열여섯 - Gelisah

101 27 4
                                    

Eunji tidak bisa tidur. Mungkin sudah dua malam ini? Entah.

Ini sudah pagi dan gadis itu masih saja terjaga. Kantuk memang menyerangnya, tapi entah kenapa kedua matanya tidak mau menerima perintah dari otaknya untuk lekas bergelung di alam mimpi. Sedari tadi, tubuhnya sibuk bergeser ke kanan dan ke kiri, mencari posisi tidur yang nyaman.

Angan Eunji melayang pada kejadian tempo hari, kejadian di mana Daniel menyatakan perasaan padanya. Jujur, Eunji terkejut. Bahkan mungkin bisa dikatakan shock. Dia tidak pernah menyangka jika Daniel akan menyukainya. Well, menyukai dalam artian terhadap lawan jenis. Bukan sebagai sahabat. Kalau Eunji pikir-pikir, selama ini Daniel tidak pernah bertingkah over. Pria itu tidak pernah menunjukkan sesuatu yang menjurus pada hal percintaan atau semacamnya.

Atau, Eunji saja yang tidak peka?

"Astaga, aku bisa gila!"

Eunji mengacak rambutnya asal, kemudian bangkit dari posisinya berbaring. Dia terduduk di atas ranjang selama beberapa saat dengan rambut acak-acakan dan wajah kacau. Eunji menoleh singkat, melihat jam kecil yang ada di atas nakas di samping ranjang. Pukul 04.30.

Mendesah panjang, Eunji memijit kepalanya yang terasa pening. Bagaimana tidak? Hitung saja durasi berapa lama dia tidur. Kantung matanya juga terlihat begitu jelas. Entahlah, dia harus bersembunyi di mana jika nanti dia bertemu dengan Daniel. Apa Eunji memakai helmet saja supaya pria itu tidak melihatnya?

Cara yang konyol.

"Apa aku tidak usah masuk kerja saja hari ini?" Eunji bermonolog.

Ah, mungkin itu ide yang bagus. Namun ... dia harus beralasan apa? Lagi pula, jangan lupakan Daniel yang akan mencarinya sampai ke rumah misal dia tidak masuk kerja.

Hah ... serba salah.

Akhirnya, Eunji memutuskan turun dari ranjang. Berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Setelahnya, dia beranjak duduk di kursi ruang makan.

"Kau sudah bangun, Eunji-ya?"

Baru saja hendak memejamkan mata, Eunji dibuat kaget oleh suara Myung Hee, ibunya.

"Ahh, Ibu mengagetkanku saja," ujar Eunji dengan bibir mengerucut, membuat Myung Hee hanya menggelengkan kepala.

"Biasanya kau akan bangun jika matahari sudah tinggi," sindir Myung Hee, wanita itu lantas berjalan menuju pantry dapur, menyalakan kompor dan masak air.

"Aku amnesia, tidak bisa tidur."

Myung Hee mengernyit. Namun kemudian tawa kecil lolos dari bibirnya. "Separah itukah? Sampai kau salah sebut istilah."

"Hah?"

"Insomnia, Eunji. Bukan amnesia. Sejak kapan hilang ingatan jadi susah tidur?" ujar Myung Hee dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Eunji meringis. "Ah, iya itu maksudku."

"Ada sesuatu yang terjadi?" Setelah menyalakan kompor dan mengisi teko dengan air, Myung Hee menghampiri Eunji. Wanita itu duduk di sebelah anak perempuan semata wayangnya yang mendadak bangun di waktu sepagi ini.

Eunji tidak lekas menjawab. Dia hanya mengalihkan pandang dari Myung Hee, menghindar dari tatapan ibunya itu. Tangannya sibuk memainkan gelas yang sudah kosong di atas meja.

"Eunji-ya!" seru Myung Hee. "Kau bisa cerita pada Ibu jika memang itu mengganggu pikiranmu."

Mendesah pelan, Eunji menatap ibunya. Haruskah dia cerita?

"Ibu rasa ini serius. Jika tidak, kau masih bisa tidur nyenyak."

Benar juga. Masalah Daniel ini memang serius. Eunji sampai pusing sendiri memikirkannya. Tapi, tunggu ... Daniel, kan, tidak memintanya untuk menjadi kekasihnya. Ah, entahlah.

When I Look at You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang