10. Oh, Namanya Hillo

8.9K 347 4
                                    

Gadis berpenampilan preman ini terus berjalan tanpa arah tujuan. Sesekali ia mengumpat kesal, ada apa seh sebenarnya dengan dirinya? Kenapa Mamahnya begitu sikapnya? Asal tau aja. Dia benci banget dengan kehidupannya sekarang ini. Selalu disalahkan atas apa yang diperbuat saudarinya tanpa tau penyebab yang jelas. Dia ini adik bukan kakak. Tapi, kenapa dia yang selalu mengalah bahkan terus-menerus disalahkan? Apa alasannya karena Anne tidak bisa melihat? Oh, yang benar saja. Fae bisa memakluminya. Tapi, bisakah ia bersikap adil dan mau mendengarkan setiap penjelas dari mulutnya dahulu sebelum hendak main hakim sendiri.

Jujur saja Fae sangat iri terhadap perlakuan penuh sayang oleh sang Mamah untuk Anne dan Anni. Selalu disuapin setiap makan. Apa yang diinginkannya selalu terkabulkan. Ya, Fae tau. Walaupun apa yang diinginkannya juga pasti akan terkabul juga dengan cepat. Namun, itu hanya sebuah barang tidak untuk kasih sayang. Padahal ia sangat mengharapkan itu. Dia ingin diperhatikan lebih juga seperti kedua saudarinya yang lain.

Pernah pikiran konyol nan bodoh hinggap diotaknya. Fae mau mencelakai dirinya sendiri bahkan tak segan ingin mengurangi salah satu anggota tubuhnya. Hanya untuk mendapat kasih sayang serta perhatian tulus dari sang Mamah. Tapi, untung saja dia sudah kembali waras, sebelum benar-benar melakukannya. Dia bepikir secara logika. Apa dengan cara itu dia akan mendapat secercah kasih sayang? Oh, tentu saja jawabannya tidak. Itu adalah tindakan yang paling bodoh sedunia.

Jalan, jalan dan terus berjalan seperti orang gila. Fae pun mengacak rambut warna-warninya dengan frustasi.

"Aarrgghhh....!!! Gue benci dengan semua ini!!" jeritnya tanpa mempedulikan tatapan kaget orang sekitarnya.

"Innalilahi!" ucap seorang pemuda yang baru saja melintasinya.

Fae mengetatkan rahangnya. Dafuq!! Dikira ia mati Apa?!! Tidak bisa dibiarkan. Harus dikasih bogeman maut dulu biar mampus.

"Oi cowok kurang belaian!! Berani nya lo sumpahin gue mati, heh!! Gue ulek juga tuh mulut!!" teriaknya murka. "Sini selangkah lebih maju. Gue tempeleng juga pala lo!"

Si pemuda tadi pun melanjutkan langkah kakinya. Tidak mempedulikan gadis dibelakangnya yang sedang mencak-mencak tidak terima dikacangin begitu saja.

Tanpa aba-aba lagi, Fae langsung mencopot sepatu barunya dan melemparkan ke kepala pria tadi. Dan.. Tidak disangka si pemuda itu dengan santainya menangkap sepatu Fae dan membuangnya di comberan yang kotornya ngalahin toilet jaman SD-nya.

Hah?!

Fae melongo tidak percaya. Antara kesal dan emosi, ia berjalan dengan kaki yang sedikit risih akibat memakai sepatu sebelah saja.

Ia menatap jalang pada pemuda yang berajalan santai memunggunginya. Fae menoleh ke arah comberan, dimana kini sepatu tak berdosa itu menjadi terkambing hitamkan. Sungguh miris, padahal baru saja kemarin lalu membelinya.

Toh, sudah terlanjur. Mau diapakan lagi.

Bugh

Yesss!! Akhirnya dendam kusumat terbalaskan juga.

Sebelum Fae melemparkan sepatu satunya lagi, gadis bar-bar itu membidik sasarannya terlebih dulu, agar tak melenceng lagi. Dan untungnya tepat mengenai si mangsa, sepatu mahalnya itu mendarat cantik mengenai pundak pria tersebut. Fae bersorak kesenangan melihatnya.

Sebab sepatu yang dilemparkannya tadi memiliki kualitas yang bagus. Bagaimana tidak, itu sepatu boots berwarna hitam yang cukup tinggi dan berbahan tebal dan sangat berat saat mengenakannya.

Pemuda itu menoleh.

Fae sih terus tertawa jahat saja sedari tadi tanpa mendengarkan ringisan kesakitan. Saat ia menoleh ke pemuda itu, matanya membola sempurna.

Bad Girl in Pesantren (TAMAT) ✔Where stories live. Discover now