-18. A Little Attantion

629 64 0
                                    

"Hei Somi! Kudengar kau tadi di labrak oleh Doyeon? Mengapa?" Tanya Ji sembari menyesap tehnya.

Aku mengangkat bahu acuh. "Entahlah. Dia tiba-tiba datang dan mengancamku."

"Kurasa kau harus berhati-hati dengannya." Aku menghentikan kegiatan mengecat kuku-ku dengan cat kuku. "Ya! Kau pikir dia siapa hingga aku harus berhati-hati padanya? Untuk apa?"

"Kau mau terluka rupanya," ucap Ji. Aku mengangkat alisku bingung. "Terluka?"

Ji mengangguk. "Bukannya dia mengancammu? Itu berarti jika kau tak melakukan apa yang dia minta, dia akan bertindak lebih bukan?"

"Bertindak lebih?"

"Iya. Apa yang dia katakan?"

"Hmm. Dia bilang jika aku tak menjauhi Wooshin, aku akan terima akibatnya. Memangnya Wooshin itu siapanya Doyeon? Pacarnya? Cih," umpatku kesal.

"Somi, Somi. Rupanya kau terlalu kurang informasi, ya," kata Ji yang ku tahu bermaksud mengejekku. "Dengar, Doyeon dulunya adalah kekasih Wooshin. Tetapi, Wooshin memutuskannya karena sesuatu yang hingga sampai sekarang warga sekolah pun tak tahu. Hanya mereka berdualah yang tahu. Dan Tuhan juga tentunya," lanjutnya.

"Dan untuk apa dia menyuruhku menjauh jika Wooshin saja sudah kecewa dengannya?"

Ji menggeleng. "Who knows. Mungkin saja Wooshin kecewa terhadapnya."

"Dasar Doyeon bodoh! Lagipula, aku masih membutuhkan teman. Dan Wooshin adalah teman sebangkuku. Aku harus berteman dengannya juga kan?" Tanyaku pada Ji sambil melanjutkan mengecat kuku-ku.

"Yahh... Kita lihat saja nanti. Hanya waktu yang akan menjawabnya. Kau harus bersabar, my little Somi," ujar Ji dan mengacak rambutku. Aku segera menyingkirkan tangannya dan mencubit lengan Ji dengan keras.

"Ini untukmu karena kau memanggilku little Somi."

"Ini juga untukmu karena kau mengacak rambutku."

"Dan ini untukmu karena kau meledekku!"

***

"Apa kau baik-baik saja, Somi?"

"Aku baik-baik saja, Wooshin. Kenapa kau begitu khawatir?" Tanyaku sambil tersenyum geli. Tak biasanya Wooshin berbicara panjang apalagi menanyakan kabarku.

Wajah Wooshin yang semula khawatir, berubah menjadi dingin. "Huh! Mulai lagi wajahmu itu," dengusku kesal sembari menggeleng-gelengkan kepalaku.

Tak ada sahutan. Tunggu. Dimana Wooshin? Aku celingak-celingukan mencarinya.

"YA! KIM WOOSHIN! JANGAN TINGGALKAN AKU!"

"Berisik."

"Itu karenamu, Wooshin. Jika saja kau tidak meninggalkanku, pastinya aku tak akan berteriak seperti itu. Apa kau tahu rasanya di tinggalkan? Itu sungguh menyakitkan Wooshin! Apa kau pikir di tinggalkan itu enak? Tentu saja tidak! Kau akan merasa kesepian jika di tinggalkan. Dan apa kau tahu kesepian itu seperti apa? Akan ku beri tahu. Kesepian itu sa–"

"DIAM!"

Aku terlonjak kaget. Apa itu teriakan Wooshin? Aku menoleh ke arah Wooshin. Sontak tanganku bertepuk. Kepalaku menggeleng-geleng.

"DAEBAK!" Teriakku kagum. "Ini pertama kalinya kau berteriak! Daebak!!! Sekali lagi Woo–"

Cup.

"Kau bisa diam?"

Mataku membelalak kaget. Aku memegang bibirku yang baru saja di cium oleh Wooshin. Apakah itu mimpi? Kurasa tidak. Rasanya sangat nyata.

Aku tetap berdiri di tempatku. Mematung. Bahkan saat Wooshin telah pergi dan bel tanda masuk berbunyi, aku tetap terdiam.

"KIM WOOSHIN!"

***

Tepat saat bel istirahat berbunyi, aku memutar badanku 90 derajat menghadap Wooshin. Tanganku kulipat di depan dadaku. Wajahku menatap Wooshin dengan serius.

"Mengapa saat di lorong tadi kau menciumku, hah?!"

Suasana kelas yang awalnya ricuh, mendadak diam. Aku menoleh ke arah teman-teman kelasku. "Kenapa kalian tetap disini? Sana! Keluar!"

Dengan gerakan serempak, kelas berubah menjadi tak berpenghuni kecuali ada aku dan Wooshin.

"Minggir," ucap Wooshin dingin. "Ya! Kau tak bisa semudah itu pergi dari hadapanku. Kau bahkan belum menjawab jawabanku. Mengapa kau menciumku di koridor tadi? Apa kau pikir aku tak kaget, hah?" Protesku.

Wooshin mengangkat alis kanannya. "Karena kau terlalu ribut."

Aku memutar bola mataku sambil tertawa paksaan. "Apa kau pikir aku tak mau lagi?"

"Mwo?"

"Bolehkah kau menciumku lagi, Wooshin?" Tanyaku sembari mengedipkan mataku. "Ya! Apa kau gila?! Tidak akan!" Gertak Wooshin.

Tapi aku tetap tak menyerah. "Ayolah Wooshin-a. Kumohonn. Ya ya ya?"

"Tidak!"

"Kumohonnn. Ya?"

"Tidak, Jeon Somi!"

"Ohh ayolah. Pleaseee?"

Wooshin menghela napas. Kurasa dia akan berkata 'ya'.

"Tidak."

Wajahku berubah menjadi murung. "Satu kali saja? Tak boleh ya?"

Wooshin menatapku dalam. Kemudian dia menghela napas lagi. Bisa kutebak pasti dia akan berkata tidak lagi. "Baiklah jika kau tak ma–"

***

HEYO GAESSS. kali ini agak panjang yaa hehehe. Btw aku seneng bangett wooshin bek lagi ke up10tion!!! Setelah 9 bulan ya? Pantesan pas liat di ig official up10tion, aku sekrol gada foto-fotonya wooshin. Ehh tau-tau sekarang udah mau comeback yeyeye. Oh iya pada setuju ga suzy pacaran sama lee siapa itu lupa. Pada setuju? Kenapa suzy ga sama jong suk aja ya? *ngatur. Hehhehe mianhae.

Jangan lupa vote dan comment biar aku semangat updatenya. Makasih yang udah mau baca cerita aku yg absurd ini.

Love youu

Maret 2018

Jeon Somi Where stories live. Discover now