Memori (6)

730 18 1
                                    

"Aku taakan melupakan semua ini."

"Akan selalu kuingat."

"Kusimpan kenangan denganmu."

"Selalu ku kenang dalam album sang memori."

mereka hanya mengucapkan itu. namun, apakah itu berarti? bahwa aku bisa melihat kedalaman matamu dan merasakan masa depan.

Terlahir, berbicara, bermain, memilih, belajar, membantu, bekerja, sedih, senang, wangi bunga, basah sang embun, bulu si kucing, jatuh cinta, berlari dan menangis, bebas, beban, terpikir, berjuang, menyerah, bermimpi, memotivasi dan termotivasi, terpisah, berhasrat, berani, takut, melangkah, hingga akhirnya menutup mata.

ledakan, materi, nebula, bintang, planet, manusia, rasa, menjaga, musnah, hingga kembali pada titik ledakan-penciptaan sebuah hidup.

seluruh hidupku terpatri dalam memori sang takdir. ia menuliskan segalanya dan mengingat segalanya.

Inilah malam yang ditakdirkan oleh  Causa Prima-zat yang tak tercipta. malam aku melihat bintang kelam terakhirku. samar - samar aku melihat memori lamaku.

pagi itu malaikat bersenandung mengiringi kelahiran secercah cahaya. pujian syukur dari sangkakala kelahiran, menggema dalam gelapnya semesta. cahaya itu memutari miliaran bintang hingga ia menunjuk satu bintang, matahari. ia memilih sebuah planet bernamakan bumi. ia tersenyum hingga kemudian berselancar di birunya langit sembari menembus awan. ia menentukan suara hewan pertama yang mengiringi kelahirannya. iapun menunjuk suara kokokkan ayam sebagai pengiring kelahirannya

'aku bahagia kau telah terlahir di dunia' batin seorang ibu. ya, itu ibuku

'bahagia aku dapat menggendongmu' batin ayahku.

'bahagia aku dapat mengajarkanmu berjalan' batin kedua orang tuaku.

suasana itu seketika menjadi ladang kegelapan penuh kebencian. airmata dari samudera poseidon mengalir dari tiap jengkal wajah ibuku. kronos seakan memperlambat waktu, zeus menambah buruknya suasana dengan suara petir yang ia buat. suara petir yang tercipta dari mulut seorang teman seakan menusuk hati ibuku. suara petir itu semakin mengeras ketika ayahku menggoreskan tinta diatas permukaan kertas dari dewi gaia. 

ibuku berubah, ia bukanlah ibuku lagi. ia berubah menjadi binatang buas mengerikan yang selalu membuatku menyesal atas lahirnya diriku. 

suasana sekitarku berubah menjadi samudera keheningan dengan kegelapan mencekam. hanya sebuah cahaya setia dari rembula yang menemaniku. aku terus mengapung di samudera itu sampai suara anak perempuan memenuhi kepalaku.

'maafkan aku, aku tidak sengaja memecahkkan keramik ayah.' tamparan keras menggema dalam batin anak itu. tentu saja bukan hanya batinnya, namun juga fisiknya. anak itu dibawa ke sebuah gudang gelap lalu ayahnya mencambuk ia hingga si anak pingsan.

ibu dari anak perempuan itu telah lama meninggal akibat dari penyiksaan yang dillakukan suaminya.

'aku sangat takut, bawa aku pergi, tinggalkan aku. bintang utara yang baik hati, dengan segala hormat, aku manusia terendah memohon kepadamu, bebaskan aku, bawa aku berlayar bersamamu hingga aku dewasa nanti.'

waktu berjalan hingga pagi, ayah dari anak itu tiba - tiba menghilang tanpa jejak dan anak itu secara ajaib terbangun di tengah samudera yang sama denganku. ia tersenyum dan memanggil namaku.

ibuku

anak itu adalah gambaran dari sebagian jiwa ibuku yang menghilang. dan kini, ia memanggilku untuk kembali, bercengkrama, dan duduk dipangkuannya mendengarkan legenda pribadi penuh keajaiban miliknya. legenda tentang bintang polaris (utara) yang tak pernah bisu. bintang utara penunjuk jalan yang selalu memihak manusia rendah, ia akan menjadi penunjukkku  untuk menemukan sebuah definisi- manusia.

akan selalu kuingat selamanya, bintang utara.

Definisi manusiaWhere stories live. Discover now