-26. Market

437 43 2
                                    

Somi mendorong pintu supermarket dengan pelan. Ia menelusuri setiap rak dalam supermarket itu. Sesekali ia mengambil, melihat, dan mengembalikan barang itu pada tempatnya.

Ia hendak berjalan kembali ketika sebuah tangan mendekap mulutnya dan membawanya ke tempat gelap. Somi melepas tangan itu dengan paksaan.

Ia melotot saat tahu yang mendekapnya adalah Guanlin. "Ya! Mwohaeyo?! Kau hampir membunuhku, kau tahu?!"

"Aku tak tahu," jawab Guanlin santai. Pelototan Somi bertambah besar. Ia memukul Guanlin dengan keras.

"Rasakan itu!"

"Maafkan aku, Somi."

Somi berhenti memukul Guanlin. Ia menatap Guanlin garang. Guanlin mengacak rambut Somi sambil tertawa. Somi segera menyingkirkan tangan Guanlin.

"Mengapa kau membawaku kesini? Aku ingin pulang. Ji sedang menungguku," Somi menggerutu sambil mengelilingi tempat itu. Sebuah gudang.

"Aku kabur dari rumah."

Somi membalikkan badannya. "What did you just say?" Guanlin menatap Somi lekat. Dia membuang napasnya. "Aku kabur dari rumah."

"Wae?"

"Orang tuaku bertengkar setiap hari. Aku tak tahan dengan itu semua. Aku muak. Saat aku kabur, mereka bahkan tak mempedulikanku," kata Guanlin sambil duduk di lantai.

Somi ikut duduk di sebelah Guanlin. Ia memandang Guanlin dengan pandangan yang sulit di artikan.

Somi menggenggam tangan Guanlin. Berusaha menyalurkan sebuah ketenangan disana.

Guanlin tersenyum. "Kau tahu, aku di usir dari keluargaku."

Somi berusaha tersenyum, walau matanya mengeluarkan air mata.

"Mereka bilang, aku hanya pembawa sial. Aku adalah anak angkat di keluarga Jeon. Aku tak tahu mengapa, sejak mereka mengakui bahwa aku hanyalah anak angkat, semuanya berantakan. Perusahan appaku bangkrut. Toko kue eommaku sudah tak laris lagi. Peringkat oppa dan eonniku di sekolah pun turun. Dan mereka semua beranggapan bahwa itu karena kehadiranku."

Guanlin menarik Somi kedalam pelukannya. Ia mengusap punggung Somi pelan. Somi menangis dalam pelukan Guanlin. Dia bahkan meremas baju Guanlin, memukul-mukulnya.

"Aku menyalahkan keluargaku yang membuangku dulu. Mengapa mereka tega membuangku? Apakah mereka sudah tahu masa depan? Sehingga mereka tak mau mempunyai anak sepertiku?"

Somi tetap menangis. Guanlin semakin mempererat pelukannya. "Kembalilah pada keluargamu, Lin. Mereka masih menyayangimu."

Somi melepas pelukan mereka. Ia memandang Guanlin sambil tersenyum. "Mereka masih menginginkanmu."

Guanlin tersenyum. "Gomawoyo, Somi-a."

Mereka saling pandang dan tersenyum. Membuat malam itu penuh dengan kisah-kisahnya sendiri.

***

28 Juli 2018

Jeon Somi Where stories live. Discover now