Gaara.

"Baiklah, kurasa sudah cukup." Sakura melepaskan cubitannya.

Bisa ia lihat pipi Gaara memerah karena cubitannya. Saat itu Sakura berusaha keras untuk tak tertawa terbahak-bahak, sayang sekali usahanya gagal.

"Ayah! Lihat bibi terus menertawaiku!" Gaara mengadu pada Sasori yang terlihat kewalahan melihat tingkah keduanya.

Sudah menjadi keseharian Sasori melihat Gaara dan juga adiknya sering berperang. Walau terkadang sangat membuatnya tertawa tapi terkadang juga membuatnya lelah.

"Nii-san kau tau? Dia sudah mulai tsundere sepertimu!"

Sasori memberikan deathglare nya pada Sakura. "Aku tak dan anakku tak pernah tsundere!" bela Sasori.

"Benarkah? Lalu siapa yang pernah mengompol ketika berkemah bersama keluarga? Ingat?" Sasori menelan ludahnya kasar.

"I-Itu kau! Bukan aku!" elak Sasori.

"Oh ya? Apa aku perlu tanyakan pada ibu?" Sakura tersenyum miring.

"Huh! Ayah memalukan!" Sasori menganga lebar mendengar ucapan anaknya. Sakura dan juga Shion malah tertawa bersama.

.

.

.

Sakura kini duduk diatas kasurnya. Ia tampak sibuk dengan galeri ponselnya.

Entah mengapa rasa rindu pada Naruto, Sasuke, dan juga Hinata kembali menguap dalam hatinya.

Sudah lama ia menghilang dengan tak memberi kabar pada mereka. Ia hanya ingin berusaha melupakan kenangan kelamnya.

Ia masih menyimpan banyak sekali foto-foto kenangan bersama dalam ponselnya. Tak pernah sekalipun ada niatan untuk menghapusnya, hanya ini obat rindunya.

Ingin sekali ia pulang. Dia terlalu merindukan kenangan bersama mereka dulu. Sangat rindu, namun hatinya terlalu ragu untuk pulang.

Jujur saja, perasaan cintanya untuk Naruto sudah menghilang. Pada akhirnya dia menyadari perasaan itu hanyalah sebuah perasaan nista. Dia tak sepantasnya terus menyimpan perasaan itu.

Tapi ada satu perasaan yang tumbuh dengan anehnya. Dia merasakan hatinya berdebar ketika mengingat hal tentang sahabat raven nya, Uchiha Sasuke.

Ia berusaha menepisnya, namun entah mengapa sangat sulit untuk dilupakan.

Sakura masih ingat jelas tatapan cinta dan sedih dalam mata onyx milik Sasuke ketika ia akan pergi ke London.

Benang Takdir Where stories live. Discover now