10. Oh, Namanya Hillo

Mulai dari awal
                                    

ASTAGA!! Itukan cowok waktu itu. Ya ampun.

Buru-buru Fae berlari mengampirinya. Ia tersenyum dengan tak berdosa.

"Sakit ya?"

"Menurut anda?" tanyanya balik.

"Nggak sakit. Kan lo cowok masa segitu aja sakit. Cemen."

Pemuda itu berlalu meninggalkan Fae.

"Hei, lo mau kemana? Nggak minta bantuan gitu sama gue?" tanya Fae yang ikutan mengejarnya.

"Sepertinya saya tidak memerlukan bantuan anda, Nona perusuh," tegasnya.

"Masak?"

"Saya yakin sekali."

"Sok banget," cibirnya.

"Jangan ikutin saya. Sebaiknya anda pergi dan kenakan sepatu anda kembali. Pasti kaki anda akan memerah akibat berjalan diatas aspal panas ini."

"Uluh-uluh so sweet-nya," kata Fae dengan nada yang dibuat semanja mungkin.

Fae berjalan cepat mendahului pria itu, kemudian menghadangnya dengan kedua tangan yang direntangkan.

"Stop! Lo jangan jalan lagi," ucapnya memperingati pria yang kini mengernyitkan dahi. Tak paham dengan wanita ini.

"Kenapa?"

"Karena kita belum kenalan," jawabnya cepat.

"Jadi?"

"Hadeh, lemot lo. Ya kita kenalan lah."

Fae menyodorkan tangan kanannya,

"Kenalin nama gue Fae Farren. Biasa dipanggil Fae." ia tersenyum.

Bukannya menjabat tangan Fae, pemuda itu malah menangkupkan kedua tangannya.

"Nama saya Hillo, permisi," pamitnya kemudian.

Namanya mengingatkan Fae pada merek susu yang sering diminum olehnya.

Merasa terhina karena baru kali ini ada pria yang menolak berjabat tangan dengannya. Bukan karena ia cantik. Bukan! Tapi terlebih orang takut mendapat akibat darinya. Kalau tidak di bully, ya di kasih jurus takewondo. Fae itu gadis bar-bar yang tidak punya aturan sekaligus punya pacar. Ingat itu! Garis hitamkan kalau perlu.

"Hoi!! Gue merasa ternodai akan sikap lo barusan," pekiknya tidak terima.

"Maaf, tapi sebelumnya saya tidak pernah menyentuh anda," sahutnya.

"Ya kali ternodai harus disentuh dulu," sunggutnya kesal.

"Lo mau kemana? Gue ikut dong," teriak Fae kemudian.

"Silahkan saja. Tapi jangan terlalu berdekatan dengan saya jalannya," ucapnya sebelum Fae merapat ke dia.

"Oke."

"Kurang jauh."

"Apaanseh lo. Ini tuh udah jauh kali."

"Tapi sekilan saja bahu anda akan tersentuh dengan bahu saya."

"Oke," ucap Fae malas.

"Masih kurang jauh."

"Astaga kurang kayak gimana lagi seh?!"

"Ayo bergeser menjauh lagi."

Dengan kekesalan yang memuncak, Fae menuruti kemauannya. Ia berger ke samping agak menjauh lagi dari pemuda aneh ini.

"Lagi."

Selangkah lagi Fae bergeser.

"Masih kurang."

Bad Girl in Pesantren (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang