sejujurnya Roy memiliki mata tajam dan garis wajah yang tegas. Persis seperti Daddy nya dan sifatnya pun juga. Tapi mungkin Edward junior itu lebih dingin dari Daddy nya. Beda dengan Rey yang memiliki garis wajah seperti Mommy nya.

Rey pun memilih diam dari pada ia terkena murka sang kakak.

Guru yang bertugas mengajar mereka pun datang dan mulai menerangkan pelajaran. Para siswa dan siswi tertunduk mendalami isi goresan tinta hitam yang tercetak diatas kertas putih.

Ya, hari itu mereka dikejutkan dengan ujian mendadak. What the hell? Abriana belajar semalam, tapi tidak semua dan itu hanya asal karena fikirannya selalu dipenuhi oleh ROY, ROY, dan ROY.

berbeda dengan Vampire kembar di depannya ini. Disaat semua siswa siswi mengeluh dan membantah, mereka hanya diam berkonsentrasi untuk mengerjakan.

Meskipun semua diawali dengan keluhan dan bantahan, tapi mereka tetap mengerjakan ujian mendadak sialan itu.

Kabar gembiranya adalah, "jika sudah selesai kalian boleh beistirahat" itu lah yang diucapkan Mr. John.

Dua puluh menit kemudian Roy berdiri dan menyerahkan lembarannya. Sebenarnya ia sudah selesai sejak lima belas lalu, tapi ia tunggu hingga dua puluh menit agar semua tidak curiga.

Berbeda dengan Rey yang selesai mengerjakan dengan waktu 10 menit. Roy lah yang paling cepat dan pintar di keluarganya dan mungkin di sekolah juga.

Setelah Roy keluar, Rey menyusul. Vampire itu menyerahkan lembaran nya pada Mr. John dan langsung pergi keluar menyusul sang kakak.

Setelah keluar, Roy melesat bagai angin menuju belakang sekolah. Entah mengapa disana ia sangat damai.

Angin berhembus pelan, namun mendamaikan. Daun daun berguguran saat ranting nya mengikuti gerak angin. Dan awan ikut serta untuk melengkapi.

Roy merasa ada yang memegang bahunya. Tanpa menoleh pun ia tau yang menyentuh nya adalah kembarannya, Rey.

"Ada apa Rey?" Tanya Roy tanpa mau mengalihkan pandangan nya.

"Kau menyembunyikan sesuatu dari ku" ujar Rey datar sambil ikut duduk disebelah Roy.

Roy menghela nafas kasar, "apa yang ingin kau ketahui?" Tanya Roy dingin.

"Kau, Abriana, kita"

"Okay, gadis itu sudah mengetahui siapa kita"

"Sudah ku duga, lalu?"

Roy mendecih tak suka, "aku berhasil membungkamnya dengan.."

"Mengancamnya, right?" Sela Rey.

"Yes"

Rey tersenyum samar, "lalu apa yang membuatmu gelisah seperti ini?"

Roy menaikkan sebelah alisnya, kali ini ia menatap Rey "aku tidak gelisah."

"Kau tak pandai berbohong Roy"

"Dia tidak mempermasalahkan keberadaan kita." Jawab Roy.

Rey lumayan terkejut mendengarnya. Jadi Abriana menerima kehadiran mereka begitu saja? Apa gadis itu tidak takut jika nantinya kedua Vampire itu menggigit nya tanpa belas kasih? Dimana akal sehat gadis itu?

"Maksudmu? Dia tidak berteriak atau menangis memohon, begitu?" Tanya Rey.

Roy mengangguk pelan, "ia sempat diam, tapi selanjutnya ia mengangguk mantap seperti tak ada beban"

"Aku bingung, dimana sebenarnya akal sehat gadis sialan itu?! Apa dia tidak takut jika kita hilang kendali dan meminum darah nya saat itu juga?! Sial! Aku jadi menginginkan darah!" Lanjut Roy.

Rey terdiam, pemikirannya memang sama seperti Roy. dimana akal sehat gadis tersebut?

Mereka sama sama diam, larut dalam pemikiran masing masing. Lalu sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan ekspresi terkejut.

"Atau jangan jangan keluarganya adalah pemburu Vampire?!" Ucap keduanya.

"Dia sengaja menjebak kita?!" Lanjut Rey.

Roy menggeleng, "tapi itu pemikiran kuno Rey, bagaimana ada orang yang ingin melakukan hal yang hanya membuang buang waktu mereka saja?"

"Menemukan Vampire seperti kita tidaklah mudah Rey" lanjut Roy.

Rey mengangguk anggukan kepalanya. Tapi bagaimana jika pemikiran mereka benar? Apa mereka harus menghabisi Abriana sebelum gadis itu berbicara dengan keluarganya tentang jadi diri Roy dan Rey?

Vote and comment ya^^

Sidoarjo, 17 Juli 2018

My Cold 'VAMPIRE'Where stories live. Discover now