스물하나 - Undangan

114 22 2
                                    

Karena kemarin saya tawarin mau minta gimana gitu nggak ada yg komen, jadi saya hapus aja hehe. Moga lanjutannya nggak mengecewakan yg udah nunggu lama. Dan semoga aja masih ada yang nunggu :')

Happay reading ;)

===

Selama satu pekan terakhir, Daniel mencoba menerima kenyataan atas jawaban yang Eunji berikan kala itu. Selama itu pula, dia lebih menyibukkan diri dengan pekerjaannya di kafe. Berusaha untuk mengabaikan rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya. Ditambah lagi, Eunji memutuskan untuk berhenti bekerja di kafe setelah itu. Gadis itu beralasan ingin membantu ibunya yang sekarang tengah membuka usaha kue.

Daniel bisa menerimanya. Bahkan apa yang Eunji lakukan adalah sebuah langkah yang tepat untuk saat ini. Jujur saja, Daniel tidak bisa jika harus bersama setiap hari dengan gadis itu setelah apa yang terjadi. Bukan berarti Daniel menghindar dan lari dari kenyataan, hanya saja dia juga butuh waktu dengan semua ini.

Dia butuh waktu untuk kembali mengumpulkan segenap kekuatan dan meyakinkan Eunji lagi. Yang jelas, tidak dalam waktu dekat.

"Apa kau sudah menemuinya lagi?"

Daniel yang tadinya melamun, sedikit tersentak karena mendengar Seongwoo yang entah sejak kapan sudah duduk di hadapannya.

"Ah, kau. Sejak kapan di sini?" tanya Daniel sembari meneguk segelas kecil soju.

"Sejak beberapa menit yang lalu." Seongwoo meraih satu botol soju yang masih penuh lantas membukanya. Menuangkan pada gelas kecil milik Daniel yang langsung diterima oleh pria itu. "Masih menjaga jarak?"

Pertanyaan Seongwoo tidak lekas dijawab oleh Daniel. Pria itu lebih memilih menyuapkan sepotong kimbab, mengunyahnya santai lantas menelannya. "Bukan begitu."

"Lantas?" Seongwoo mengernyit sembari meneguk segelas kecil soju.

"Aku butuh waktu." Jeda sejenak sebelum Daniel kembali berucap, "Aku tidak ingin membuatnya terbebani."

Seongwoo berdecak. "Sampai kapan, Niel? Kau ingin melepaskannya begitu saja?"

Daniel menggeleng pelan. Tentu saja dia tidak akan melepaskan Eunji secepat ini. "Tidak. Aku akan menunggunya."

"Kalian sama saja." Seongwoo mencibir. "Membohongi perasaan kalian sendiri."

"Aku tidak membohongi perasaanku, Seongwoo-ya," tukas Daniel tidak terima. "Justru karena aku menyayanginya, aku membiarkannya sendiri untuk beberapa saat. Aku tidak ingin membuatnya semakin kalut."

"Begitu?" Seongwoo tersenyum miring. "Apa kau tahu satu hal, Niel?"

Netra Daniel memicing menatap Seongwoo dengan seksama. "Apa?"

"Eunji tidak sungguh-sungguh menolakmu."

Dengan ampuh, ucapan Seongwoo membuat Daniel bungkam. Dia tidak tahu pasti apa yang sebenarnya dirasakan gadis itu. Yang Daniel tahu, Eunji masih menyimpan rasa pada Seongwoo sampai saat ini.

"Bukankah dia masih menyukaimu?" Daniel berucap sembari tersenyum miris, merasa jika dia begitu menyedihkan karena menyukai orang yang jelas-jelas menaruh rasa pada orang lain.

Menghela napas panjang, Seongwoo meraih botol soju yang kini isinya tinggal setengah. Menuangnya ke dalam gelas sebelum akhirnya menjawab, "Meskipun dia menyukaiku, tapi kita tidak akan bisa bersama."

When I Look at You ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum